Fimela.com, Jakarta Kasus hepatitis akut yang diduga menyerang banyak anak di beberapa negara masih belum diketahui penyebabnya. Situasi ini menimbulkan pertanyaan baru, apakah hepatitis akut berpotensi menjadi pandemi seperti Covid-19?
Dikutip dari Liputan6.com dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dalam menanggapi pertanyaan yang muncul, Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi menyatakan penyakit hepatitis akut misterius tidak berpeluang menjadi pandemi. Hal ini disebabkan oleh penyebaran kasus secara global bergerak lambat. Ia mengatakan, saat ini jumlah negara yang menemukan kasus ini masih tergolong sedikit.
Ia mengatakan, hanya enam negara yang melaporkan hepatitis misterius dengan jumlah kasus lebih dari enam pasien. Ia menambahkan, seluruh kasus hepatitis akut misterius di dunia berstatus probable. Setiap anak yang terjangkit hepatitis misterius masih tergolong orang yang diyakini sebagai suspek. Ia menjelaskan, total kasus probable hepatitis akut secara global berjumlah 348 dengan 70 kasus tambahan yang masih dalam penyelidikan.
Advertisement
BACA JUGA
Advertisement
Perlu kajian lebih lanjut
Mantan Direktur Penyakit Menular Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara Prof. Tjandra Yoga Aditama menegaskan potensi hepatitis akut menjadi pandemi perlu melalui kajian pendahuluan oleh Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO).
Dikutip dari Liputan6.com, ia menyampaikan, PHEIC akan mengukur sejumlah barometer status pandemi, seperti sebaran penyakit lintas benua. Selain itu, ada pula barometer lain seperti apakah penyakit tersebut menimbulkan masalah kesehatan yang berarti serta merupakan jenis penyakit yang baru atau bukan.
Setelah melihat perkembangannya, apabila hepatitis akut terus meluas, maka bisa dikatakan sebagai pandemi. Sebagai gambaran, kasus Covid-19 pertama kali dilaporkan WHO pada 5 Januari 2020, dinyatakan PHEIC 31 Januari 2020, serta pandemi pada 11 Maret 2020.
Persebaran kasus probable hepatitis akut di RI
Pada Senin, 9 Mei 2022 lalu, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan ada 15 kasus dugaan hepatitis akut di Indonesia. Berkaitan dengan ini, Tjandra menyatakan perlu adanya klasifikasi WHO "probable", "epi-linked" atau masih "pending" mengenai kasus tersebut yang memerlukan investigasi lanjutan.
Tjandra juga mendorong penyelidikan hasil tes laboratorium terkait kemungkinan adanya virus lain, seperti SARS-COV-2, Adenovirus, Epstein Barr dan lainnya. Selain itu, perlu adanya tes kemungkinan toksin dan ada tidaknya autoimun.
Penulis: Ersya Fadhila Damayanti
#Women for Women