Fimela.com, Jakarta Pembelajaran tatap muka atau PTM 100 persen yang diberlakukan sejak awal Januari 2022 dianggap terlalu berisiko untuk tetap dilakukan. Mengingat kembali tingginya angka kasus Covid-19 di Indonesia.
Sebab itu, gabungan organisasi profesi meminta pemerintah untuk mengevaluasi lagi PTM 100 persen. Di antaranya ada Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) bersama Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular (PERKI), dan Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Insenfit (PERDATIN).
Hal itu disampaikan Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia Piprim Basarah Yanuarso dalam diskusi 'IDAI menjawab kegalauan tentang vaksin Covid-19 pada anak' dalam video teleconference, akhir pekan lalu. Ia menyatakan jika sudah mengirimkan surat yang berisi tentang hal-hal yang perlu dievaluasi ulang terkait PTM 100 persen.
Advertisement
Ia juga merinci tentang opsi dan rekomendasi yang bisa dilakukan untuk mengganti PTM 100 persen. Di antaranya pembelajaran secara hybrid (daring dan luring) serta meminta anak-anak usia di bawah 6 tahun untuk tidak mengikuti PTM.
"Mungkin opsi hybrid menjadi pilihan terbaik agar bisa melindungi anak-anak kita. Untuk siswa pendidikan usia dini atau Paud IDAI rekomendasinya adalah sekolah daring dulu," ujar Piprim melansir dari Liputan6.com.
Advertisement
Evaluasi PTM 100 Persen per Daerah
Peningkatan kasus Covid-19 di satu daerah dan lainnya tidak sama. Karena itu, PTM akan dievaluasi sesuai pada angka lonjakan kasus Covid-19 di tiap daerah.
Hal itu disampaikan Wapres Ma'ruf Amin yang menjamin akan melakukan penyesuaian PTM 100 persen jika terjadi lonjakan kasus Covid-19. Evaluasi tidak bisa disamaratakan karena tidak semua daerah mengalami peningkatan kasus Covid-19.
#WomenForWomen