Fimela.com, Jakarta Johnson & Johnson akan berhenti produksi bedak bayi dan menyetop penjualanannya khusus untuk produk dengan bahan dasar talc. Pemberhentian ini akan berlaku secara global per tahun 2023. Hal ini diungkapkan langsung oleh produsen penjualan pada Kamis (11/8/2022).
Di Amerika sendiri, bedak bayi Johnson & Johnson sudah berhenti dijual dan ditarik dari pasaran karena alasan keamanan produk. Hal ini diumumkan berkaitan dengan keputusan komersial yang akan beralih bahan dasar menjadi lebih aman, berbasis cornstarch atau tepung jagung.
"Sebagai bagian dari penilaian portofolio di seluruh dunia, kami telah membuat keputusan komersial untuk beralih ke portofolio bedak bayi berbasis cornstarch," katanya, seraya menambahkan bahwa bedak bayi berbasis cornstarch sudah dijual di negara-negara di seluruh dunia dan dinyatakan aman.
Advertisement
Advertisement
Turunnya minat konsumen pada JNJ
Pada tahun 2020, J&J mengumumkan bahwa mereka akan berhenti menjual bedak bayi di Amerika Serikat dan Kanada karena turunnya minat pada produk tersebut setelah heboh soal keamanan produk bedak bayi Johnson & Johnson.
Sebanyak 38 ribu tuntutan hukum dari konsumen diterima Johnson & Johnson akibat produk mereka yang memicu kanket akibat kandungan yang terkontaminasi asbes dan karsinogen. Namun J&J membantah tuduhan tersebut dengan dalih kuat dari uji ilmiah produk bayi mereka yang dinyatakan aman.
JNJ harus membayar US$4,7 miliar
Reuters telah melakukan penyelidikan pada tahun 2018 dan menemukan jika J&J mengetahui kandungan berbahaya pada produknya. Terdapat catatan internal yang menunjukkan jika dari tahun 1971 hingga awal 2000-an, bedak mentah dan bubuk jadi J&J terkadang diuji positif mengandung sejumlah kecil asbes.
Hakim St Louis menetapkan JNJ harus membayar US$4,7 miliar atau sekitar Rp67 triliun untuk 22 konsumen yang merasa terdampak usai menggunakan produk tersebut.
Ketika itu, hakim mengatakan perusahaan lalai dan tidak memperingatkan konsumen soal kemungkinan risiko kesehatan bedak bayi mereka.
#Women for Women