Fimela.com, Jakarta Pruritus atau kulit gatal sering disebabkan oleh Xerosis atau kulit kering. Hal ini umum terjadi pada orang dewasa yang lebih tua atau lansia, karena kulit cenderung menjadi lebih kering seiring bertambahnya usia. Berdasarkan penyebabnya, pruritus dapat terlihat di kulit penderitanya dalam bentuk yang mungkin normal, merah, kasar atau muncul benjolan.
Jika tidak ditangani dengan tepat, akan menurunkan kualitas hidup mereka. Pruritus dan xerosis pada lansia memang sering diabaikan karena dianggap sebagai hal wajar, sehingga tidak perlu berkonsultasi dengan dokter. Padahal, pruritus dan kulit kering bisa menjadi awal penyakit yang lebih berbahaya, atau bahkan menjadi tanda bahwa seseorang memiliki penyakit tertentu.
Kulit kering kerap membuat tekstur kulit menjadi kasar dan pecah-pecah, sehingga mempermudah bakteri masuk ke dalam tubuh. Kulit kering juga bisa berujung Pruritus. Jika gatal Pruritus berlanjut lebih dari 6 minggu, maka berpotensi menjadi penyakit kronis lainnya.
Advertisement
Pruritus bahkan bisa mengganggu kualitas hidup seseorang, seperti mengganggu tidur dan menyebabkan kecemasan hingga depresi. Karena itu, perlu dilakukan pengobatan sesegera mungkin ke dokter spesialis kulit dan kelamin, sehingga tidak memicu penyakit lainnya.
Advertisement
Pelayanan kesehatan ekstra
dr. Anthony Handoko, SpKK, FINSDV, CEO Klinik Pramudia mengatakan bahwa pasien lansia membutuhkan pelayanan kesehatan ekstra yang berbeda dari aspek medis dan non medis dibandingkan pasien pada umumnya. Secara medis, keluhan kulit gatal dan kering pada pasien lansia tidak sesederhana seperti hanya diobati keluhannya saja, tetapi jauh lebih penting bagi kami untuk mencari sumber penyakit yang mendasarinya
Lebih lanjut Anthony mengutarakan kepeduliannya terhadap keluhan gatal dan kering pada kulit pasien lansia dapat menyebabkan menurunnya kualitas hidup mereka. Maka jangan anggap remeh bila orang tua atau kerabat yang sudah menuju lansia memiliki keluhan kulit gatal dan kulit kering.
Perlu ada diagnosis serta tatalaksana yang tepat dan benar dari dokter spesialis kulit dan kelamin. Menjadi sebuah kebanggaan bagi Klinik Pramudia jika kami bisa memperbaiki kualitas hidup para lansia, khususnya lewat tatalaksana bagi pruritus dan xerosis
Dapat terjadi pada wanita dan pria
dr. Amelia Soebyanto, Sp.DV, Spesialis Dermatologi dan Venereologi Klinik Pramudia menyatakan, “Xerosis (kulit kering) dapat terjadi pada wanita maupun pria, dan lansia memiliki risiko yang lebih tinggi. Kulit kering merupakan suatu keadaan dimana lapisan terluar kulit yang kurang lembab akibat penurunan kandungan air dan kandungan lemak di kulit. Kulit kering ini memiliki tekstur kulit yang kasar, bersisik, pecah-pecah, dan dapat disertai dengan keluhan gatal.”
Xerosis atau kulit kering memiliki banyak faktor yang berpengaruh baik faktor genetik, internal maupun eksternal. Faktor internal misalnya lapisan lemak yang berkurang pada kulit lansia, dan penyakit penyerta lain seperti diabetes mellitus, gagal ginjal, penyakit hati, keganasan, infeksi, dan riwayat konsumsi obat-obatan tertentu.
Faktor eksternal dari pengaruh lingkungan dan gaya hidup juga sangat berperan dalam timbulnya kulit kering, seperti stres, paparan sinar matahari yang lama, penggunaan air conditioner, perubahan musim dan kelembapan, kebiasaan mandi yang lama, penggunaan sabun yang bersifat iritatif, asupan cairan yang kurang.
Advertisement
Tatalaksana kulit kering
Tatalaksana kulit kering dibagi jadi dua yaitu medikamentosa dan non-medikamentosa. Secara medikamentosa, dokter bisa memberikan obat minum untuk mengurangi gatal dan peradangan yang timbul, antibiotik bila ditemukan adanya tanda-tanda infeksi, dan obat oles untuk membantu mengatasi kekeringan pada kulit.
Dokter pun akan merujuk ke spesialis tertentu jika memiliki penyakit penyerta. Penatalaksanaan secara non-medikamentosa juga tidak kalah pentingnya, diantaranya dengan memastikan asupan cairan yang cukup, mandi jangan terlalu lama dan terlalu sering, dengan air hangat suam kuku dan sabun yang lembut.
Kulit yang sangat kering dapat menyebabkan retakan maupun pecahan yang dalam, yang dapat terbuka dan berdarah, memberikan jalan bagi bakteri untuk masuk dan menyerang tubuh. Selain itu, kulit kering ini juga merupakan penyebab utama terjadinya kulit gatal (pruritus). Maka, penggunaan obat-obatan yang dijual bebas malah berpotensi membuat keluhan semakin parah dan berisiko menimbulkan infeksi akibat keinginan untuk menggaruk.
3 proses utama pruritus
dr. Yustin Sumito, Sp.KK, Spesialis Kulit dan Kelamin Klinik Pramudia menjelaskan, “Secara umum, pruritus sebenarnya bisa dikatakan sebagai gejala dari berbagai penyakit kulit tertentu, dan tidak semuanya menular, tergantung dari penyakit yang mendasari”.
Pruritus yang menular adalah pruritus yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau jamur. Tingkat kesembuhan pasien pruritus sendiri juga bergantung pada penyakit yang mendasari, yang penting harus benar dalam pemilihan tatalaksana untuk pruritus.
Di Indonesia sendiri, lansia didefinisikan sebagai penduduk berusia 60 tahun ke atas, di mana populasinya diketahui sebesar 10.82% pada tahun 2021, dan diperkirakan akan terus meningkat (2%-3% per 5 tahun). Salah satu faktor risiko Pruritus adalah mereka yang berusia 65 tahun ke atas. Dengan semakin besarnya populasi lansia di Indonesia, tentu risiko Pruritus pun semakin besar.
Terkait faktor risiko, selain karena usia, seseorang bisa tambah berisiko mengalami pruritus jika memiliki alergi, memiliki kondisi penyakit lain seperti eksim, psoriasis, dan diabetes, sedang hamil ataupun mereka yang sedang menjalani dialisis
Pada kasus lansia, ada 3 proses utama terkait penuaan yang berhubungan dengan terjadinya pruritus. Pertama, hilangnya fungsi barrier (pelindung atau pembatas) kulit yang menyebabkan turunnya fungsi repair pada kulit. Kedua, immunosenescence atau penurunan kerja sistem imun atau sistem perlindungan tubuh. Ketiga, neuropati atau abnormalitas sistem saraf, dimana pruritus cenderung lebih sering mengalami kekambuhan.
Advertisement
Deteksi dini pruritus
Oleh sebab itu, diagnosis dan tatalaksana yang tepat sangat dibutuhkan untuk lansia yang mengalami pruritus. Deteksi dini pruritus dilakukan melalui anamnesis (menanyakan riwayat pasien), pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang secara menyeluruh.
Tatalaksana pertama yang dilakukan tentu dengan menjaga kelembaban kulit. Misalnya dengan metode soak-and-smear (rendam kulit selama 10-20 menit di dalam air) dan metode wet wraps (perban atau kain basah yang dibalut dengan krim tertentu).
Namun perlu diingat bahwa pengobatan pruritus dan xerosis yang benar dan tuntas tidak sesederhana memakai krim pelembab. Oleh sebab itu jika masih belum sembuh dan berlanjut dalam waktu yang terlalu lama, maka pengobatan dari dokter SpKK tentu diperlukan.
*Penulis: Sri Widyastuti.
#WomenForWomen