Fimela.com, Jakarta Penyakit autoimun merupakan sekelompok penyakit yang biasanya kurang jelas patogenesisnya dan dengan suatu manifestasi fenomena autoimunitas. Biasanya, penyakit autoimun dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu kelainan yang melibatkan sejumlah sistem tubuh (kelainan multisistem) dan kelainan yang hanya melibatkan sebuah organ saja (khas organ).
Penyakit autoimun terjadi ketika respon autoimun atau respon sistem kekebalan tubuh mengalami gangguan kemudian menyerang jaringan tubuh itu sendiri sehingga memunculkan kerusakan jaringan atau gangguan fisiologis, padahal seharusnya sistem imun hanya menyerang organisme atau zat-zat asing yang membahayakan tubuh.
Advertisement
BACA JUGA
Autoimun dikategorikan sebagai penyakit yang terus meningkat secara global sejak akhir perang dunia II. Pandemi autoimun mencakup 80 penyakit yang mengalami peningkatan baik insidensi dan prevalensinya, melansir dari Jurnal Essentials (Essence of Scientific Medical Journal) Universitas Udayana.
Melihat urgensinya, nampaknya kamu perlu tahu lebih banyak seputar penyakit autoimun serta hal-hal apa saja yang menyebabkannya. Untuk itu, berikut Fimela.com telah merangkum sejumlah informasi mengenai faktor risiko penyebab penyakit autoimun yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Dilansir dari Merdeka.com, simak ulasan selengkapnya di bawah ini.
Advertisement
Seputar Penyakit Autoimun
Sistem kekebalan tubuh berfungsi melindungi kamu dari penyakit dan infeksi. Namun, jika kamu memiliki penyakit autoimun, sistem kekebalan tubuh tersebut dapat menyerang sel-sel sehat di tubuhmu sendiri secara tidak sengaja. Penyakit autoimun dapat mempengaruhi banyak bagian tubuh.
Dilansir dari beragam sumber ilmiah, penyakit ini cenderung menurun dalam keluarga. Dibanding laki-laki, perempuan memiliki risiko lebih tinggi untuk beberapa jenis penyakit autoimun.
Terdapat lebih dari 80 jenis penyakit autoimun, dan beberapa di antaranya memiliki gejala yang serupa. Seringkali, gejala pertama yang muncul adalah kelelahan, nyeri otot, dan demam rendah. Tanda klasik penyakit autoimun adalah peradangan, yang dapat menyebabkan kemerahan, panas, nyeri, dan bengkak.
Perawatan yang dilakukan tergantung pada penyakitnya tetapi dalam banyak kasus, satu tujuan penting dalam menangani penyakit autoimun adalah mengurangi peradangan. Terkadang dokter meresepkan kortikosteroid atau obat lain yang mengurangi respons imun.
Jenis Penyakit Autoimun yang Paling Umum
Terdapat lebih dari 80 jenis penyakit autoimun yang berbeda. Namun berikut adalah 7 jenis penyakit autoimun yang paling umum dan paling sering ditemui melansir dari healthline.com;
1. Diabetes Tipe 1
Pankreas menghasilkan hormon insulin, yang membantu mengatur kadar gula darah. Pada diabetes melitus tipe 1, sistem kekebalan menyerang dan menghancurkan sel penghasil insulin di pankreas. Hasil gula darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah, serta organ seperti jantung, ginjal, mata, dan saraf.
2. Artritis Reumatoid
Pada rheumatoid arthritis (RA), sistem kekebalan menyerang sendi. Serangan ini menyebabkan kemerahan, rasa hangat, nyeri, dan kaku pada persendian. Tidak seperti osteoartritis, yang umumnya menyerang orang seiring bertambahnya usia, RA dapat dimulai sejak usia 30-an atau lebih cepat.
3. Sklerosis Multipel
Multiple sclerosis (MS) merusak selubung mielin, lapisan pelindung yang mengelilingi sel saraf, di sistem saraf pusat Anda. Kerusakan pada selubung mielin memperlambat kecepatan transmisi pesan antara otak dan sumsum tulang belakang ke dan dari seluruh tubuh Anda.
Kerusakan ini dapat menyebabkan gejala seperti mati rasa, kelemahan, masalah keseimbangan, dan kesulitan berjalan. Penyakit ini datang dalam beberapa bentuk yang berkembang dengan kecepatan berbeda. Menurut studi tahun 2012, sekitar 50 persen orang dengan MS membutuhkan bantuan untuk berjalan dalam waktu 15 tahun setelah penyakit dimulai.
4. Lupus Eritematosus Sistemik (SLE)
Meskipun para dokter pada tahun 1800-an pertama kali menggambarkan lupus sebagai penyakit kulit karena ruam yang biasa ditimbulkannya, bentuk sistemik, yang paling umum, sebenarnya mempengaruhi banyak organ, termasuk persendian, ginjal, otak, dan jantung. Nyeri sendi, kelelahan, dan ruam adalah gejala yang paling umum.
5. Penyakit Radang Usus
Penyakit radang usus (IBD) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi yang menyebabkan peradangan pada lapisan dinding usus. Setiap jenis IBD mempengaruhi bagian saluran GI yang berbeda. Penyakit Crohn dapat meradang di bagian manapun dari saluran GI, dari mulut sampai anus. Kolitis ulserativa hanya memengaruhi lapisan usus besar (kolon) dan rektum.
6. Penyakit Addison
Penyakit Addison memengaruhi kelenjar adrenal, yang menghasilkan hormon kortisol dan aldosteron serta hormon androgen. Kekurangan kortisol dapat mempengaruhi cara tubuh menggunakan dan menyimpan karbohidrat dan gula (glukosa). Kekurangan aldosteron akan menyebabkan kehilangan natrium dan kalium berlebih dalam aliran darah. Gejala berupa kelemahan, kelelahan, penurunan berat badan, dan gula darah rendah.
7. Penyakit Seliaka
Penderita penyakit celiac tidak dapat makan makanan yang mengandung gluten, protein yang ditemukan dalam gandum, gandum hitam, dan produk biji-bijian lainnya. Ketika gluten ada di usus kecil, sistem kekebalan menyerang bagian saluran pencernaan ini dan menyebabkan peradangan.
Advertisement
Faktor Risiko Penyebab Penyakit Autoimun
Penyebab penyakit autoimun belum diketahui secara pasti, tetapi beberapa faktor di bawah ini diketahui dapat meningkatkan risiko seseorang untuk menderita penyakit autoimun:
- Berjenis kelamin perempuan
- Memiliki riwayat penyakit autoimun dalam keluarga
- Memiliki berat badan berlebih atau obesitas
- Merokok
- Menggunakan obat-obatan yang memengaruhi sistem kekebalan tubuh, seperti obat simvastatin atau antibiotik
- Terkena paparan bahan kimia atau cahaya matahari
- Menderita infeksi bakteri atau virus, misalnya infeksi virus Epstein Barr
Untuk mengetahuinya secara pasti, perlu dilakukan tes darah agar dokter bisa mendiagnosis kondisi ini. Penanganan berupa obat-obatan untuk menenangkan respons imun yang terlalu aktif dan menurunkan peradangan di tubuh.