Fimela.com, Jakarta Kecemasan merupakan reaksi normal terhadap stres dan dapat bermanfaat dalam beberapa situasi. Perasaan ini dapat memberitahu kita akan bahaya dan membantu kita untuk waspada dan lebih memperhatikan sesuatu yang kita anggap penting atau prioritas.
Namun, gangguan kecemasan berbeda dari perasaan gugup atau cemas yang normal, dan melibatkan ketakutan atau kecemasan yang berlebihan. Gangguan kecemasan adalah kondisi paling umum dari gangguan mental dan mempengaruhi hampir 30% orang dewasa di beberapa titik dalam hidup mereka.
Advertisement
BACA JUGA
Menurut National Institute of Mental Health (NIMH), adanya kombinasi faktor genetik dan lingkungan bisa saja menjadi pemicu gangguan kecemasan pada seseorang. Hal ini karena gangguan kecemasan sering terjadi bersamaan dengan kondisi kesehatan mental lainnya, seperti penyalahgunaan zat dan depresi.
Menjadi penting bagi kamu untuk mengetahui penyebab gangguan kecemasan agar kamu dapat bertindak secara preventif. Berikut Fimela.com telah merangkum 5 penyebab gangguan kecemasan secara umum, mulai dari stres berlebih hingga pengaruh obat. Dilansir dari beragam sumber, simak ulasan selengkapnya di bawah ini.
Advertisement
1. Stres Berlebihan
Stres yang berlebihan adalah penyebab utama seseorang mengalami gangguan kecemasan. Stres bisa dianggap sebagai respon tubuh yang kerap kita rasakan dalam keseharian, namun stres yang berlebihan atau tidak terselesaikan dapat meningkatkan peluang gangguan kecemasan.
Sebuah studi yang dilakukan di tahun 2019 memeriksa bukti hubungan neurobiologis antara stres dan kecemasan dari berbagai penelitian. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa fitur saraf di bagian otak tertentu, seperti amigdala – yang berperan dalam memproses rangsangan yang menakutkan dan mengancam – dapat membantu menjelaskan bagaimana stres berkontribusi pada kecemasan.
2. Faktor Genetik
Penyebab gangguan kecemasan yang kedua yaitu genetik. Jika seseorang dalam keluarga memiliki gangguan kecemasan, kamu mungkin juga berisiko lebih besar untuk mengalaminya. Faktor sosial dan ekonomi dapat berperan, tetapi bukti yang berkembang menunjukkan bahwa fitur genetik juga dapat berkontribusi.
Sebuah studi 2019 melihat hubungan antara fitur genetik dan kecemasan dan gangguan terkait stres. Para penulis menyimpulkan bahwa jika seseorang memiliki fitur genetik tertentu, maka orang tersebut mungkin lebih rentan terhadap kecemasan.
Advertisement
3. Trauma
Peristiwa traumatis yang baru terjadi atau di masa lalu, seperti mengalami pelecehan dan penganiayaan dapat meningkatkan risiko munculnya gangguan kecemasan. Hal ini juga bisa memicu orang-orang yang berada di dekat korban trauma menjadi ikut merasakan pengalaman traumatis.
Banyak orang mengalami kecemasan setelah kejadian yang mengejutkan atau menakutkan; ini dikenal sebagai acute distress disorder (ASD). Tetapi gejala yang berkelanjutan bisa menjadi tanda post-traumatic stress disorder (PTSD). Biasanya gejala akan muncul dalam waktu 3 bulan setelah kejadian, tetapi juga dapat muncul setelah beberapa tahun kemudian.
4. Tipe Kepribadian
Tipe kepribadian juga menyebabkan seseorang mengalami gangguan kecemasan, lho. Hal ini karena ciri-ciri kepribadian tertentu dapat memengaruhi risiko seseorang mengalami gangguan kecemasan.
Sekelompok ilmuwan yang meneliti 489 mahasiswa tahun pertama selama 6 tahun untuk melihat bagaimana pandangan tertentu (seperti kecenderungan untuk mengalami perasaan negatif, ekstraversi, dan introversi) dapat memengaruhi risiko mereka mengembangkan kecemasan dan depresi.
Hasil penelitiannya menunjukkan temuan yang menarik bahwa mereka yang munafik terhadap diri mereka sendiri, mengalami kesulitan dengan kritik, atau mengalami banyak pikiran dan perasaan negatif saat dewasa juga lebih berpotensi mengalami gangguan panik, agorafobia, gangguan kecemasan umum (GAD), dan gangguan depresif berat.
Advertisement
5. Mengalami Tindakan Rasisme
Penyebab gangguan kecemasan yang kelima yaitu rasisme. Orang yang mengalami diskriminasi rasial memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan kecemasan, bahkan setelah memperhitungkan faktor genetik.
Sebuah penelitian yang diterbitkan pada tahun 2021 menyimpulkan bahwa diskriminasi merupakan faktor risiko kecemasan. Para peneliti menyerukan kesadaran yang lebih besar tentang bagaimana rasisme dan bentuk-bentuk diskriminasi dan pengucilan sosial lainnya dapat memengaruhi kesehatan mental orang.