Fimela.com, Jakarta Setiap tanggal 5 Mei diperingati dengan Hari Asma Sedunia. Momen ini dalam rangka upaya untuk meningkatkan kesadaran dan perawatan penyakit asma di seluruh dunia.
Penyakit asma menurut Gina (global Intiatives for Asthma) didefinisikan asma merupakan penyakit inflamasi kronis yang ditandai dengan peningkatan respons bronkial serta obstruksi jalan napas episodik. Pada asma, inflamasi menyebabkan penyempitan saluran nafas atau obstruksi yang bersifat reversibel, baik secara spontan ataupun menggunakan terapi.
Penyakit ini dapat dialami oleh anak, dewasa, maupun lansia. Dengan beberapa jenis asma berdasarkan persisten. Asma digolongkan menjadi ringan, sedang, dan berat. Menurut dr. Hezza Bigitha, Sp.P, dokter spesialis paru dan pernapasan dari RS EMC Alam Sutera gelaja asma adanya penyempotan saluran pernafasan maka akan ada batuk, nafas berbunyi, dada terasa terikat, sesak nafas, hingga badan terasa lemas.
Advertisement
“Sebenarnya secara umum tidak ada perbedaan gejala asma anak dan dewasa. Tergantung jenis asma yang diderita. Namun kadang anak sulit mengungkapkan gejala tersebut, namun orangtua bisa melihat, anak lebih sering batuk di malam hari apalagi menjelang subuh,” ujar dr. Hezza dalam acara Fimela Ask The Expert.
dr. Hezza juga mengatakan ciri anak asma juga ia lebih malas untuk bergerak yang akan memicu kegemukan atau obesitas. “Karena malas gerak jadinya obesitas,” paparnya.
dr. Hezza juga mengatakan tumbuh kembang anak bisa terganggu saat anak asma bila orangtua tidak tepat menanganinya. “Jadi mau main nggaa bisa, mau olahraga ngga bisa karena sesak. Jadi harus tingkatkan quality of live dengan tahu cara mengontrol asma dari rajin olahraga atau lingkungan yang mendukung dengan menjauhi faktor risiko,” paparnya.
Advertisement
Apakah asma merupakan faktor genetik?
Asma bisa terjadi pada semua umur bahkan sejak lahir. dr. Hezza mengungkapkan jika dalam jurnal disampaikan 30 persen bisa terjadi pada usia di bawah satu tahun dan semakin terlihat pada usia 4-5 tahun. Di bawah 11 tahun biasanya asma bisa menyerang anak laki-laki, sedangkan dewasa asma justru bisa terjadi para perempuan.
Faktor orangtua membawa 30 persen jika salah satunya terkena orangtua. Apalagi jika kedua orangtua mengidap asma.
“Usia 4-5 tahun mulai terjadi serangan asma. Sesak pada balita sulit terdiagnois dan tidak semua sesak itu asma. Begitu pun dengan dewasa, jadi dokter benar-benar harus mendiagnosis,” paparnya.
Tak hanya genetik, faktor lingkungan juga berpengaruh menjadi faktor pemicu asma seperti lingkungan yang terinfeksi. “Seperti covid kemarin bisa pencetus asma,” ungkapnya.
Bagaimana pengobatan anak asma? dr. Hezza mengatakan hal yang pertama orangtua harus melihat tanda-tanda seperti batuk terus menurus di malam hari apalagi menjelang dini hari. Sebelum dibawa ke dokter, bisa didiagnosis terlebih dahulu. Lalu, jika asma berat sesak sudah berbunyi, badan biru-biru, hingga terlihat mengantuk baiknya bawa langsung ke dokter. Asma bisa dikatakan reversible dan irreversible.
Bisa sembuh tanpa pengobatan atau bisa kambuh sewaktu-waktu tergantung ada faktor pencetus. “Bila sesak ringan bisa hindari faktor pencetus seperti hindari lingkungan berdebu, kelelahan, cuaca, alergi makanan, atau pencetus lainnya. Biasanya pasien sudah tau,” paparnya.
dr. Hezza mengatakan meski tidak bisa sembuh namun asma bisa dikontrol. Jika pintar mengontrol, maka hidup pun terasa seperti tidak memiliki asma.