Fimela.com, Jakarta Keluarga Berencana atau KB menjadi program yang digadangkan oleh pemerintah dalam mengontrol pertumbuhan penduduk. Di Indonesia, pemerintah melalui Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional atau BKKBN mengimbau masyarakat Indonesia dengan tagline "Dua Anak Cukup" sebagai salah satu cara untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk.
Kebanyakan masyarakat Indonesia, terutama perempuan, mungkin hanya terpikir pil atau suntik sebagai jenis KB. Kedua jenis kontrasepsi ini merupakan kontrasepsi hormonal untuk menekan hormon tertentu sehingga mencegah kehamilan. Akibatnya, perempuan mengalami ketidakseimbangan hormon sehingga banyak perempuan yang enggan menggunakan KB
Padahal, Indonesia ada begitu banyak jenis KB, baik itu hormonal maupun nonhormal yang bisa digunakan dengan nyaman. Ya! Perempuan bisa tetap merasa nyaman menjalani peran dan aktivitasnya sehari-hari meski menggunakan KB.
Advertisement
"Kesadaran tentang itu (KB) penting banget. KB itu yang penting nyaman. Nyamannya orang kan beda-bedanya makanya penting untuk konseling dengan dokternya," kata dr. Efilda Silfiyana, Sp.OG (spesialis kebidanan kandungan RS EMC Tangerang) dalam Instagram Live bersama Fimela.
Dr. Efilda pun menjelaskan paling sering perempuan salah menggunakan alat kontrasepsi setelah melahirkan. Memang, setelah melahirkan bisa digunakan metode laktasi untuk mencegah kehamilan selama enam bulan setelah melahirkan. Setelah itu, perlu digunakan alat kontrasepsi tambahan untuk mencegah kehamilan berikutnya.
Advertisement
Pentingnya konsultasi
Namun akibatnya kurang pengetahun, tidak sedikit perempuan yang menggunakan alat kontrasepsi tanpa berkonsultasi dengan dokter kandungan. Akibatnya, produksi ASI menjadi berkurang bahkan terhenti akibat menggunakan kontrasepsi suntik satu bulan.
Untuk itu, perempuan perlu mengetahui kontraindikasi dan indikasi dari setiap jenis KB yang ada dengan berkonsultasi ke dokter kandungan. Kemudian disesuaikan dengan hasil screening medis yang dilakukan.
Ternyata, untuk menentukan jenis kontrasepsi mana yang tepat tidak hanya mengacu pada hasil screening medis atau riwayat kesehatan. Melainkan juga perilaku kita dalam kegiatan sehari-hari.
"Misalnya, saya lupaan minum obat atau ngga suka minum obat, jadi jangan pakai pil. Jadi sebaiknya mungkin kontrasepsi yang lain," kata dr. Efilda.
Di Indonesia sendiri ada begitu banyak jenis KB yang terbagi menjadi KB hormonal dan nonhormonal. Pada KB Hormonal bisa didapat pada pil, suntik, maupun implan. Sementara nonhormnal menggunakan IUD atau Intrauterine Device, sterilisasi yang disebut vasektomi dan tubektomi, metode kalender, hingga senggama terputus.
Cara kerja IUD
Dari sekian banyak jenis kontrasepsi yang ada, dr. Efilda sendiri menyarankan untuk menggunakan IUD atau Intrauterine Device. Menurutnya, IUD menjadi alat kontrasepsi yang efektif dan efisien.
"Menurut saya, yang kontrasepsi yang benar-benar efektif dan efisien itu IUD. Cuma cukup 1 kali pasang untuk lima tahun. tidak seperti pil yang harus minum tiap hari, kalau lupa bisa kebobolan," jelas dr. Efilda.
Dengan bentuk T, alat ini dimasukkan ke dalam rahim sehingga menyebabkan proses peradangan steril pada dinding rahim. Hal ini juga menyebabkan proses pembuahan tidak terjadi.
Meski dinilai efektif dan efisien, tidak berarti IUD tidak memiliki efek samping. Dalam beberapa kasus, pemasangan IUD mungkin menyebabkan perempuan menstruasi lebih banyak. Ini menjadi salah satu bentuk adaptasi tubuh yang mungkin terjadi karena adanya pemasangan spiral.
Advertisement
Alternatif IUD
Namun tidak sedikit yang tidak mengalami efek apapun setelah pemasangan spiral. Oleh karena itu, IUD tidak disarankan untuk perempuan yang memiliki riwayat penyakit anemia, gangguan darah hingga penyakit kelamin karena adanya risiko pendarahan.
IUD menjadi alat kontrasepsi pilihan untuk kamu dan pasangan yang masih ingin memiliki anak di masa mendatang. Namun jika sudah memiliki dua anak dan mantap untuk tidak menambah anak, kamu bisa pertimbangkan untuk melakukan vasektomi pada pria dan tubektomi pada wanita.