Fimela.com, Jakarta Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim kembali mengutarakan pendapatanya soal pembelajaran tatap muka atau PTM yang telah berlangsung di tengah pandemi COVID-19.
Ada banyak hal yang Nadiem Makarim utarakan terkait pelaksanaan PTM ini. Di antaranya soal banyaknya sekolah yang belum menerapkan PTM. Menurutnya, PTM sudah bisa dilakukan oleh 95 persen sekolah.
Advertisement
BACA JUGA
"Kenyataannya dari 95 persen itu hanya 42 persen yang sudah mulai melakukan PTM. Jadi mayoritas sekolah sudah boleh melakukan PTM, tapi tidak melakukan PTM," kata Nadiem mengutip darin Liputan6.com.
Nadiem Makarim pun menegaskan satu generasi anak Indonesia kehilangan kesempatan belajar yang layak sampai 1,5 tahun akibat pandemi COVID-19. Sehingga Nadiem meyakini PTM terbatas menjadi urgensi untuk diterapkan.
Advertisement
Ini kata Nadiem Makarim
Selain itu, Nadiem mengutarakan beberapa hal terkait penyelenggaraan PTM terbatas, apa saja?
1. Hanya 42 persen sekolah yang PTM terbatas
Nadiem Makarim menyebut masih banyak sekolah yang belom melaksanakan PTM terbatas. Seharusnya terdapat 95 persen sekolah di Indonesia yang bisa melakukannya. Salah satu alasannya terpadat kebijakan dari Pemerintah Daerah yang belum memperbolehkan sekolah melaksanakan PTM.
2. Rela dikritik soal PTM
Di tengah pelaksanaan PTM terbatas ini, Nadiem Makarim mengaku rela dikritik ketika mengambil kebijakan soal pembukaan atau penutupan sekolah. Menurutnya, hal ini menjadi sebagai bentuk pengorbanan bagi para pelajar.Dia mengatakan, pihaknya akan terus berjuang agar para pelajar bisa melakukan pembelajaran tatap muka. Sebab, sekitar 80-85 persen masyarakat ingin PTM dilakukan kembali.
"Jadi itu jadi pegangan saya, saya disisinya orang tua dan murid-murid kita. Itu yang jadi pegangan kita, enggak apa-apa kalau saya sedikit dikritik-kritik enggak apa-apa," kata Nadiem.
3. Satu generasi kehilangan pembelajaran
Dengan terjadinya pandemi, Nadiem Makarim menyadari bahwa satu generasi anak bangsa harus kehilangan pembelajaran karena harus jarak jauh. Sehingga Nadiem lagi-lagi meyakini bahwa PTM terbatas menjadi urgensi untuk diterapkan di sekolah yang memang sudah bisa menerapkannya.
Menurut dia, banyak anak-anak terdampak kesehatan jiwanya akibat pandemi Covid-19.
"Banyak anak-anak kita yang kesepian dan trauma dengan situasi ini. Begitu juga dengan orangtuanya," ungkap Nadiem.
4. Dampak permanen PJJ
Menurut Nadiem, pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (PJJ) memiliki dampak buruk yang permanen jika dilakukan dalam waktu lama. Dampak buruk tersebut terutama akan dirasakan pada tingkat PAUD dan SD. Untuk itu, Nadiem mengaku tetap ngotot melakukan PTM. Nadiem pun selalu mengingatkan kepada kepala daerah dan Pemda untuk segera melakukan PTM terutama pada tingkat PAUD dan SD meskipun mereka belum bisa divaksin.
"Ini makannya sangat membahayakan kalau ada wacana-wacana tunggu vaksin dulu sebelum masuk PTM, bagaimana yang mayoritas murid kita yang di bawah 12 tahun tidak bisa divaksin, dan merekalah yang harus paling punya resiko besar untuk pelaksanaan PJJ. Jadi ini harus dimengerti," tegas Nadiem
Advertisement
Simak video berikut ini
#elevate women