Sukses

Health

Kemenkes Temukan 3 Anak Positif Polio tanpa Gejala Lumpuh Layuh di Aceh

Fimela.com, Jakarta Polio atau yang disebut juga dengan poliomyelitis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus. Virus ini dapat menyerang sistem saraf pusat dan menyebabkan kerusakan pada sistem saraf motorik. Pada tahun 2014, WHO menyatakan bahwa Indonesia sudah bebas dari penyakit polio. Namun, pada awal November telah ditemukan satu kasus KLB Polio di Indonesia.

Dilansir dari liputan6.com, pada Kamis 24 November 2022, Kemenkes temukan tiga anak positif virus polio tanpa gejala lumpuh layuh mendadak di Kabupaten Pidie, Aceh. Temuan ini didasarkan pada hasil pemeriksaan lanjut terhadap anak-anak di bawah usia lima tahun yang tinggal di dekat daerah ditemukannya kasus awal Polio pada awal November.

"Dari hasil pemeriksaan terhadap 19 anak, didapati tiga anak positif virus polio” kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan Muhammad Syahril dalam rilis resminya. 

Namun, ketiga anak tersebut tidak memenuhi kriteria adanya lumpuh layuh mendadak dan tidak termasuk dalam kriteria kasus menurut pedoman WHO. Syahril juga mengatakan Kementerian Kesehatan terus melakukan pengawasan, termasuk kegiatan skrining dari rumah ke rumah, untuk memastikan tidak ada lagi kasus kelumpuhan yang tidak terlaporkan.

"Penyakit Polio sangat berbahaya bagi anak karena dampaknya permanen seumur hidup, menyebabkan kelumpuhan dan belum ada obatnya," tambah Syahril.

Himbauan imunisasi Polio

Syahril juga menghimbau agar masyarakat untuk melakukan imunisasi polio secara lengkap sebagai upaya pencegahan virus Polio yang dapat menyebabkan kelumpuhan. Selain itu, Kemenkes juga terus mengejar dan mensosialisasikan imunisasi polio sebagai bagian dari Bulan Imunisasi Nasional (BIAN).

Imunisasi Polio menyangkup pada pemberian Polio Tetes (Bivalent Oral Polio Vaccine/bOPV) dan Polio Suntik (Inactivated Polio Vaccine/IPV). bOPV biasa diberikan pada bayi usia 1 - 4 bulan, sedangkan IPV diberikan pada usia 4 bulan.

Berdasarkan analisis menggunakan tools Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) per November 2022, pemetaan daerah berisiko tinggi untuk KLB Polio Di Indonesia teridentifikasi 30 provinsi dan 415 kabupaten/kota berisiko tinggi KLB polio karena rendahnya cakupan imunisasi rutin polio bahkan sebelum pandemi COVID-19. WHO mencatat, perlu kewaspadaan bersama dan meningkatkan cakupan imunisasi Polio.

Manfaat imunisasi Polio juga dapat memerangi virus Polio yang berkembang pada saluran pencernaan. Penularan virus ini terutama secara faecal-oral yaitu lingkungan atau air yang terkontaminasi oleh tinja yang mengandung virus Polio. Maka dari itu, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) harus diterapkan agar tidak tertular virus Polio.

Masyarakat juga diminta melaksanakan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) untuk menghindari penularan virus polio. Sebagai bagian dari hal ini, jaga kebersihan lingkungan dan gunakan jamban dengan benar.

Dampak dari BAB sembarangan

Virus Polio dapat dengan mudah menginfeksi tubuh jika anak-anak tidak divaksinasi Polio. Kondisi lingkungan yang buruk juga dapat membawa virus Polio masuk ke dalam tubuh, seperti perilaku Buang Air Besar (BAB) sembarangan. Hal ini karena Polio dapat ditularkan melalui lingkungan atau air yang terkontaminasi oleh tinja yang mengandung virus Polio maupun sungai atau air kotor tempat bermain anak.

Faktor BAB sembarangan juga dapat menjadi salah satu pemicu terjadinya KLB Polio di Kabupaten Pidie, Aceh, dimana awal mula kasus polio teridentifikasi pada anak usia 7 tahun 2 bulan. Pantauan Kemenkes di kawasan sekitar tempat tinggal pasien di Desa Mane, Kabupaten Pidie, melaporkan masih ada warga yang buang air besar sembarangan di sungai.

“Virus polio ini menular melalui saluran cerna, sementara aktivitas BAB masyarakat masih dilakukan di sungai, bukan di jamban sehingga ada sirkulasi virus dan potensi penularan di sana,” kata Syahril.

 

*Penulis: Sri Widyastuti.

#WomenForWomen

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading