Fimela.com, Jakarta Menjelang tiga tahun semenjak pandemi COVID-19 melanda seluruh dunia, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) masih terus menggemakan harapan akan berakhirnya pandemi ini. Melansir dari Liputan6.com, WHO mengatakan bahwa meski virus Corona akan tetap ada, negara-negara di seluruh dunia masih perlu untuk menanganinya bersamaan dengan penyakit pernapasan lainnya.
Kepala WHO yakni Tedros Adhanom Ghebreyesus juga turut mengatakan bahwa meskipun masih tergolong tinggi, jumlah angka kematian akibat COVID-19 mingguan sudah menurun mnejadi sekitar seperlima dari tahun lalu.
"Minggu lalu, kurang dari 10.000 orang kehilangan nyawa. Tetap 10.000 terlalu banyak dan masih banyak yang bisa dilakukan semua negara untuk menyelamatkan nyawa. Kita telah menempuh perjalanan panjang. Kami berharap pada suatu saat tahun depan, kami dapat mengatakan bahwa COVID-19 tidak lagi menjadi darurat kesehatan global," kata Tedros, mengutip dari Liputan6.com.
Advertisement
Sementara itu, komite darurat WHO untuk COVID-19 akan membahas kriteria untuk menyatakan berakhirnya fase darurat pada Januari 2023 mendatang. Komite ini merupakan kelompok yang memberi nasehat kepada Tedros mengenai status darurat virus, apakah virus tersebut merupakan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional (PHEIC). Maria Van Kerkhove selaku pimpinan teknis COVID-19 WHO mengatakan komite akan melihat epidemiologi seperti varian Omicron dan dampak virus.
Ia mengungkapkan bahwa meskipun gelombang infeksi diperkirakan masih terjadi, pandemi tersebut tidak seperti pada awalnya. Hal ini dilihat dari sedikitnya jumlah orang yang dirawat inap dan meninggal dunia akibat pandemi COVID-19. Selain itu, kematian akibat COVID-19 yang ada sebagian besar terjadi pada orang-prang yang tidak divaksinasi atau belum menerima suntikan penuh. WHO juga mengatakan bahwa sudah lebih dari 13 miliar dosis vaksin diberikan dan terdapat sekitar 30 persen dunia belum menerima satu dosis pun.
Advertisement
Memahami Awal Mula Pandemi COVID-19
Pendmi COVID-19 yang menyerang seluruh dunia telah memberikan banyak dampak buruk bagi semua orang. Tak hanya itu, pandemi ini juga telah menjungkirbalikkan perekonomian negara dan membuat jutaan orang menderita gejala yang berkelanjutan. Tedros mengatakan bahwa dalam rangka mengakhiri keadaan darurat COVID-19, dunia harus mengetahui bagaimana awal pandemi dimulai. Terutama bagaimana virus ini bisa menyebar di Wuhan, kota di China yang mencatat kasus pertama COVID-19 pada Desember 2019 lalu.
"Kami terus mengimbau China untuk membagikan data dan melakukan studi yang kami minta, untuk lebih memahami asal-usul virus ini. Semua hipotesis tetap ada, termasuk teori bahwa virus tersebut lolos dari laboratorium virologi Wuhan, China," kata Tedros.
Kepala Kedaruratan WHO yakni Michael Ryan juga mengatakan bahwa WHO tidak bisa berhenti begitu saja hanya karena China tidak bekerja sama dengan mereka terkait asal-usul pandemi COVID-19. Ini dikarenakan sebagian besar populasi dunia tinggal di China.
Harapan Vaksin Baru yang Lebih Efektif
Virus yang sudah lama menjadi bagian dari kehidupan manusia ini dikatakan tidak akan hilang dan akan tetap ada. Tedros mengimbau semua negara untuk belajar beradaptasi dan mengelolanya bersamaan dengan penyakit pernapasan lainnya. Selain itu, Kepala Vaksin WHO yakni Kate O'Brien mengatakan bahwa suntikan COVID-19 saat ini belum dapat mencegah orang tertular virus ke tingkat yang diharapkan. Ia berharap dunia akan memiliki vaksin baru yang lebih efektif.
Sementara itu, kasus Monkeypox atau Mpox juga merupakan wabah yang sempat mengejutkan dunia di tahun 2022 ini. Tedros mengatakan bahwa sama seperti COVID-19, fase darurat wabah ini harus selesai dalam 12 bulan. Hingga saat ini, terdapat lebih dari 82 ribu kasus telah dilaporkan dari 110 negara. Meskipun begitu, angka kematian akibat Mpox masih tergolong rendah yakni berjumlah 65 kematian.
Penulis: Frida Anggi Pratasya
#Women for Women