Sukses

Health

Ahli Gizi Sebut Diet Intermitten Fasting Bukan untuk Menurunkan Berat Badan

Fimela.com, Jakarta Salah satu cara menurunkan berat badan adalah dengan melakukan diet. Di antara berbagai macam jenis diet yang ada, Intermitten Fasting mungkin menjadi favorit dan hits di kalangan anak muda.

Namun tahukah kamu jika diet dengan metode Intermitten Fasting itu tidak ditujukan untuk menurunkan berat badan? Diet dengan Intermitten Fasting sendiri memungkinkan kamu makan hanya pada jendela makan yang ditentukan. Setelah itu, kamu diharuskan berpuasa hingga jendela makan berikutnya.

Sebagian orang merasa berhasil menurunkan berat badan dengan melakukan diet Intermitten Fasting. Pada kenyataanya, metode diet ini tidak dirancang bagi kamu yang ingin menurunkan berat badan.

 

Tidak dirancang untuk menurunkan berat badan

"Karena asal muasal metode diet seperti ini diberikan untuk clinical setting. Dilakukan pada orang yang pasca operasi, penyembuhan setelah operasi, mereka yang punya gangguan sistrm pencernaan, dan beberapa kondisi calori restriction yang ketat," kata dr. Ray Wagiu Basrowi dalam Fimela Talks.

Secara hasil, mungkin Intermitten Fasting terlihat menjaga leans mass pada waktu melakukan diet. Tapi penelitian menunjukkan diet tersebut merupakan clinical setting yang diawasi dengan dokter. Ahli gizi pun tidak merekomendasikan Intermitten Fasting, diet keto, dan beberapa diet lainnya untuk menurunkan berat badan.

Menurut dr. Ray, kebanyakan orang melakoni Intermitten Fasting hanya berdasarkan panduan yang ada di internet. Padahal metode diet semacam ini dirancang berdasarkan observasi dokter terhadap kondisi tertentu pada tubuh pasien.

Ketika kalori berkurang, organ bekerja lebih ekstra. Terutama otak," lanjut dr. Ray.

 

Tidak ada tolak ukur yang tepat

Selain itu, tidak ada tolak ukur yang pasti soal keberhasilan Intermitten Fasting dalam hal menurunkan berat badan tanpa pengawasan dokter atau ahli gizi. Kebanyakan orang hanya berpatok pada berat badan badan yang menurun. Namun bisa, penurunan berat badan yang ekstrem justru tidak membawa tubuh pada kondisi Indeks Massa Tubuh yang ideal.

"Diet berlebih, meski berat badannya turun tapi fatty livernya tinggi. Pada saat diet makan daging banyak tapi mungkin ada asupan minyaknya. Sehingga ada beberapa kasus yang diet habis-habisan, tapi lemak jenuhnya tinggi," kata dr. Ray.

 

Solusi praktis

Sebagai gantinya, dr. Ray justru menyarankan agar perempuan makan pada waktu yang tepat. Menurutnya, makan apapun itu harus dinikmati selama seimbang. Mengikuti panduan Isi Piringku dari Kementerian Kesehatan sudah menjadi acuan terbaik untuk memastikan makanan yang dikonsumsi memiliki gizi seimbang.

Konsumsi protein hewani melalui ikan ternyata juga baik untuk mencegah stunting dan keseimbangan metabolisme secara menyeluruh. Dalam ikan, tidak hanya terdapa protein dan lemak, melainkan juga mikronutrien seperti vitamin C yang siap diserap oleh tubuh. Sehingga penyerapan vitamin dalam tubuh lebih maksimal.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading