Fimela.com, Jakarta Adanya cemaran zat atau kandungan etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) pada jenis obat sirup, diduga menjadi penyebab terjadinya gagal ginjal akut atau acute kidney injury (AKI) yang menyerang anak di Indonesia.
Dilansir dari liputan6.com, berbagai upaya terus dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk mengatasi dan mengurangi penambahan kasus gagal ginjal akut. Walaupun ada penambahan kasus di akhir Oktober. Penurunan kasus telah berhasil dilakukan sejak 18 Oktober 2022 karena penggunaan obat sirup yang dihentikan sementara.
Kasus harian gagal ginjal akut terbanyak berdasarkan tanggal onset Prodromal atau timbulnya gejala, terjadi pada 22 Oktober 2022, yaitu mencapai 12 anak. Hal ini berdasarkan data Kemenkes, hingga 5 November 2022.
Advertisement
Penurunan kasus ini terjadi setelah BPOM pada tanggal 23 Oktober 2022, mengeluarkan daftar obat sirup atau cair yang tidak mengandung pelarut Propilen Glikol ataupun Polietilen Glikol serta aman dari cemaran Etilen Glikol (EG) maupun Dietilen Glikol (DEG).
Sejak tanggal 24 sampai 31 Oktober, jumlah pasien gagal ginjal akut perhari menurun dari 5 menjadi 1 kasus perhari. Bahkan Kementerian Kesehatan mencatat 0 kasus gagal ginjal akut pada 30 Oktober 2022. Selanjutnya, sejak 2 November hingga 5 November 2022, tidak ada kasus baru gagal ginjal akut.
Kasus gagal ginjal akut bertambah lagi pada 29 Oktober dan 1 November 2022. Hal ini dikarenakan pasien masih meminum obat sirup yang tersedia di apotek kota tier 2. Oleh karena itu, Menteri Kesehatan telah meminta bantuan dinas kesehatan untuk membantu pengelolaan obat di apotek dan bidan.
"Setiap ada kasus baru, kita kejar penyebabnya apa. Kasus minggu lalu terjadi di tanggal 29 Oktober dan 1 November. Karena pasien masih saja mengonsumsi obat sirup di apotek kota tier 2," ujar Budi Gunadi, dikutip dari liputan6.com
Advertisement
Penurunan kasus gagal ginjal akut
Di kesempatan yang lain, dr M Syahril selaku Juru Bicara Kementerian Kesehatan juga mencatat penurunan kasus baru dan kematian terkait gagal ginjal akut pada anak. Dijelaskan pula, tidak hanya kasus harian yang mengalami penurunan tetapi pada kasus yang dirawat dan kasus kematian. Bahkan ada daerah yang sudah sembuh semua.
“Penambahan kasus baru dan jumlah kematian setelah tanggal 18 Oktober 2022 menurun jauh dibandingkan dengan sebelum tanggal 18 Oktober 2022,” kata Syahril dalam Konferensi Pers Update Penanganan COVID-19 dan Gangguan Ginjal Akut (AKI) di Indonesia pada Jumat (4/11), dikutip dari liputan6.com.
Penurunan jumlah kasus dipengaruhi beberapa faktor. Salah satunya adalah kebijakan pemerintah yang melarang pemberian obat sirup pada anak yang diduga mengandung unsur kimia EG dan DEG. Sebagai alternatif, masyarakat bisa memberikan obat dalam bentuk sediaan lain seperti tablet, kapsul, supositoria (anal), dan lainnya.
Pencegahan kasus gagal ginjal akut
Sejak pemberian Fomepizole dan adanya pelarangan penggunaan obat sirup pada pasien, angka kematian dalam kasus gagal ginjal akut berhasil ditekan. Fomepizole adalah antidote atau obat penawar yang diberikan sebagai bagian dari pengobatan pasien gagal ginjal akut. Sepuluh dari 11 pasien di RS Cipto Mangunkusumo mengalami peningkatan yang signifikan setelah mengkonsumsi obat ini.
Kementerian Kesehatan melihat adanya perkembangan baik terkait kasus gagal ginjal akut, terus berupaya mendatangkan obat injeksi Fomepizole dari berbagai negara sebagai langkah pencegahan penyakit gagal ginjal akut. Fomepizole pun telah didistribusikan dan digunakan di rumah sakit-rumah sakit pemerintah untuk mengatasi kasus gagal ginjal akut. Sejak 25 Oktober 2022.
Sekitar 246 vial obat Fomepizole telah tiba di Indonesia dari Jepang, Singapura dan Australia, sebagian besar dari jumlah ini adalah hibah. Fomepizole yang tiba di Indonesia sejak 25 Oktober 2022 telah didistribusikan ke banyak rumah sakit pemerintah selain RSCM. Syahril mengatakan, dari total 246 vial Fomepizole, 146 vial didistribusikan ke 17 rumah sakit rujukan di Indonesia. Sekitar 100 botol Fomepizole lainnnya akan digunakan sebagai buffer stok pusat.
“Kami sampaikan bahwa sekitar 87 persen Fomepizole injeksi adalah hibah gratis dan tidak ada komersialiasi, ini semata-mata untuk menyelamatkan anak-anak Indonesia dari GGA,” terang Syahril, dikutip dari liputan6.com.
*Penulis: Sri Widyastuti
#WomenForWomen