Sukses

Info

Kenali Brain Fog, Gejala yang Bisa Dialami Penyintas COVID-19

Fimela.com, Jakarta COVID-19 lebih sering dihubung-hubungkan dengan penyakit paru-paru. Namun, terdapat gejala lain yang bisa saja mengenai para penyintasnya.

Penyintas COVID-19 berisiko kesulitan untuk berkonsentrasi dan fokus kepada satu hal. Demikian diungkapkan Arief Bakhtiar dr SpP(K) FAPSR Dosen Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair). Arief menyebut, penyintas COVID-19 berisiko mengidap brain fog.

Apa itu brain fog?

"Brain fog adalah kondisi dimana seseorang merasa sulit untuk berkonsentrasi dan tidak bisa fokus ketika memikirkan suatu hal," jelas Arief, dikutip dari Liputan6.com.

Arief menyebut brain fog sejatinya bukanlah penyakit. Namun itu merupakan sebuah gejala yang bisa memengaruhi kemampuan berpikir dan mengingat seseorang.

Belum dapat dipastikan apakah gejala ini permanen

Sebuah penelitian di Oxford juga menyatakan hal yang senada. Dari penelitian tersebut, dinyatakan bahwa seseorang yang terkena COVID-19 menunjukkan abnormalitas otak jika dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terinfeksi. Penelitian tersebut menganalisa perbedaan hasil Magnetic Resonance Imaging (MRI) sebelum dan setelah terkena COVID-19.

Hal ini sejalan dengan temuan lapangan bahwa mereka yang baru saja pulih dari COVID-19 merasa sedikit lebih sulit untuk melakukan tugas mental yang kompleks. Namun, belum dapat dipastikan apakah penyintas COVID-19 akan menderita brain fog secara permanen. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan hal tersebut. 

Tidak perlu panik

Lebih lanjut, Arief juga meminta masyarakat tidak panik jika membaca info berkaitan dengan COVID-19.

"Saran untuk masyarakat, jika ada info yang beredar, sebaiknya baca dulu secara detail, jangan hanya langsung baca judul lalu menyimpulkan,” ujarnya.

Arief menyarankan pencegahan umum sebagai upaya pencegahan brain fog adalah dengan vaksinasi dan protokol kesehatan.

"Vaksinasi tujuan utamanya adalah untuk mengurangi respons berat dari suatu penyakit agar tidak memberikan manifestasi berat. Jadi kemungkinan juga bisa mencegah munculnya pengaruh yang berat pada otak," ucap Arief.

*Reporter: Jeihan Lutfiah Zahrani Yusuf

#Women For Women

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading