Sukses

Health

Mengenal LASIK, Solusi Aman dan Cepat Bebas dari Kacamata

Fimela.com, Jakarta Manusia adalah makhluk visual. Lebih dari mendengar, merasakan, menyentuh, ataupun mengecap, manusia sangat mengandalkan penglihatan untuk dapat lancar beraktivitas dan bekerja. Karena itu, kesehatan mata haruslah menjadi prioritas utama. Saat mata bermasalah, mesti ada tindak lanjut segera untuk mencari solusinya demi menjaga produktivitas dan kualitas hidup.

Salah satu jenis gangguan penglihatan yang paling umum adalah kelainan refraksi. Ketika seseorang mengalami kelainan refraksi, cahaya yang masuk ke mata tak bisa difokuskan secara langsung ke bagian belakang mata. Akibatnya, benda yang terlihat oleh mata menjadi buram. Gejala lain refraksi mata termasuk penglihatan ganda, pandangan berkabut, munculhalo atau lingkaran putih saat melihat di cahaya terang, dan mata terasa tegang.

Penggunaan Lensa Kontak dan Kacamata

Penanganan yang umum pada kelainan refraksi adalah mengenakan kacamata atau lensa kontak. Dibanding lensa kontak, kacamata lebih sering menjadi pilihan karena alasan kepraktisan. Lensa kontak memang membuat penggunanya seakan-akan tak memiliki gangguan penglihatan. Tapi alat bantu visual ini tak bisa dikenakan sepanjang hari karena justru bisa menambah masalah pada mata.

Lensa kontak alias softlens umumnya disarankan hanya dikenakan selama 10-12 jam tiap hari. Jika lebih dari itu, mata bisa mengalami iritasi atau bahkan infeksi. Pengguna juga harus membawa peralatan lensa kontak seperti alat bantu pasang dan cairan pembersih ke mana-mana. Selain itu, pengguna harus sangat berhati-hati saat beraktivitas di luar ruangan karena debu bisa merusak softlens dan bisa berdampak buruk pada kornea mata.

Orang yang enggan direpotkan oleh berbagai risiko komplikasi dari lensa kontak akan memilih kacamata yang lebih praktis. Cukup menaruhnya di daun telinga, beragam benda di sekitar seketika terlihat dengan jelas oleh mata. Meski demikian, kacamata juga problematis. Selain mempengaruhi penampilan, penggunaan kacamata dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan bisa jadi lebih boros bila sering rusak karena harus mencari gantinya.

Mengenal LASIK

Dibanding lensa kontak dan kacamata, solusi yang lebih cepat dan aman untuk mengatasi masalah penglihatan yang buram, tidak jernih, atau berbayang karena kelainan refraksi mata adalah LASIK atau Laser Assisted In-Situ Keratomileusis. LASIK adalah prosedur bedah menggunakan laser untuk memulihkan penglihatan yang terganggu karena kelainan refraksi, seperti mata minus, plus, dan silinder.

Dalam laporan “World Report on Vision” yang disusun Badan Kesehatan Dunia atau WHO, selain lewat penggunaan kacamata atau lensa kontak, kelainan refraksi juga dapat dikoreksi dengan bedah laser. Tindakan medis ini dinyatakan sebagai prosedur yang efektif dan menjadi pilihan yang kian populer akhir-akhir ini.

LASIK dapat memulihkan penglihatan dengan cara memperbaiki kondisi kornea sehingga cahaya yang masuk ke mata bisa difokuskan untuk menghasilkan penglihatan yang jernih. Teknik serupa LASIK tercatat dipraktikkan pertama kali pada 1948 untuk mengoreksi kelainan refraksi. Dulu namanya belum disebut LASIK karena tak ada penggunaan laser dalam tindakan.Seiring dengan berjalannya waktu, teknik LASIK dengan teknologi laser mulai diterapkan pada 1970-an setelah ada temuan excimer laser. Kini penyedia layanan LASIK unggulan juga memakai femtosecond laser dalam prosedur untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dan aman.

LASIK termasuk tindakan operasi, tapi tak memakai pisau bedah ataupun peralatan lain yang lazim dijumpai di ruang operasi rumah sakit biasa. Pasien pun tak perlu berpuasa karena prosedur dilakukan hanya dengan bius tetes (anestesi topikal).

Penglihatan pasien dikoreksi dengan memakai teknologi sinar laser tanpa rasa sakit dan berlangsung sangat singkat, hanya 10-15 menit. Begitu prosedur selesai, pasien langsung bisa terbebas dari ketergantungan pada lensa kontak atau kacamatanya untuk melihat.

Tingkat keberhasilan LASIK bisa mencapai 100 persen. Tapi pasien tetap perlu menjalani serangkaian pemeriksaan dulu guna memastikan prosedur ini akan efektif bagi pemulihan penglihatannya. Sebab, kondisi mata setiap individu berbeda-beda.

Syarat seseorang bisa menjalani LASIK antara lain memiliki mata yang tidak kering, ukuran kelainan refraksi stabil selama setidaknya satu tahun, tidak menderita penyakit mata lainnya, ketebalan kornea cukup, ukuran pupil normal, usia minimal 18 tahun, dan tubuh dalam kondisi sehat.

Untuk mengetahui apakah seseorang bisa menjalani LASIK, dokter dan staf medis akan melakukan pemeriksaan tersebut secara detail dan saksama. Pasien juga akan diberi penjelasan mengenai kondisi matanya dengan bahasa yang mudah dimengerti berdasarkan hasil pemeriksaan itu. Pemeriksaan pendahuluan ini sangat penting bagi pasien untuk mencapai hasil LASIK yang optimal dan meminimalkan risiko.

*Artikel oleh KMN EyeCare dan ditinjau oleh Dr. Maria Magdalaena Purba, SpM

 

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading