Fimela.com, Jakarta Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Anak-anak termasuk golongan yang rentan terhadap penyakit ini, sehingga penting bagi orangtua untuk dapat mengenali gejala DBD pada anak dan cara menanganinya.
Gejala DBD pada anak biasanya mirip dengan gejala flu biasa, yaitu demam tinggi, sakit kepala, nyeri otot dan sendi, mual, muntah, nyeri perut, serta ruam pada kulit. Gejala lain yang perlu diwaspadai adalah pendarahan pada gusi, hidung, atau kulit, serta munculnya bintik merah pada kulit yang disebut dengan petekie.
Sebagai orang tua, kesehatan anak tentu jadi prioritas utama. Apalagi jika anak terjangkit penyakit seperti demam berdarah. Orang tua wajib memahami gejala demam berdarah agar segera memahami kondisi anak. Berikut gejala demam berdarah yang wajib dipahami orang tua beserta cara menanganinya.
Advertisement
Advertisement
Ciri-Ciri Demam Berdarah (DBD) pada Anak
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang seringkali menyerang anak-anak. DBD disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes Aegypti. Gejala DBD pada anak umumnya mirip dengan gejala flu biasa, namun dapat berkembang menjadi kondisi yang lebih serius jika tidak segera ditangani.
Ciri-ciri demam berdarah pada anak antara lain adalah demam tinggi yang tiba-tiba, sakit kepala parah, nyeri pada otot dan sendi, rasa lelah yang berlebihan, mual dan muntah, serta ruam kemerahan di kulit. Selain itu, anak yang terinfeksi virus dengue juga bisa mengalami perdarahan dari hidung, gusi, atau kulit, serta penurunan jumlah trombosit yang dapat menyebabkan mudah memar atau perdarahan yang tidak biasa.
Fase Demam Berdarah pada Anak
Fase 1: Demam Tinggi (Febrile Phase)
Pada fase ini, penderita akan mengalami demam tinggi yang mencapai suhu 40 derajat celcius. Demam ini biasanya berlangsung selama 2-7 hari dan dapat membuat penderita merasa tidak nyaman dan lemah. Selain itu, pada fase ini juga muncul nyeri pada tubuh seperti otot, tulang, sendi, tenggorokan, dan kepala.
Selama fase demam tinggi ini, penderita juga akan mengalami munculnya bintik-bintik kemerahan di kulit. Bintik-bintik tersebut merupakan tanda adanya gangguan pada sistem pembekuan darah yang disebabkan oleh penurunan jumlah trombosit dalam darah. Trombosit adalah komponen darah penting yang berperan dalam proses pembekuan darah. Pada fase ini, jumlah trombosit akan menurun dengan cepat sampai kurang dari 100.000 per mikroliter
Fase 2: Periode Kritis
Fase kedua, atau yang dikenal sebagai periode kritis, merupakan fase yang paling penting dan harus diwaspadai dalam penyakit ini. Pada fase ini, suhu tubuh pasien dapat turun di bawah 38 derajat celcius sehingga banyak pasien merasa sudah pulih. Namun, kenyataannya, pada fase kritis inilah perdarahan dan kebocoran plasma darah dapat terjadi.
Selain itu, detak jantung dan tekanan darah pasien juga mungkin berfluktuasi. Dalam beberapa kasus yang parah, tekanan darah bahkan dapat turun ke tingkat yang sangat rendah sehingga merusak organ vital seperti ginjal dan hati. Hal ini sangat berbahaya karena dapat memicu kondisi yang mengancam nyawa.
Periode kritis ini biasanya terjadi dalam rentang waktu 3-7 hari setelah demam dimulai dan berlangsung selama 24-48 jam. Oleh karena itu, selama periode ini harus tetap waspada dan menjaga gejala-gejala kem
Fase 3: Pemulihan
Setelah melalui masa kritis dari penyakit selama 48-72 jam, seseorang akan memasuki fase pemulihan atau recovery phase. Di dalam fase ini, tubuh mulai pulih dan memperbaiki diri setelah menghadapi serangan penyakit yang parah seperti demam berdarah. Pada fase ini, cairan yang telah keluar dari pembuluh darah selama masa kritis dapat mulai kembali masuk ke dalam pembuluh darah.
Advertisement
Cara Mencegah DBD pada Anak
Untuk mencegah Demam Berdarah Dengue (DBD) pada anak, ada beberapa langkah yang dapat diambil. Pertama, pastikan untuk membersihkan tempat tinggal anak dari genangan air, karena itu adalah tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti yang menyebarkan virus dengue. Selain itu, pastikan untuk menggunakan kelambu pada tempat tidur anak dan memasang jendela kawat untuk mencegah nyamuk masuk ke dalam rumah.
Selain menangani lingkungan, perhatikan juga pakaian anak. Pastikan anak mengenakan pakaian yang menutupi anggota tubuh, terutama pada waktu yang rawan nyamuk seperti pagi dan sore hari. Selain itu, gunakan juga repellent yang mengandung DEET atau IR3535 untuk melindungi kulit anak dari gigitan nyamuk.
Memberikan edukasi pada anak juga penting, ajarkan mereka untuk tidak membuang sampah sembarangan dan memberi pengertian tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Dengan menerapkan langkah-langkah ini, diharapkan dapat membantu mencegah anak dari terinfeksi virus DBD.
Apa yang Harus Dilakukan Ketika Anak Kena DBD?
Jika anak terkena DBD, ada beberapa langkah yang harus dilakukan untuk membantunya pulih.
Pertama-tama, penting untuk segera membawa anak ke dokter untuk mendapatkan diagnosis yang akurat. Gejala DBD meliputi demam tinggi, nyeri otot dan sendi, mual, muntah, ruam kulit, dan penurunan jumlah trombosit dalam darah. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan tes darah untuk memastikan diagnosis.
Selanjutnya, pastikan anak cukup istirahat dan minum banyak cairan. Kedua hal ini sangat penting untuk membantu tubuh anak melawan infeksi. Beri mereka makanan bergizi dan hindari makanan yang berlemak atau pedas. Pastikan juga untuk memberi mereka obat sesuai anjuran dokter untuk meredakan gejala seperti demam dan nyeri.
Selama masa pemulihan, pastikan untuk memantau kondisi anak secara ketat. Perhatikan tanda-tanda bahaya seperti pendarahan, muntah darah, atau lemah yang parah. Segera bawa anak ke rumah sakit jika mengalami gejala-gejala tersebut. Selain itu, pastikan untuk membersihkan rumah dari nyamuk dengan menggunakan kelambu atau semprotan anti-nyamuk untuk mencegah infeksi berlanjut.
Keseluruhan, DBD adalah penyakit yang serius dan memerlukan perhatian medis segera. Dengan pengobatan yang tepat dan perawatan yang baik, anak biasanya bisa pulih sepenuhnya dalam beberapa minggu. Jangan ragu untuk mencari bantuan dari dokter dan petugas kesehatan jika anak terkena DBD.