Sukses

Health

Gejala Pelvic Congestion Syndrome, Apa yang Perlu Anda Ketahui?

Fimela.com, Jakarta Sebagai wanita yang aktif dan produktif, penting untuk memperhatikan masalah varises, yang tidak hanya terbatas pada pembuluh darah vena di kaki, tetapi juga dapat memengaruhi pembuluh darah vena di ovarium. Kondisi ini dapat menyebabkan sindrom kemacetan aliran darah vena di panggul, yang dikenal sebagai Pelvic Congestion Syndrome (PCS).

Menurut dr. Muhammad Satyagraha Pradipto, Sp.BTKV dari RS EMC Alam Sutera, PCS dapat menyebabkan nyeri panggul kronis yang berulang, mirip dengan varises pada kaki, di mana pembuluh darah vena di panggul tidak dapat mengembalikan darah ke jantung dengan baik. Gejala PCS termasuk nyeri panggul yang memburuk saat duduk atau berdiri dalam waktu lama, tetapi membaik saat berbaring.

Rasa sakit juga bisa meningkat setelah buang air kecil, menstruasi, atau hubungan seksual. Kondisi ini umumnya dialami oleh wanita berusia antara 20 hingga 45 tahun, terutama mereka dengan kehamilan berulang. Dr. Pradipto menyoroti bahwa faktor-faktor seperti peningkatan berat badan, perubahan struktur anatomi panggul, dan perubahan hormonal selama kehamilan dapat menyebabkan pembesaran pembuluh darah vena di ovarium, yang berkontribusi pada kemacetan aliran darah vena di panggul, dilansir Fimela.com dari berbagai sumber, Rabu(18/12).

Penyebab Pelvic Congestion Syndrome

Pelvic Congestion Syndrome (PCS) adalah kondisi medis yang disebabkan oleh pembengkakan atau pelebaran pembuluh darah di area panggul, mirip dengan varises yang terjadi di kaki. Penyebab utama PCS adalah gangguan aliran darah di pembuluh darah panggul, yang seringkali disebabkan oleh kelemahan atau kerusakan pada katup vena. Ketika katup ini tidak berfungsi dengan baik, darah dapat mengalir balik dan menumpuk di pembuluh darah, menyebabkan pembengkakan dan rasa nyeri.

Faktor-faktor yang dapat berkontribusi terhadap perkembangan PCS meliputi:

1. Kehamilan: Selama kehamilan, volume darah dalam tubuh meningkat dan rahim yang membesar dapat menekan pembuluh darah di panggul, meningkatkan risiko terjadinya PCS.

2. Hormonal: Hormon estrogen dapat melemahkan dinding pembuluh darah, dan kadar estrogen yang tinggi, seperti yang terjadi selama kehamilan, dapat meningkatkan risiko PCS.

3. Genetik: Ada kemungkinan faktor genetik yang membuat beberapa wanita lebih rentan terhadap kelemahan katup vena.

4. Gaya Hidup dan Aktivitas: Berdiri atau duduk dalam waktu yang lama dapat memperburuk gejala PCS karena posisi ini dapat mempengaruhi aliran darah di panggul.

5. Kondisi Medis Lain: Beberapa kondisi medis, seperti sindrom ovarium polikistik (PCOS) atau endometriosis, dapat meningkatkan risiko PCS.

PCS lebih umum terjadi pada wanita usia subur, dan gejala utamanya termasuk nyeri panggul kronis yang seringkali memburuk setelah berdiri lama, selama menstruasi, atau setelah berhubungan seksual. Diagnosis PCS biasanya melibatkan pemeriksaan fisik, pencitraan seperti ultrasound atau MRI, dan kadang-kadang venografi untuk melihat aliran darah di pembuluh panggul. Pengobatan dapat melibatkan perubahan gaya hidup, terapi medis, atau prosedur intervensional untuk mengurangi gejala dan memperbaiki aliran darah.

Pemeriksaan Diagnostik dengan Venogram

Jika Anda merasakan gejala Pelvic Congestion Syndrome (PCS), sangat dianjurkan untuk segera berkonsultasi dengan dokter spesialis kandungan. Dokter akan melakukan pemeriksaan dengan menggunakan USG untuk melihat kondisi varises yang mungkin ada.

Menurut dr. Pradipto, "venografi adalah standar emas untuk menegakan diagnosis." Prosedur ini melibatkan penyuntikan zat kontras ke dalam pembuluh darah vena yang terdapat di area panggul, sehingga memungkinkan dokter untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai kondisi yang dialami pasien.

Terapi untuk Sindrom Panggul Terjebak

Dr. Pradipto menjelaskan bahwa tim Bedah Toraks, Kardiak, dan Vaskular menangani masalah PCS dengan prosedur yang bersifat minimal invasif, yaitu embolisasi vena ovarium. Prosedur ini merupakan metode pengobatan yang paling efektif untuk mengatasi kemacetan vena panggul yang sering dialami pasien.

"Prosedur dilakukan dengan pembiusan umum. Kateter dimasukkan melalui pembuluh darah vena di leher atau di daerah paha. Kateter kemudian diarahkan ke dalam lumen vena untuk mengidentifikasi vena panggul yang tidak kompeten menggunakan kontras venografi. Alat embolisasi kemudian dimasukkan ke dalam pembuluh darah tersebut dan selanjutnya dilakukan evaluasi untuk memastikan semua varises tersebut sudah tidak tervisualisasi dengan kontras. Hal ini menghambat aliran darah di pembuluh darah ini dan mencegah penggumpalan darah di dalam panggul," jelasnya. "Setelah prosedur embolisasi vena ovarium dilakukan, sirkulasi darah vena di panggul akan meningkat dan membaik, rasa sakitnya hilang, dan akhirnya, tubuh secara alamiah menyerap pembuluh darah yang sudah diembolisasi," kata dr. Pradipto.

Apabila Anda mengalami gejala sindrom kemacetan panggul, disarankan untuk berkonsultasi dengan dr. Muhammad Satyagraha Pradipto, Sp.BTKV di RS EMC Alam Sutera agar mendapatkan diagnosis yang akurat dan tepat. Penanganan yang cepat sangat penting untuk mencegah masalah varises atau gejala sindrom kemacetan panggul semakin memburuk.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading