Fimela.com, Jakarta Sakit kepala atau pusing sebenarnya merupakan kondisi yang cukup umum dialami oleh banyak orang. Biasanya pusing terjadi karena stres atau hal lainnya. Pusing juga bisa dibilang merupakan suatu kondisi yang cukup ringan dan bisa ditangani sendiri. Pusing bisa diatasi menggunakan obat-obatan OTC (Over the Counter) atau bisa juga dengan istirahat yang cukup.
Meskipun bisa terbilang ringan, namun pusing tidak bisa diremehkan atau dianggap enteng. Pusing yang diabaikan dan tidak segera ditangani bisa membuat kondisi ini semakin parah bahkan bisa menjadi gejala suatu penyakit.
Pusing yang masih ringan biasanya disebabkan karena tubuh yang kelelahan, kurang tidur, kurang minum air putih dan lain-lain. Namun bagaimana jika pusing dialami setelah makan daging kambing?
Advertisement
Jika kamu mengalami hal ini, sebaiknya ketahui dulu penyebabnya sebelum mencari tahu cara mengatasinya.
Advertisement
Penyebab Pusing Setelah Makan Daging
Alergi Daging
Jika kamu sering merasa pusing setelah mengonsumsi daging, bisa jadi itu disebabkan oleh alergi terhadap daging. Meskipun biasanya alergi makanan melibatkan susu, seafood, dan telur, ada orang yang justru alergi terhadap daging.
Makanan tersebut dapat memicu produksi histamin dalam tubuh, sebuah zat dalam sistem kekebalan yang berperan dalam reaksi alergi. Histamin dapat menyebabkan respons imun berlebihan, yang menghasilkan gejala seperti kulit gatal, mual, bersin, atau pusing. Untuk meredakan pusing setelah makan daging, mengonsumsi antihistamin dapat menjadi solusi, terutama jika alergi terjadi pada daging kambing, sapi, atau jenis daging lainnya. Pada dasarnya, semua jenis daging hewan ternak memiliki potensi untuk memicu alergi pada individu yang sensitif, dengan daging sapi menjadi salah satu penyebab alergi daging yang umum.
Keracunan Makanan
Mengonsumsi daging yang terkontaminasi bakteri seperti Salmonella, E. coli, atau Listeria dapat menyebabkan keracunan makanan, terutama jika daging tidak diolah dengan benar. Selain merugikan nilai gizi daging, pengolahan yang tidak tepat juga dapat mengakibatkan keracunan.
Gejala keracunan makanan dapat muncul beberapa jam atau hari setelah mengonsumsi daging, termasuk sakit perut, mual, muntah, dan pusing. Penting untuk mencari bantuan medis jika gejala tidak membaik atau malah memburuk.
Konsumsi Daging Berlebihan
Mengonsumsi terlalu banyak daging juga memiliki risiko, khususnya terkait dengan keracunan zat besi. Keracunan zat besi dapat menimbulkan gejala dalam waktu enam jam setelah overdosis dan dapat memengaruhi berbagai bagian tubuh.
Setelah mengonsumsi daging sapi atau kambing dalam jumlah berlebihan, gejala seperti pusing, sakit kepala, mual, muntah, diare, nyeri perut, gelisah, dan mengantuk dapat muncul. Keracunan zat besi juga dapat memengaruhi sistem pernapasan, paru-paru, dan sistem saraf. Kondisi ini dapat menjadi serius dan menyebabkan napas cepat, jantung berdebar, pingsan, kejang, dan tekanan darah rendah.
Penting untuk diingat bahwa kondisi ini lebih mungkin terjadi pada individu dengan riwayat penyakit tertentu, seperti hemokromatosis, sebuah kondisi genetik yang memengaruhi penyerapan zat besi dari makanan secara tidak normal.
Cara Mengatasi
Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengatasi pusing setelah mengonsumsi daging.
- Duduk atau berbaring dalam posisi yang nyaman.
- Jika pusing disebabkan oleh alergi, segera minum obat alergi atau dapatkan suntikan alergi dari dokter.
- Pastikan tubuh tetap terhidrasi dengan baik untuk menjaga tekanan darah tetap normal, dengan cara mengonsumsi air putih.
- Hindari makanan olahan, roti tawar, atau nasi putih, karena dapat menurunkan tekanan darah dan memperpanjang gejala pusing.
- Pilih makanan yang lebih sehat, termasuk protein tanpa lemak dan makanan yang mengandung kolesterol baik, seperti minyak kelapa atau minyak zaitun.
- Tunda aktivitas berat untuk sementara waktu, dan beri jeda sekitar satu jam sebelum melakukan latihan intensif.
- Pertimbangkan pengobatan alternatif seperti akupuntur, yang telah terbukti efektif dalam mengatasi gejala alergi.