Sukses

Health

Mengenal Penyakit Diseksi Aorta yang Terjadinya Robekan Pembuluh Darah, Cari Tahu Penyebab dan Gejalanya

Fimela.com, Jakarta Diseksi aorta merupakan robeknya salah satu lapisan pada pembuluh darah besar yang biasa disebut pembuluh darah aorta. Kondisi ini tergolong serius dan perlu mendapatkan penanganan medis sesegera mungkin

Meskipun bisa menyerang siapa saja, namun terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan faktor risiko diseksi aorta seperti tekanan darah tinggi, riwayat keluarga dengan diseksi aorta, kebiasaan merokok, kelainan katup jantung, dan lansia.

dr. Dicky Aligheri, Sp.BTKV (K), FIHA, FICA, salah satu dokter spesialis bedah toraks kardiovaskular RS Siloam Lippo Village Karawaci mengatakan aorta sebagai pembuluh darah terbesar dan membawa aliran darah yang mengandung oksigen ke seluruh tubuh, fungsi aorta bisa dikatakan krusial bagi tubuh karena selain darah, zat-zat lain yang terbawa seperti nutrisi dan hormon juga dialirkan melalui aorta.

“Penting bagi kita untuk selalu menjaga fungsi jantung terutama aorta untuk mencegah terjadinya penyakit komplikasi akibat gangguan yang bisa dialami,” ujar dr. Dicky.

Penyakit diseksi aorta sering kali disebabkan oleh adanya kelainan pada dinding aorta atau tekanan darah yang tinggi. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya diseksi aorta antara lain:

Hipertensi (tekanan darah tinggi): Tekanan darah yang konstan dan tidak terkontrol dapat menyebabkan lemahnya dinding aorta. Hal ini membuatnya lebih rentan terhadap robekan dan diseksi.

Penyakit arteri koroner dapat menyebabkan pembentukan plak di dinding arteri, termasuk di aorta. Plak ini bisa menyebabkan kerapuhan dinding aorta dan meningkatkan risiko terjadinya diseksi. Dan kelainan kongenital atau genetik: Beberapa kelainan bawaan seperti sindrom Marfan, Turner, dan kelainan lain yang mempengaruhi struktur dan kekuatan jaringan ikat dapat meningkatkan risiko diseksi aorta.

Bisa juga cedera atau trauma pada dada atau perut, seperti kecelakaan mobil atau benturan keras dapat merusak dinding aorta dan menyebabkan diseksi. Penggunaan obat terlarang: Penggunaan obat-obatan terlarang tertentu dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah yang ekstrem dan melemahkan dinding aorta.Terakhir angkat beban, bagi yang memiliki hobi angkat beban, lakukan secara bertahap dan jangan terlalu berlebihan untuk angka beban yang dilatih. Hal ini dapat menjadi salah satu faktor penyebab diseksi aorta.

Gejala Diseksi Aorta

Beberapa gejala yang mungkin muncul pada seseorang yang mengalami diseksi aorta antara lain, nyeri dada yang heba terasa secara tiba-tiba dan intens. Nyeri ini biasanya dirasakan di area dada atau punggung bagian atas dan sering kali digambarkan sebagai sensasi menusuk.

Nyeri punggung dapat terasa di antara bahu atau sebagai nyeri menusuk di punggung bagian atas atau bawah. Dan Sesak napas, pecahnya dinding aorta dapat menyebabkan penumpukan darah di sekitar jantung atau paru-paru, yang dapat mengganggu proses pernapasan dan menyebabkan sesak napas.

 Jika diseksi aorta melibatkan bagian perut aorta, hal tersebut dapat menyebabkan nyeri perut yang parah. Kelumpuhan ekstremitas, jika diseksi aorta mengganggu aliran darah ke ekstremitas (lengan atau kaki), maka bisa terjadi kelumpuhan atau mati rasa pada bagian tersebut.

Lalu, pucat, berkeringat, atau mual: Beberapa orang mungkin mengalami gejala nonspesifik seperti pucat, berkeringat berbihan, atau mual. 

Diagnosis Diseksi Aorta

Diagnosis diseksi aorta melibatkan evaluasi medis yang mendalam dan detail untuk membantu mengkonfirmasi kondisi pasien,” sebut dr. Dicky. Beberapa metode diagnosis yang umum digunakan untuk mengidentifikasi diseksi aorta antara lain:

a. Riwayat klinis dan pemeriksaan fisik: Dokter akan mengumpulkan informasi tentang gejala yang dialami dan riwayat medis pasien, termasuk riwayat keluarga yang mungkin memiliki kondisi serupa. Selain itu, pemeriksaan fisik akan dilakukan untuk mencari tanda-tanda khusus seperti tekanan darah antara kedua lengan, mendeteksi suara abnormal di jantung atau pembuluh darah, serta penilaian umum kondisi pasien.

b. CT scan (Computerized Tomography): Tes CT scanmenggunakan sinar-X untuk menciptakan gambar detail dari struktur tubuh, termasuk aorta. Tes ini dapat membantu mengidentifikasi robekan atau penyempitan pada dinding aorta.

c. MRI (Magnetic Resonance Imaging): MRI menggunakan medan magnetik dan gelombang radio untuk menghasilkan gambar aorta secara rinci. Metode diagnosis ini juga dapat membantu mengidentifikasi area robek atau kerusakan pada dinding aorta.

d. Echocardiography ( Ekokardiografi): Ekokardiografi menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambaran detail dari jantung dan pembuluh darah. Ekokardiografi membantu menilai struktur aorta dan mengidentifikasi adanya diseksi. 

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading