Fimela.com, Jakarta ADHD adalah salah satu gangguan perkembangan saraf yang paling umum terjadi pada masa kanak-kanak dan sering kali berlanjut hingga dewasa. Kondisi medis Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) menyebabkan seorang anak memiliki perbedaan perkembangan otak dan aktivitas otak yang mempengaruhi perhatian, kemampuan duduk diam, dan pengendalian diri.
Dilansir dari psychiatry.org, ADHD dianggap sebagai gangguan kronis yang dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan anak termasuk di sekolah, di rumah, maupun dalam pertemanan. ADHD dapat menyebabkan rendahnya harga diri dan fungsi sosial pada anak jika tidak ditangani dengan tepat. Beberapa komplikasi pun bisa terjadi pada penderita ADHD.
Penyebab ADHD
Hingga saat ini penyebab dan faktor risiko pasti ADHD belum diketahui, namun penelitian menunjukkan bahwa genetika memainkan peran penting dengan kondisi ini. Selain genetika, terdapat beberapa kemungkinan penyebab dan faktor risiko ADHD, di antaranya:
Advertisement
- Kerusakan otak
- Paparan terhadap racun lingkungan (misalnya timbal) selama kehamilan atau pada usia muda
- Penggunaan alkohol dan tembakau selama kehamilan
- Persalinan prematur
- Berat badan lahir rendah
Seperti pandangan yang berkembang di masyarakat, ADHD tidak disebabkan oleh terlalu banyak waktu menatap layar, pola asuh yang buruk, atau makan terlalu banyak gula. Bukti kuat menunjukkan bahwa ADHD sebagian besar diturunkan dalam keluarga.
Advertisement
Tanda dan gejala ADHD
Kesulitan fokus pada masa kanak-kanak memanglah hal yang wajar. Namun, pada anak ADHD gejala bisa berlanjut dan lebih parah yang menyebabkan anak mengalami kesulitan saat di sekolah, rumah, atau bersama teman. Dilansir dari kidshealth.org, anak dengan ADHD dapat menunjukkan tanda-tanda berikut:
Inatensi
Salah satu tanda dari ADHD yaitu rendahnya konsentrasi anak. Mereka mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian, berkonsentrasi, dan mengerjakan tugas. Anak-anak tidak mendengarkan arahan dengan baik, melewatkan detail penting, dan mungkin tidak menyelesaikan apa yang telah mereka mulai.
Hiperaktif
Anak hiperaktif cenderung mudah gelisah dan mudah bosan. Mereka kesulitan duduk diam, atau tetap diam saat dibutuhkan. Anak mungkin terburu-buru dalam melakukan sesuatu dan sering kali ceroboh. Anak suka memanjat, melompat, atau melakukan tindakan kasar di tempat yang tidak seharusnya, dan tanpa disengaja mungkin mengganggu orang lain.
Impulsif
Anak-anak yang impulsif bertindak terlalu cepat sebelum berpikir. Biasanya anak suka menyela, mendorong atau meraih, dan sulit menunggu. Mereka mungkin melakukan sesuatu tanpa meminta izin, mengambil sesuatu yang bukan miliknya, atau bertindak dengan cara yang berisiko.
Beberapa gejala anak dengan ADHD:
- Banyak melamun
- Sering lupa atau kehilangan banyak hal
- Mudah gelisah
- Berbicara terlalu banyak
- Ceroboh atau mengambil risiko yang tidak perlu
- Sulit menahan godaan
- Kesulitan mengambil giliran
- Mengalami kesulitan bergaul dengan orang lain
Diagnosis ADHD
Semua anak terkadang kesulitan untuk memperhatikan, mendengarkan dan mengikuti arahan, duduk diam, atau menunggu giliran. Hal tersebut tidak selalu berarti bahwa anak mengalami ADHD. Namun, gejala tersebut seharusnya berkembang sedikit demi sedikit, seiring dengan pertumbuhan anak. Jika hal ini terus berlanjut dan mulai menimbulkan masalah di sekolah, rumah, atau pun dengan teman, bisa jadi itu adalah ADHD.
Dilansir dari cdc.gov, anak dengan ADHD lebih sulit diatur dan gejala timbul lebih sering. Apabila anak diduga mengalami kondisi ADHD, sebaiknya orangtua segera membawa anak ke fasilitas kesehatan untuk memastikan dan mendiagnosis dengan tepat. Hingga saat ini, tidak ada tes tunggal untuk mendiagnosis ADHD.
Namun secara umum, untuk mendiagnosis ADHD seseorang harus memiliki gejala yang berlangsung selama lebih dari 6 bulan, dan gejala tersebut harus muncul pada situasi yang berbeda-beda. Salah satu langkah prosesnya adalah menjalani pemeriksaan medis, termasuk tes pendengaran dan penglihatan, untuk memastikan tidak ada hal lain yang menyebabkan gejala tersebut.
Â
Penulis: Maritza Samira.
#BreakingBoundariesDesember