Fimela.com, Jakarta Aritmia merupakan gangguan irama jantung yang bisa ditandai dengan detak jantung tidak beraturan, bisa terlalu cepat atau terlalu lambat. Kondisi ini bisa terjadi karena irama jantung yang berfungsi mengatur detak jantung agar tetap normal, tidak bekerja dengan baik atau mengalami gangguan.
Gangguan kesehatan pada organ jantung ini tidak boleh disepelekan begitu saja. Sebab, Aritmia yang tidak mendapatkan penanganan segera bisa memicu komplikasi yang lebih serius, mulai dari stroke hingga henti jantung mendadak.
Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dari RS EMC Alam Sutera, Emile Tumpal Hombaron menjelaskan mengenai salah satu gejala yang harus diwaspadai adalah pusing.
Advertisement
“Pusing menjadi tanda kurangnya aliran darah di otak. Pusing yang dimaksud bukan berdenyut, tetapi lebih ke pandangan gelap dan lunglai, jadi pusing harus diwaspadai,” kata Dokter Emile dalam Fimela Talks Edisi Hari Jantung Sedunia di Instagram Live @fimeladotcom, (11/9).
Selain pusing, Dokter Emile mengatakan bahwa pingsan juga merupakan gejala dari aritmia. Terlebih pingsan tersebut terjadi ketika tengah beraktivitas padat.
“Pingsan mendadak di tengah aktivitas tidak boleh dianggap sepele. itu artinya (ada) gangguan darah ke otak yang bermasalah, dan otak itu organ yang sangat-sangat penting,” lanjutnya.
Selain itu, gejala-gejala lain yang mungkin bisa terjadi relatif ringan. Seperti jantung berdebar dan mudah lelah. “Nah saya kira sih kalau punya gejala-gejala seperti itu sebaiknya diperiksakan,” tambahnya.
Advertisement
Bagaimana Penanganan Aritmia?
Untuk penanganan aritmia sendiri dimulai dengan perubahan gaya hidup sehat. Misalnya dengan mengelola stress, mengurangi konsumsi kafein, dan menjaga pola tidur. Gaya hidup sehat dapat membantu mengurangi risiko serangan aritmia dan memperbaiki kualitas hidup secara signifikan.
Dokter biasanya juga akan meresepkan obat-obat antiaritmia untuk mengontrol irama jantung yang tidak normal. Bila tidak cukup hanya menjaga pola hidup dan obat-obatan, tindakan yang biasanya dilakukan untuk mengobati aritmia adalah Ablasi Kateter atau prosedur yang melibatkan penggunaan kateter yang dimasukkan melalui pembuluh darah hingga mencapai jantung.
Selain itu, tindakan pacu jantung juga digunakan untuk mengontrol irama jantung yang lambat atau tidak teratur.
“Pada kasus aritmia ganas atau aritmia yang membuat denyutnya bergetar, biasanya terapi yang paling efektif adalah terapi listrik kejut jantung, jadi listrik melawan listrik,” tutur Dokter Emile.
Aritmia Bisa Menyerang Anak Muda
Sementara itu, perlu diketahui bahwa aritmia merupakan gangguan jantung yang bisa diderita oleh siapapun dengan usia berapa pun.
“Survei pada beberapa studi, pasien-pasien yang dikumpulkan dalam satu tahun yang aritmia, justru lebih banyak yang usia muda, 35-40 tahun daripada yang usia tua,” ungkapnya.
Menurut Dokter Emile, gaya hidup yang tidak sehat menjadi salah satu pemicu mengapa aritmia bisa menyerang anak muda.
Mungkin gaya hidup berpengaruh ya, saya setuju. Misalnya lebih suka begadang. Setiap hari kualitas tidurnya jelek,” kata dia.
Pada beberapa kasus, Dokter Emile juga menemukan obat flu sebagai pemicu aritmia. “Obat flu tertentu itu menyebabkan listrik jantungnya menjadi tidak beraturan pada beberapa orang yang sensitif. Itu sudah beberapa kali juga kita temui pada praktek sehari-hari,” tandasnya.