Fimela.com, Jakarta Bagi pasangan yang sudah menikah, kehamilan adalah hal yang sangat ditunggu-tunggu. Kehadiran buah hati adalah hal yang paling dinantikan oleh semua calon orang tua.
Kehamilan tentunya jadi kabar yang menggembirakan bagi pasangan yang telah lama menunggu buah hati. Karena telah dinantikan dalam waktu yang lama, oleh karena itu kesehatan ibu hamil serta janin yang dikandungnya perlu dijaga dengan baik.
Ibu hamil cenderung rentan terkena berbagai permasalahan kesehatan, seperti kurang darah atau anemia, atau bisa juga tensi tinggi atau tekanan darah tinggi. Kondisi tersebut terjadi bukan tanpa penyebab.
Advertisement
Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan terjadinya berbagai masalah kesehatan pada ibu hamil seperti tensi tinggi. Berikut beberapa penyebab tensi tinggi pada ibu hamil.
Advertisement
Penyebab Tensi Tinggi Pada Ibu Hamil
Penyebab darah tinggi saat hamil sebenarnya belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang diketahui bisa meningkatkan risiko ibu hamil mengalami kondisi ini. Faktor tersebut meliputi:
- Memiliki riwayat darah tinggi sebelum hamil atau hipertensi gestasional pada kehamilan sebelumnya
- Mengalami penyakit ginjal atau diabetes
- Menjalani kehamilan pada usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 40 tahun
- Hamil kembar
- Memiliki berat badan berlebih
- Menderita penyakit autoimun, seperti lupus
- Pernah menjalani prosedur bayi tabung
Bahaya Tensi Tinggi Saat Hamil
Tekanan darah tinggi dapat menimbulkan dampak buruk bagi ibu hamil dan janin. Selain itu, ibu hamil dengan hipertensi juga lebih berisiko mengalami komplikasi selama persalinan bahkan setelahnya. Berikut ini adalah beberapa bahaya yang dapat terjadi akibat darah tinggi saat hamil:
1. Perkembangan janin terhambat (intrauterine growth restriction/IUGR)
Jika selama hamil kamu mengalami darah tinggi yang tidak terkendali, maka kondisi ini bisa meningkatkan risiko terhambatnya perkembangan janin.
Hal ini karena hipertensi kehamilan akan mengganggu aliran darah ke plasenta, yang kemudian akan menyebabkan janin kekurangan oksigen serta nutrisi yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
2. Aliran darah ke plasenta terganggu
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, hipertensi selama kehamilan akan menggangu aliran darah ke plasenta. Padahal, plasenta memiliki banyak peran penting dalam kehamilan, mulai dari penyaluran oksigen, nutrisi, proses pembuangan zat sisa, produksi hormon yang penting untuk pertumbuhan janin, serta melindungi janin.
Terganggunya aliran darah ke plasenta tidak hanya akan meningkatkan risiko terjadinya IUGR, tetapi juga sejumlah gangguan lain, seperti kelahiran prematur dan bayi lahir dengan berat badan rendah.
Jika tidak kunjung mendapatkan penanganan, maka darah tinggi saat hamil dapat menimbulkan komplikasi tertentu, seperti preeklamsia (keracunan kehamilan) yang bisa berlanjut ke eklamsia hingga stroke.
3. Abrupsio plasenta
Hipertensi selama kehamilan juga akan meningkatkan risiko terjadinya kerusakan pada plasenta, termasuk abruptio atau solusio plasenta. Selain menyebabkan perdarahan yang parah, kondisi ini juga dapat mengancam nyawa ibu hamil serta janin yang dikandungnya.
4. Kerusakan organ
Dampak buruk lainnya yang dapat terjadi bila kamu mengalami darah tinggi saat hamil adalah kerusakan organ. Darah tinggi yang tidak terkontrol ketika hamil dapat merusak organ-organ penting tubuh ibu hamil, termasuk otak, jantung, paru-paru, ginjal, dan hati.
Tensi tinggi biasanya akan sembuh dengan sendirinya usai melahirkan. Namun jika kamu memang mengalami tensi tinggi, sebaiknya konsultasikan pada dokter kandungan agar mendapatkan penanganan yang terbaik untukmu dan janin dalam kandunganmu.