Fimela.com, Jakarta Osteoartritis (OA) pada lutut merupakan salah satu kondisi yang sering mengganggu aktivitas sehari-hari, terutama pada pasien lanjut usia. Kerusakan sendi lutut akibat osteoartritis dapat diperburuk oleh faktor eksternal seperti kelebihan berat badan dan aktivitas fisik yang memberikan dampak tinggi pada lutut.
Oleh karena itu, menjaga berat badan yang sehat sangat penting untuk memperlambat perkembangan osteoartritis serta mencegah kerusakan lebih lanjut pada sendi lutut. Aktivitas fisik yang berisiko tinggi, seperti olahraga dengan dampak tinggi, juga dapat memperburuk kondisi lutut.
"Kerusakan pada sendi lutut sering kali dipercepat oleh kelebihan berat badan atau aktivitas yang memberikan tekanan tinggi pada lutut. Oleh karena itu, pengelolaan berat badan sangat penting dalam pencegahan osteoartritis,” jelas Prof. Dr. dr. Andri Lubis, Sp.OT (K), dokter spesialis ortopedi RS Siloam Mampang.
Advertisement
Menghindari kegiatan yang memberi beban berlebih pada lutut, serta menjaga berat badan ideal, adalah langkah-langkah preventif yang sangat disarankan bagi pasien yang ingin mengurangi risiko osteoartritis. Saat gejala seperti nyeri kronis, keterbatasan gerakan, dan penurunan kualitas hidup tidak dapat lagi diatasi dengan pengobatan konservatif, Total Knee Replacement (TKR) atau penggantian sendi lutut total dapat menjadi solusi yang efektif.
“TKR adalah solusi yang efektif untuk pasien dengan osteoartritis lutut yang gejalanya sudah mengganggu kualitas hidup secara signifikan. Meskipun prosedur ini membawa risiko, dengan persiapan yang matang, pemantauan pascaoperasi yang hati-hati, dan rehabilitasi yang tepat, TKR dapat memberikan perbaikan yang signifikan dalam kualitas hidup pasien,” kata Prof. Andri
Prof. Andir mengatakan TKR prosedur bedah di mana sendi lutut yang rusak akibat osteoartritis digantikan dengan protesa atau implan buatan. Tujuan utama dari prosedur ini adalah untuk mengurangi rasa sakit akibat kerusakan sendi dan meningkatkan fungsi lutut, sehingga pasien dapat kembali menjalani aktivitas sehari-hari. Prosedur ini sering direkomendasikan ketika pengobatan konservatif seperti obat-obatan, fisioterapi, atau injeksi, sudah tidak lagi memberikan hasil yang efektif
”TKR merupakan opsi terakhir bagi pasien osteoartritis yang gejalanya sudah parah dan tidak dapat lagi diatasi dengan obat-obatan atau terapi fisik. Prosedur ini terutama disarankan bagi pasien di atas usia 65 tahun, karena mereka sering kali mengalami penurunan kualitas hidup yang signifikan akibat nyeri lutut kronis. Pada pasien yang lebih muda, TKR sering dianggap sebagai pilihan terakhir mengingat risiko kegagalan implan dalam jangka panjang, yang dapat mengharuskan prosedur penggantian ulang,” paparnya
Advertisement
Waktu Tepat Melakukan TKR
Meskipun TKR terbukti sangat efektif, prosedur ini umumnya dilakukan hanya pada pasien dengan gejala osteoartritis yang sudah sangat parah dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Biasanya, pasien yang mengalami nyeri kronis yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan serta gangguan gerakan yang signifikan menjadi kandidat utama untuk menjalani prosedur ini.
TKR juga sangat direkomendasikan bagi pasien yang kualitas hidupnya telah menurun drastis, dan berbagai terapi konservatif tidak lagi memberikan hasil yang memadai. Namun, Prof. Andri Lubis menekankan bahwa pada pasien yang lebih muda, yakni di bawah 65 tahun, TKR bukanlah pilihan pertama.
”Pada pasien di bawah usia 65 tahun, TKR adalah pilihan terakhir, mengingat risiko jangka panjang dan kemungkinan perlu dilakukan prosedur ulang setelah beberapa tahun,” jelasnya.
Pasien yang lebih muda memiliki harapan hidup yang lebih panjang, sehingga implan lutut yang dipasang melalui TKR mungkin perlu diganti lebih awal. Oleh karena itu, pendekatan non-bedah atau prosedur alternatif seringkali dicoba terlebih dahulu pada kelompok usia ini.
Salah satu keuntungan utama dari Total Knee Replacement adalah peningkatan kualitas hidup pasien setelah prosedur ini. Pasien yang sebelumnya kesulitan berjalan, beraktivitas, bahkan melakukan pekerjaan rumah tangga, sering kali melaporkan perbaikan signifikan setelah operasi. TKR membantu mengurangi rasa sakit yang hebat dan memberi pasien kesempatan untuk bergerak lebih bebas, bahkan kembali berolahraga atau menjalani aktivitas sehari-hari dengan lebih nyaman.
“Setelah operasi, sebagian besar pasien melaporkan penurunan rasa sakit, serta kemampuan untuk kembali melakukan aktivitas yang sebelumnya tidak bisa dilakukan karena rasa sakit,” kata Prof. Andri Lubis.
Salah satu elemen penting yang harus dipertimbangkan dalam prosedur TKR adalah jenis anestesi yang digunakan. Anestesi spinal atau epidural sering dipilih karena kemampuannya untuk memberikan kenyamanan lebih bagi pasien selama dan setelah operasi. Jenis anestesi ini memungkinkan pasien tetap sadar selama prosedur namun tanpa merasakan nyeri, sementara obat-obatan penghilang rasa sakit terus disalurkan ke tubuh secara berkelanjutan.
”Anestesi spinal epidural memastikan obat-obatan dapat terus masuk ke tubuh secara berkelanjutan, yang membantu mengurangi rasa sakit pascaoperasi dan meningkatkan kenyamanan pasien,” jelas Prof. Andri Lubis.
Pendekatan anestesi ini sangat menguntungkan bagi pasien yang khawatir dengan rasa sakit setelah operasi. Selain itu, menggunakan anestesi jenis ini mengurangi risiko komplikasi terkait anestesi umum, seperti gangguan pernapasan.