Fimela.com, Jakarta Di masa pandemi Covid-19 penting untuk menjaga daya tahan tubuh agar tetap sehat. Kendati demikian ada orang yang memiliki daya tahan tubuh yang rendah, seperti orang dalam auto imun (ODAI) sehingga rentan terpapar Covid-19.
ODAI sendiri merupakan sebutan untuk orang-orang yang hidup dengan kondisi autoimun. Biasanya orang yang memiliki ODAI sangat rentan terpapar Covid-19 karena tubuhnya mengalami gangguan imunologi, sehingga mudah terjadi peradangan atau inflamasi.
Dewan Pakar Medis Marisza Cardoba Foundation (MCF), Prof. Dr. dr. Zakiudin Munasir SpA(K) mengungkakan banyak data yang melaporkan bahwa infeksi Covid-19 yang fatal atau kondisi autoimun sering terjadi pada orang-prang yang memiliki kadar vitamin D rendah. Vitamin D dalam tubuh berperan pada respon imun dan pengaturan sistem imun, sehingga mampu mengatasi reaksi inflamasi.
Advertisement
“Dosis vitamin D bergantung kadar vitamin D pada pasien, tidak bisa dirata-ratakan. Kalau sumbernya cukup setiap harinya, mungkin tidak perlu mengonsumsi suplemen. Tetapi kebanyakan kita kurang sinar matahari walau sinar matahari berlimpah. Dari makanan hanya menyumbang 20 persen,” jelas Prof. Zaki.
Advertisement
Akibat kurang vitamin D
Kekurangan vitamin D dalam tubuh terutama saat terinfeksi Covid-19 menyebabkan respon imun tidak berjalan dengan baik, hal ini dapat membuat infeksinya menjadi fatal. Oleh karena itu, masyarakat harus memerhatikan kadar vitamin D dalam garah untuk meminimalisasi risiko autoimunitas dan gejala Covid-19 yang fatal.
Autoimun sendiri merupakan sebuah kondisi kesehatan yang menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh kehilangan kemampuan untuk membedakan antara zat sehat dan zat yang membahayakan tubuh. Kondisi autoimun dapat menyebabkan masalah kesehatan kronis, bahkan hingga kematian jika menyerang organ yang memiliki peran vital.
Salah satu pendiri dan ketua Dewan Pengawas Marisza Cardoba Foundation, Prof. Dr. dr. Aru W. Sudoyo, Sp.PD, KHOM mengatakan autoimun memang penyakit yang mematikan, namun penyakit tersebut bisa dikendalikan. Adapun penyebab dari autoimun sendiri antara lain akibat terpapar bahan-bahan kimia atau yang dianggap tidak natural oleh tubuh.
“Sumber bahan-bahan kimia itu antara lain dalam makanan yang ada di sekitar kita, yang sangat logis menjadi perangsang rusaknya antibodi dalam tubuh. Dua generasi lalu, penyakit autoimun sangat langka. Tapi sekarang, jumlahnya meningkat tajam. Kebanyakan generasi muda yang menderitanya,” jelas Prof. Aru lebih lanjut.
Autoimun jadi ancaman
Marisza Cardoba, pendiri MCF yang juga ODAI menyampaikan autoimun merupakan ancaman nyata bagi masyarakat Indonesia. Orang dengan auto imun produktivitasnya menurun, sehingga mereka hanya mampu beraktivitas 5-6 jam sehari dengan keluhan seperti nyeri sendi, mudah lelah, rambut rontok, sering sariawan, demam yang tidak berturan. Sampai saat ini penyakit autoimun belum dapat disembuhkan, namun bisa dikendalikan.
Marisza Cardoba menghimbau masyarakat untuk menerapkan Lima Dasar Hidup Sehat, atau pola hidup sehat menyeluruh, dan memastikan asupan vitamin D yang memadai. Hal dilakukan karena vitamin D telah terbukti berhasil meningkatkan kualitas hidup penderita ODAI hingga dapat kembali beraktivitas normal.
5 Dasar Hidup Sehat untuk ODAI
1. Gaya hidup sehat
Pilih makanan sehat periksa kesehatan berkala, menjaga kebersihan.
2. Aktif mandiri
Olahraga 30 menit setiap hari, serta menanam bahan pangan sendiri.
3. Pengendalian stres
Lakukan berbagai aktivitas untuk mengendalikan stres seperti ibadah, komunikasi positif, dan manajemen waktu.
4. Terus belajar
Bergabung dengan komunitas pembelajar, ketahui hak dan kewajiban pasien, ketahui informasi obat (polifarmasi), mengelola keuangan dengan baik.
5. Hidup positif
Menyeimbangkan otak, bekerja cerdas, tersenyum setiap saat.
Penulis: Angela Marici
#Women for Women