Fimela.com, Jakarta Ketersediaan minyak goreng tengah menjadi polemik saat ini. Hal ini pun diakui oleh Ketua DPR RI Dr. (H.C) Puan Maharani yang menyoroti masalah kelangkaan minyak goreng.
Dilansir dari portal resmi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada 10 Maret 2022 menyebutkan bahwa masalah kelangkaan minyak goreng bisa berpotensi menimbulkan persoalan ketertiban umum.
“Persoalan minyak goreng yang berkepanjangan bisa menyebabkan masalah baru yaitu kegaduhan akibat langkanya stok di pasaran. Ini harus segera diatasi karena berpengaruh terhadap ketertiban umum yang bisa berdampak luas,” kata Puan dalam keterangan persnya.
Advertisement
BACA JUGA
Sejak diberlakukannya kebijakan penetapan harga eceran tertinggi (HET), faktor penyebab kelangkaan minyak goreng sedang ditelusuri dengan ketat saat ini. Sejumlah dugaan pun muncul seperti kecurigaan adanya penimbunan minyak goreng yang dilakukan oleh para mafia pangan hingga munculnya fenomena panic buying yang dilakukan oleh para ibu-ibu rumah tangga.
Lalu, apa sajakah sebenarnya yang menyebabkan minyak goreng menjadi langka? Dilansir dari Merdeka.com, berikut Fimela.com akan mengulas penyebab kelangkaan minyak goreng yang bikin gaduh. Simak ulasan selengkapnya di bawah ini.
Advertisement
1. Adanya Kenaikan Harga Minyak Nabati
Kenaikan harga minyak nabati menjadi penyebab pertama langkanya minyak goreng saat ini. CPO (Crude Palm Oil) merupakan salah satu jenis minyak nabati yang paling banyak diminati oleh masyarakat dunia. Saat ini, harga CPO di pasar dunia sedang mengalami kenaikan dari $1100 menjadi $1340.
Akibatnya, para produsen minyak goreng pun lebih memilih untuk menjual minyak gorengnya ke luar negeri dibandingkan ke dalam negeri. Tentu saja alasannya karena persentase keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan menjual minyak goreng di dalam negeri.
2. Pemerintah Mencanangkan Program B30
Penyebab kelangkaan minyak goreng yang kedua adalah kewajiban pemerintah terkait dengan program B30. Program B30 sendiri merupakan program pemerintah yang mewajibkan pencampuran 30 persen diesel dengan 70% bahan bakar minyak jenis solar.
Berdasarkan kebijakan tersebut, maka tersirat adanya rencana peralihan menuju ke produksi biodiesel. Saat ini, konsumsi yang seharusnya digunakan untuk minyak goreng digunakan untuk produksi biodiesel. Hal tersebut terjadi karena adanya kewajiban untuk pengusaha CPO agar memenuhi market produksi biodiesel sebesar 30%.
Advertisement
3. Efek Pandemi Covid-19 yang Belum Berakhir
Selanjutnya, faktor lain yang juga turut berpengaruh terhadap fenomena langkanya minyak goreng adalah karena pandemo Covid-19 yang masih belum berakhir hingga saat ini. Diketahui bahwa terdapat banyak negara di seluruh dunia yang saat ini sedang mengalami gelombang ketiga Covid-19.
Akibat pandemi, konsumen luar negeri yang selama ini menggunakan minyak nabati mulai beralih ke CPO, sehingga ada kenaikan permintaan di luar negeri terkait ekspor CPO.
4. Masalah pada Proses Distribusi dan Logistik
Faktor penyebab kelangkaan minyak goreng yang keempat karena proses distribusi dan logistik. Diterangkan bahwa produsen minyak goreng hanya ada di beberapa daerah saja. Padahal, proses distribusi minyak goreng dilakukan ke berbagai penjuru Indonesia. Hal inilah yang lantas menyebabkan kenaikan harga distribusi.
Sementara itu, berkaitan dengan logistik, harga kontainer saat ini diketahui menjadi lebih mahal daripada sebelumnya. Shipping atau perkapalan juga ikut mengalami kenaikan harga. Alhasil, kondisi tersebut berdampak pada kenaikan harga kebutuhan minyak goreng.
Dampak dari naiknya minyak goreng juga disinyalir akan mendorong inflasi secara umum. Dampak yang ditimbulkan dapat memengaruhi beberapa sektor, di antaranya sektor industri makanan, rumah tangga, dan semua produksi yang menggunakan bahan baku minyak goreng. Oleh karena itu, dampaknya juga akan lebih terasa terhadap inflasi terutama dari segi IHK.