Fimela.com, Jakarta Gagal ginjal akut yang menyerang banyak anak di Indonesia, memiliki gejala khas apabila anak sudah berada di stadium berat atau stadium 3. Salah satu gejala khas itu adalah anuria atau terhentinya produksi urine.
Dilansir dari liputan6.com, dr Mohammad Syahril selaku Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI mengatakan kebanyakan anak yang terserang gagal ginjal akut sudah berada pada stadium 3 yaitu sebanyak 61 persen. Ketika anak sudah berada pada stadium berat, artinya anak sudah tidak lagi memproduksi urine sama sekali, hal ini dikarenakan ginjal sudah gagal melakukan metabolisme.
Selain itu, sekitar 11% anak berada di stadium 1, 7% anak berada di stadium 2, dan sebanyak 20% masih belum ditemukan berada di stadium mana. Syahril menjelaskan, berdasarkan data yang ada, sebanyak 143 anak atau sekitar 53% pasien gagal ginjal akut menunjukkan gejala anuria yang berarti anak sudah berada pada stadium 3. Selain itu, 58 anak atau 22% memiliki gejala oliguria, dan 68 anak atau 25% tidak mengalami anuria atau oliguria.
Advertisement
Lebih lanjut, Syahril mengatakan anak juga mengalami prodromal 1 sampai 5 hari sebelum timbulnya gejala khas yang berkaitan dengan produksi urine, tetapi ini sangat bervariasi. Namun, gejala yang paling umum adalah demam.
"Di sini terlihat ada demam, nafsu makan turun, kemudian anaknya tidak begitu bergairah, ada diare, mual-mual, dan ada gangguan saluran pernapasan. Jadi ada dua gejalanya, yang khas dan gejala awalnya," jelas Syahril.
Advertisement
Upaya pemerintah datangkan obat antidotum
Maraknya kasus gagal ginjal akut ini, Syahril mengatakan bahwa Kementerian Kesehatan telah bekerja sama dengan berbagai pihak terkait kasus gagal ginjal akut. Mulai dari dinas kesehatan, rumah sakit, dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi gagal ginjal akut. Sebanyak 30 antidotum fomepizole telah dikirim secara bertahap dari Singapura ke Indonesia. Sekiranya ada 20 vial yang dating pada tanggal 10 dan 18 Oktober, vial ini akan digunakan untuk pengobatan pasien yang ada di RSCM. Kemudian 10 vial lagi akan datang pada 27 Oktober.
Setidaknya sebanyak 16 vial berada pada RSUP Dr M Djamil Padang, RSUD Dr Soetomo Surabaya, RSUP H Adam Malik Medan, dan RSUD Dr Zainoel Abidin Banda Aceh. Di Indonesia sendiri, sebanyak 30 vial dari Singapura sudah sampai, kemudian 16 vial dari Australia. Syahril mengatakan dalam waktu dekat, Indonesia sudah mendapatkan kesanggupan obat antidotum fomepizole sebanyak 200 vial lagi yang akan didatangkan dari Jepang.
Diperkirakan 200 vial dari Jepang ini akan datang pada minggu depan dan segera didistribusikan ke rumah sakit pemerintah. Selain itu, ada 70 vial Fomepizole lainnya yang didatangkan dari Singapura. Pengadaan obat antidotum ini dapat mempercepat pengobatan sebagai penawar dari pasien-pasien gagal ginjal. Perlu diketahui bahwa obat fomepizole ini sepenuhnya diberikan secara gratis oleh pemerintah.
Perkembangan kasus gagal ginjal akut
Pada kesempatan yang sama, Syahril juga memaparkan perkembangan terkait kasus gagal ginjal akut di Indonesia. Hingga 26 Oktober 2022, jumlah anak dengan gagal ginjal akut mencapai 269 kasus. Dari 269 kasus gagal ginjal akut, 73 anak masih dalam perawatan. Selain itu, 157 anak meninggal dan 39 anak dinyatakan sembuh.
Namun, Syahril mengatakan dari penambahan kasus ini, sebenarnya hanya ada 3 kasus yang benar-benar merupakan kasus baru. Kasus baru ini muncul setelah adanya edaran dari Kementerian Kesehatan untuk larangan konsumsi obat sirup. Sementara itu, ada 15 kasus yang baru dilaporkan dan terjadi pada akhir September sampai pertengahan Oktober.
Syahril mengungkapkan, sebanyak 269 kasus gagal ginjal akut yang telah dilaporkan terjadi di 27 provinsi di Indonesia. DKI Jakarta merupakan provinsi dengan jumlah kasus gagal ginjal akut terbanyak dengan 57 anak. Disusul Jawa Barat dengan 36 kasus dan Aceh dengan 30 kasus.
*Penulis: Sri Widyastuti.
#WomenForWomen