Sukses

Health

Kemenkes Sarankan Skrinning Hipotiroid Kongenital pada Bayi yang Dianggap Berisiko

Fimela.com, Jakarta Ni Made Diah selaku Plt Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyampaikan dalam konferensi pers yang diadakan secara daring bahwa hipotiroid kongenital pada bayi baru lahir dapat menyebabkan gangguan tumbuh kembang bahkan gangguan kognitif.

Dilansir dari liputan6.com, sebanyak 1.500 dari 4,4 juta bayi baru lahir di Indonesia berisiko mengalami defisiensi hormon tiroid atau hipotiroid kongenital. Mendeteksi sedari dini dan segera diobati hipotiroid kongenital, dapat mencegah keterlambatan perkembangan dan kognitif pada anak. Oleh karena itu, skrining untuk hipotiroid kongenital harus dilakukan.

Terdapat beberapa gejala dan tanda yang dapat dilihat dan diobservasi pada bulan pertama bayi lahir, seperti tubuh pendek, lunglai, kurang aktif, bayi kuning, lidah besar, mudah tersedak, suara serak, pusar bodong, dan ubun-ubun melebar.

Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) atau pemeriksaan kekurangan hormon tiroid bawaan, wajib dilakukan pada semua bayi yang baru lahir. SHK merupakan skrining atau uji saring yang dilakukan pada bayi baru lahir guna memilah bayi yang menderita Hipotiroid Kongenital (HK) dan yang bukan penderita.

Skrining ini dilakukan dengan mengambil sampel darah pada tumit bayi yang berusia minimal 48 sampai 72 jam dan maksimal 2 minggu oleh tenaga kesehatan di faskes pemberi layanan kesehatan. Semua bayi baru lahir berhak mendapatkan pemeriksaan tersebut melalui pelayanan di Puskesmas hingga rumah sakit.

Dari 2 hingga setetes darah sampel yang berasal dari tumit bayi itu akan bisa diketahui apakah bayi memiliki risiko gangguan tumbuh kembang atau gangguan kognitif. Jika hasil pemeriksaan darah sampel di laboratorium menunjukkan hasil positif HK, bayi harus segera diobati sebelum berusia 1 bulan agar terhindar dari disabilitas, gangguan tumbuh kembang, keterbelakangan mental dan kognitif.

Laboratorium skrining Hipotiroid Kongenital

Beberapa laboratorium ini dapat melakukan pemeriksaan sampel darah tumit atau skrinning hipotiroid kongenital, antara lain

1. Laboratorium RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo, mengampu wilayah DKI Jakarta, Banten, Aceh, Riau, Jambi, Sumatera Selatan. Bengkulu, Lampung, Kep. Bangka Belitung, Kep. Riau, Sulawesi Utara, Papua Barat, dan sebagian Jawa Barat (Kab. Bogor, Kota Bogor, Kota Depok, dan Kota Bekasi).

2. Laboratorium RSUP Dr. Hasan Sadikin, mengampu wilayah Sumatera Utara, Sumatera Barat, NTT, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Jawa Barat.

3. Laboratorium RSUP Dr. Sardjito, mengampu wilayah DI Yogyakarta, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Jawa Tengah, Bali, NTB, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah.

4. Laboratorium RSUD Dr. Soetomo, mengampu wilayah Jawa Timur.

Bayi yang terdeteksi menderita hipotiroid kongenital, harus segera diobati dalam periode emas (kurang dari 1 bulan). Dengan pengobatan yang dimulai tepat waktu, penderita Hipotiroid Kongenital dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal.

Bahaya tidak melakukan skrinning

Apabila bayi tidak melakukan skrinning hipotiroid kongenital, maka hipotiroid kongenital tidak dapat terdeteksi dengan cepat. Hal ini, dapat mengakibatkan anak tidak berkembang secara optimal, baik secara fisik maupun intelektual.

  • Dampak negatif jangka panjang yang ditimbulkan akibat tidak mengobati hipotiroid kongenital, antara lain
  • Biaya perawatan seumur hidup untuk anak-anak hipotiroid kongenital
  • Beban psikologi dan sosial keluarga
  • Negara harus mempersiapkan guru dan sekolah luar biasa (SLB)
  • Bonus demografi tidak tercapai.

Proses skrining untuk hipotiroid kongenital pada bayi baru lahir biasanya mudah. Pada bayi baru lahir, darah diambil dengan memasukkan jarum khusus ke tumit. Pengambilan sampel darah akan dilakukan oleh staf medis, sehingga orang tua dapat tenang.

Sampel darah kemudian dikirim ke laboratorium rujukan untuk diuji. Orangtua tinggal menunggu hasilnya, dan jika hasilnya normal, bayi bisa langsung dipantau tumbuh kembangnya, sama seperti bayi normal lainnya.

Apabila bayi positif hipotiroid kongenital

Jika hasil skrining menunjukkan bayi memiliki kadar hormon tiroid yang tinggi, bayi akan ditangani oleh dokter spesialis anak di fasilitas kesehatan. Pengujian konfirmasi juga akan dilakukan di laboratorium terstandar yang berada di kabupaten, kota, dan di laboratorium rujukan.

Bayi yang positif hipotiroid kongenital, akan diobati dengan pengobatan di fasilitas perawatan kesehatan. Dalam pengobatannya, akan disesuaikan dengan penanganan rujukan, mengikuti mekanisme dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Sebaliknya, jika negatif, pemantauan pertumbuhan akan dilakukan di fasilitas kesehatan seperti biasa.

“Bayi yang hipotiroid kongenital ini tidak dikenali, kalau tidak skrining dia bisa mengalami gangguan tumbuh kembang. Manfaat dari skrining ini kita bisa deteksi yang positif untuk segera diobati,” pungkasnya.

*Penulis: Sri Widyastuti.

#Women For Women

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading