Fimela.com, Jakarta Penyakit epilepsi atau ayan adalah kondisi yang dapat menjadikan seseorang mengalami kejang secara berulang. Epilepsi bisa menyerang seseorang ketika terjadinya kerusakan atau perubahan di dalam otak. Epilepsi dapat terjadi oleh siapa saja. Penyakit ini bisa menyerang orang dari berbagai usia dan semua jenis kelamin
Di dalam otak manusia terdapat neuron atau sel-sel saraf yang merupakan bagian dari sistem sarah. Setiap sel saraf saling berkomunikasi menggunakan impuls listrik. Pada kasus epilepsi, kejang terjadi ketika impuls listrik tersebut dihasilkan secara berlebihan, sehingga menyebabkan perilaku atau gerakan tubuh yang tidak terkendali.
Berikut penjelasan mengenai penyebab ayan atau epilepsi yang perlu kamu ketahui.
Advertisement
Advertisement
Penyebab Epilepsi
Epilepsi dapat mulai diidap pada usia kapan saja, umumnya kondisi ini terjadi sejak masa kanak-kanak. Berdasarkan penyebabnya, epilepsi dibagi dua, yaitu:
- Epilepsi idiopatik, disebut juga sebagai epilepsi primer. Ini merupakan jenis epilepsi yang penyebabnya tidak diketahui. Sejumlah ahli menduga bahwa kondisi ini disebabkan oleh faktor genetik (keturunan).
- Epilepsi simptomatik, disebut juga epilepsi sekunder. Ini merupakan jenis epilepsi yang penyebabnya bisa diketahui. Sejumlah faktor, seperti luka berat di kepala, tumor otak, dan stroke diduga bisa menyebabkan epilepsi sekunder.
Selain penyebab di atas, terdapat beberapa penyebab lain di antaranya:
- Gangguan kekebalan tubuh. Kondisi yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel otak atau yang disebut penyakit autoimun dapat menyebabkan epilepsi.
- Gangguan perkembangan. Kelainan lahir yang mempengaruhi otak sering menjadi penyebab epilepsi, terutama pada orang yang kejangnya tidak terkontrol dengan obat anti kejang.
Faktor Risiko Epilepsi
Beberapa faktor yang berpotensi meningkatkan risiko terkena epilepsi, antara lain:
- Usia. Epilepsi umumnya dialami oleh usia anak-anak dan lansia. Meski demikian, kondisi ini juga dapat dialami oleh semua kalangan yang memiliki risiko terkena epilepsi.
- Genetik. Riwayat kesehatan yang dialami oleh anggota keluarga dapat menjadi pemicu penyebab epilepsi.
- Cedera pada kepala. Cedera pada kepala dapat menjadi salah satu penyebab epilepsi.
- Stroke dan penyakit vaskular. Stroke dan penyakit pembuluh darah (vaskular) lainnya dapat menyebabkan kerusakan otak yang dapat memicu kondisi ini.
- Demensia.
- Infeksi otak. Peradangan pada otak atau sumsum tulang belakang dapat meningkatkan risiko terkena epilepsi.
- Riwayat kejang di masa kecil. Kejang dapat disebabkan oleh demam tinggi. Pada kondisi ini, anak lebih rentan mengalami epilepsi.
Advertisement
Gejala Epilepsi
Jenis kejang epilepsi dibagi menjadi dua berdasarkan gangguan pada otak, yaitu:
1. Kejang parsial
Pada kejang parsial atau focal, otak yang mengalami gangguan hanya sebagian saja. Kejang parsial ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu:
Kejang parsial simpel
Ini adalah kejang yang pengidapnya tidak mengalami kehilangan kesadaran. Gejalanya dapat berupa anggota tubuh yang menyentak, atau timbul sensasi kesemutan, pusing, dan kilatan cahaya.
Bagian tubuh yang mengalami kejang tergantung pada bagian otak mana yang mengalami gangguan.
Contohnya jika epilepsi mengganggu fungsi otak yang mengatur gerakan tangan atau kaki, maka kedua anggota tubuh itu saja yang akan mengalami kejang.
Kejang parsial juga dapat membuat pengidapnya mengalami perubahan secara emosi, seperti merasa gembira atau takut secara tiba-tiba.
Kejang parsial kompleks
Kadang-kadang, kejang focal memengaruhi kesadaran pengidapnya, sehingga membuatnya terlihat seperti bingung atau setengah sadar selama beberapa saat.
Inilah yang dinamakan dengan kejang parsial kompleks. Ciri-ciri kejang parsial kompleks lainnya adalah pandangan kosong, menelan, mengunyah, atau menggosok-gosokkan tangan.
2. Kejang Umum
Pada kejang umum atau menyeluruh, gejala terjadi pada sekujur tubuh dan disebabkan oleh gangguan yang berdampak kepada seluruh bagian otak.
Berikut ini adalah gejala-gejala yang bisa terjadi saat seseorang terserang kejang umum:
- Mata yang terbuka saat kejang.
- Kejang tonik. Tubuh yang menjadi kaku selama beberapa detik. Ini bisa diikuti dengan gerakan-gerakan ritmis pada lengan dan kaki atau tidak sama sekali. Otot-otot pada tubuh terutama lengan, kaki, dan punggung berkedut.
- Kejang atonik, yaitu otot tubuh tiba-tiba menjadi rileks, sehingga pengidap bisa jatuh tanpa kendali.
- Kejang klonik, yaitu gerakan menyentak ritmis yang biasanya menyerang otot leher, wajah dan lengan.
- Terkadang, pengidap epilepsi mengeluarkan suara-suara atau berteriak saat mengalami kejang.
- Mengompol.
- Kesulitan bernapas atau beberapa saat, sehingga badan terlihat pucat atau bahkan membiru.
Dalam beberapa kasus, kejang menyeluruh membuat pengidap benar-benar tidak sadarkan diri. Setelah sadar, pengidap terlihat bingung selama beberapa menit atau jam.
Ada jenis epilepsi yang umumnya dialami oleh anak-anak, dikenal dengan nama epilepsi absence atau petit mal.
Meski kondisi ini tidak berbahaya, prestasi akademik dan konsentrasi anak bisa terganggu. Ciri-ciri epilepsi ini adalah hilangnya kesadaran selama beberapa detik, mengedip-ngedip atau menggerak-gerakkan bibir, serta pandangan kosong.
Anak-anak yang mengalami kejang ini tidak akan sadar atau ingat akan apa yang terjadi saat mereka kejang.