Fimela.com, Jakarta Maraknya kasus gagal ginjal akut atau Gangguan Ginjal Akut Atipikal Progresif (GgGAPA) di Indonesia, membuat pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi gagal ginjal akut. Salah satunya adalah mendatangkan obat Fomepizole.
Dilansir dari liputan6.com, Budi Gunadi Sadikin selaku Menteri Kesehatan Republik Indonesia mengatakan tidak ada efek samping berdasarkan hasil uji coba obat Fomepizole untuk menangani pasien gagal ginjal akut.
Obat ini diuji coba kepada 10 pasien gagal ginjal akut yang dirawat di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Setelah mendapat fomepizole dalam bentuk suntikan, kondisi pasien membaik dan stabil, yang sebagian besar adalah anak-anak di bawah usia 5 tahun.
Advertisement
Obat Fomepizole adalah jenis antidotum atau antidot (antidote). Antidotum adalah jenis obat penawar racun. Penatalaksanaan terapi keracunan pada umumnya disebut terapi antidotum. Pengadaan obat antidotum ini dapat mempercepat pengobatan sebagai penawar dari pasien-pasien gagal ginjal
Fomepizole pun diberikan secara gratis kepada seluruh pasien gangguan ginjal akut. Indonesia sebelumnya telah mendatangkan 10 vial Fomepizole dari Singapura, yang diujicoba ke pasien RSCM. Selanjutnya akan datang dari Australia, Amerika Serikat dan Jepang.
Advertisement
Donasi 200 vial Fomepizole dari Jepang
Pada Sabtu dini hari tanggal 29 Oktober 2022, Indonesia sudah kedatangan Fomepizole 1,5 mL dalam bentuk vial. Obat ini didatangkan dari Jepang dan merupakan donasi dari PT Takeda Indonesia, sebanyak 200 vial.
Obat Fomepizole ini dikeluarkan langsung dari Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten sesudah melewati proses pengecekan di bandara dan akan langsung dikirim ke instalasi Farmasi Pusat.
Budi Gunadi Sadikin selaku Menteri Kesehatan juga memberikan ucapan terima kasih kepada donasi obat Fomepizole yang sudah diberikan oleh PT Takeda Indonesia. Ia mengatakan bahwa hibah ini dilaksanakan dengan itikad baik atas nama kemanusiaan untuk kepentingan kesehatan anak Indonesia.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mendistribusikan obat ke seluruh rumah sakit rujukan provinsi di Indonesia sesuai kebutuhan melalui Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Ventilator sudah tidak dibutuhkan oleh pasien
Diketahui bahwa 10 dari 11 pasien gagal ginjal akut yang mengonsumsi obat sirup yang diduga tercemar senyawa kimia tertentu berangsur membaik kondisinya setelah diberi obat selama dalam perawatan di RSCM.
Tiga di antaranya tidak menggunakan ventilator dan satu dipulangkan dari rumah sakit. Hasil uji coba di RSCM memungkinkan kesimpulan bahwa obat fomepizole memiliki dampak positif pada pengobatan pasien dengan penyakit ginjal akut.
Pengadaan obat Fomepizole juga menghindari tingkat keparahan sehingga angka kematian gagal ginjal akut dapat diredam, sehingga membuat angka kesembuhan sangat baik. Indonesia sendiri sudah mendatangkan Fomepizole dari Singapura, Australia, dan Jepang. Selanjutnya, menyusul akan datang dari Amerika Serikat (AS).
Advertisement
Fomepizole aman dan efektif untuk anak-anak
Pada jurnal berjudul Ethylene glycol or methanol intoxication: Which antidote should be used, fomepizole or ethanol? yang ditulis oleh S J Rietjens, Dylan De Lange, dan J Meulenbelt, sebagian besar laporan kasus keracunan etilen glikol menunjukkan fomepizole aman dan efektif pada anak-anak.
Hasil studi menunjukkan bahwa semua pasien sembuh tanpa gejala sisa. Satu-satunya reaksi yang dilaporkan selama terapi fomepizole pada anak-anak adalah nistagmus sementara pada anak berusia 6 tahun. Namun, tidak jelas apakah efek ini terkait dengan fomepizole.
Nistagmus adalah suatu kondisi di mana bola mata membuat gerakan yang tidak disengaja, cepat, dan berulang. Kondisi ini bisa menyebabkan gangguan penglihatan, seperti pandangan yang kabur atau tidak fokus.
Dosis fomepizole harus ditingkatkan setelah 48 jam. Fomepizole umumnya ditoleransi dengan baik, meskipun terkadang iritasi tempat suntikan, mual, pusing, takikardia, sakit kepala, eosinofilia, sedikit peningkatan hati transaminase, agitasi dan kejang dilaporkan.
Namun, penelitian yang diterbitkan di The Netherlands Journal of Medicine pada bulan Februari 2014, tidak ditemukan bahwa sebagian besar efek di atas disebabkan oleh pengobatan dengan fomepizole itu sendiri atau efek keracunan etilen glikol atau metanol.
Khususnya, para peneliti mengatakan tidak ada bukti ilmiah yang meyakinkan untuk mendukung fomepizole sebagai pengobatan lini pertama untuk keracunan etilen glikol dan metanol. Keputusan untuk menggunakan fomepizole tergantung pada ketersediaan dan biaya obat penawar, pusat hemodialisis, karakteristik pasien, dan pengalaman dokter dengan obat penawar tertentu.
*Penulis: Sri Widyastuti.
#WomenForWomen