Sukses

Health

Ketahui Penyebab Déjà vu yang Paling Umum Beserta Teorinya

Fimela.com, Jakarta Pernahkah kamu merasakan seperti sudah mengalami suatu kejadian tertentu atau merasa familiar dengan sesuatu? Kejadian demikian sering disebut dengan deja vu. Fenomena ini bisa dirasakan oleh siapa pun tanpa terkecuali.

Sudah ada banyak penelitian yang dilakukan tentang deja vu. Secara umum, dejavu adalah sebuah gambaran sensasi di mana kamu merasa pernah mengalami sesuatu. Bahkan ketika kamu tahu bahwa pengalaman tersebut tidak pernah dialami sebelumnya.

Sebagai fenomena yang unik, deja vu sering dikaitkan dengan hal-hal berbau mistis. Padahal, fenomena ini bisa dijelaskan secara ilmiah dan memiliki pemicu yang bisa dikenali. 

Untuk itu, Fimela.com kali ini akan mengulas penyebab déjà vu yang paling umum beserta teorinya. Dilansir dari Merdeka.com, simak ulasan selengkapnya berikut ini.

Memahami Fenomena Déjà vu

Deja vu berasal dari bahasa Perancis yang berarti "telah melihat, atau "telah menyaksikan". Kata deja vu pertama kali dicetuskan oleh seorang psikologi berkebangsaan Perancis bernama Emile Boirac pada tahun 1876 di dalam bukunya "L'Avenir des Sciences Psichyques".

Dalam hal ini deja vu adalah perasaan familiar terhadap sesuatu atau merasa seolah-olah dirinya sudah pernah melihat pada masa lampau sesuatu peristiwa yang sedang dialaminya pada hari ini.

Seiring berjalannya waktu deja vu terus mengalami perkembangan sehingga dibedakan dalam beberapa sub bagian seperti deja vecu (telah mengalami), deja senti (telah memikirkan) dan deja visite (telah mengunjungi).

Dalam fenomena deja vu indera memainkan peranan penting dalam menjalankan fungsi otak pada manusia. Tanpa indera otak manusia tidak akan mampu berfungsi sebagaimana mestinya atau dengan kata lain semakin tajam indera manusia maka semakin terasah pula otak menjalankan fungsinya.

Dalam hal ini deja vu menjadi contoh di mana indera mempunyai ketertarikan signifikan dengan fungsi otak manusia. Deja vu juga menjadi bukit bahwa setiap stimulus yang dipancarkan oleh alam ditangkap oleh indera manusia dan menimbulkan respon baik sadar atau subliminal.

Penyebab Déjà vu yang Paling Umum

Bagi orang orang yang mengalami deja vu tidak perlu khawatir, karena pengalaman ini tidak menimbulkan efek kesehatan yang merugikan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kamu mengalami deja vu, diantaranya:

1. Kamu Sering Jalan-Jalan

Penyebab deja vu yang pertama adalah kamu termasuk orang yang sering jalan-jalan. Orang-orang yang kerap bepergian dan mereka yang dapat mengingat mimpinya cenderung lebih mungkin mengalami deja vu, daripada mereka yang suka berdiam diri di rumah saja.

Orang-orang ini dapat menggunakan berbagai sumber imajinasi mereka. Misalnya menginjak Selandia Baru dan melihat pemandangan gunung es. Setibanya di Swiss, mereka tiba-tiba merasa deja vu lantaran sudah melihat hal yang nyaris serupa di Selandia Baru.

2. Pernah Berada di Tempat yang Sama

Penyebab deja vu berikutnya adalah kamu pernah berada di tempat yang sama. Beberapa peneliti percaya bahwa deja vu terpicu ketika kamu memasuki lingkungan yang mirip dengan apa yang pernah kamu alami di masa lalu.

Misalnya, kamu dapat mengalaminya ketika memasuki lobi hotel tempat perabotan dikonfigurasi dengan cara yang sama seperti ruang keluarga di rumah masa kecil kamu.Peneliti menguji teori itu dalam penelitian 2009 yang diterbitkan dalam jurnal Psychonomic Bulletin & Review. Para peneliti menyimpulkan bahwa mungkin ada hubungan antara deja vu dan perasaan keakraban.

3. Ada Sesuatu dengan Otak

Di dalam otak manusia, terdapat bagian otak yang disebut dengan lobus temporal, ini dapat membantu kita mengenali pengalaman yang pernah kita alami sebelumnya. Sementara itu, sains belum membuktikan bahwa pengalaman deja vu sehari-hari adalah hasil dari ingatan yang tersimpan di area temporal, namun beberapa peneliti percaya ada hubungan antara keduanya.

Individu dengan epilepsi sering mengalami kejang fokal yang terjadi di satu area otak, terkadang di lobus temporal yakni tempat menyimpan ingatan, yang biasa disebut kejang lobus temporal.

Kejang lobus temporal ini dapat menghasilkan perasaan deja vu jika mengalami tanda-tanda seperti, muncul perasaan secara tiba-tiba dan tidak dapat dijelaskan, terdapat kedutan di otot dan memiliki sensasi yang melibatkan penglihatan, rasa, penciuman, pendengaran, dan sentuhan.

Beberapa Teori Menarik Mengenai Déjà vu

Ada berbagai teori penjelasan mengapa kita mengalami deja vu, meskipun belum terbukti secara ilmiah, namun teori-teori ini masih terus diperbincangkan dan merupakan dugaan yang bisa menjadi gambaran. Berikut beragam teori di balik deja vu dan penjelasannya:

1. Teori Perspektif Indera dan Rangsangan Lingkungan

Hipotesis ini mencoba menjelaskan sensasi deja vu adalah dengan mengaitkannya dengan perspektif indera kita. Eksperimen psikologis yang terkenal, studi Grant et al, menunjukkan bahwa ingatan kita bergantung pada konteks, artinya kita dapat mengingat informasi dengan lebih baik ketika ditempatkan di lingkungan yang sama tempat kita mempelajarinya.

Teori ini mencoba menjelaskan fenomena deja vu dengan menunjukkan bagaimana rangsangan di lingkungan dapat dengan mudah membangkitkan ingatan. Pemandangan atau aroma tertentu mungkin memicu pikiran bawah sadar kita untuk mengingat saat ketika kita melihat atau mendengar hal yang sama.

Ini juga akan menjelaskan mengapa pengalaman deja vu yang sama dapat terulang kembali. Ketika kita mengingat sesuatu, itu meningkatkan kekuatan jalur saraf kita, yang berarti kita lebih cenderung mengingat sesuatu yang berulang kali kita pikirkan.

2. Teori Universal Pararel

Gagasan bahwa kita hidup di antara jutaan alam semesta paralel yang berisi jutaan versi diri kita yang menjalankan kehidupan kita sendiri dengan beragam kemungkinan yang berbeda selalu merupakan pemikiran yang agak menarik. Deja vu sebenarnya bisa berkontribusi pada teori ini!

Orang-orang percaya dalam teori ini mengklaim bahwa pengalaman manusia tentang deja vu adalah, dapat dijelaskan dengan mempertimbangkan perasaan gelisah karena telah hidup sesaat sebelumnya sebagai "crossover" dengan alam semesta paralel. 

Ini berarti bahwa apa pun yang kamu lakukan saat mengalami deja vu, versi paralel melakukannya di alam semesta yang berbeda secara bersamaan, karenanya menciptakan keselarasan antara kedua alam semesta!

Meskipun menarik, teori ini tidak didukung dengan banyak bukti ilmiah, yang membuatnya sulit diterima. Namun, teori multiverse, yang menyatakan bahwa jutaan alam semesta terbentuk secara acak berdampingan dengan hanya beberapa yang luar biasa yang terbentuk dengan aksesori untuk mendukung kehidupan seperti kita, dapat membantu untuk membantu hipotesis ini.

3. Teori Hologram

Teori berikutnya, yakni teori hologram yang memiliki gagasan bahwa ingatan kita terbentuk seperti gambar tiga dimensi, yang berarti mereka memiliki jaringan bingkai terstruktur untuk mereka. Teori ini, yang dikemukakan oleh Hermon Sno, menunjukkan bahwa seluruh pembentukan memori dapat direkonstruksi oleh satu elemen.

Karena itu, jika satu stimulus di lingkunganmu (suara, bau, dll.) mengingatkan kamu pada momen sebelumnya yang pernah kamu alami, seluruh memori dapat diciptakan kembali oleh pikiranmu seperti hologram. Ini menjelaskan dejavu dengan menyarankan bahwa ketika sesuatu di lingkungan kita saat ini mengingatkan kita akan masa lalu kita, otak kita membuat koneksi ke peristiwa masa lalu dan menghasilkan "hologram" memori untuk membuatnya terasa seperti kita menghidupkannya kembali.

Alasan kita tidak mengenali ingatan setelah momen deja vu berlalu adalah karena rangsangan yang memicu pembentukan ingatan hologram seringkali tersembunyi dari persepsi sadar kita. Kamu mungkin mengalami deja vu adalah ketika mengambil kaleng karena perasaan logamnya sama dengan pegangan sepeda yang pernah kamu miliki.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading