Fimela.com, Jakarta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kembali mengingatkan gelombang virus corona yang lebih ganas, virus ini diperkirakan dapat terjadi di masa depan. Tak hanya itu, WHO juga mengingatkan pemerintah di seluruh dunia untuk waspada dan menanggapi setiap ancaman yang mungkin akan muncul.
Dilansir dari liputan6.com Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Gebreyesus mengatakan bahwa sampai hari ini, masyarakat tidak pernah berada dalam posisi yang lebih baik untuk mengakhiri pandemi Covid-19 yang telah berlangsung selama hampir tiga tahun.
Menurut WHO, selama 5-11 September jumlah kasus mingguan baru di seluruh dunia menurun sebanyak 28 persen dibandingkan dengan minggu sebelumnya yang lebih dari 3,1 juta. Jumlah kematian mingguan pun turun menjadi 22 persen yaitu dibawah 11 ribu.
Advertisement
Meski terdapat penurunan dalam kasus mingguan Covid-19, WHO mengimbau masyarakat di seluruh dunia untuk berhati-hati karena saat ini virus beredar pada tingkat intens di seluruh dunia.
Maria Van Kerkhove, Pimpinan Teknis WHO mengungkapkan bahwa para ahli di WHO merasa bahwa terdapat lebih banyak kasus yang beredar daripada yang dilaporkan kepada WHO. Oleh sebab itu, pihaknya memperkirakan terjadinya gelombang infeksi di masa depan.
"Kami memperkirakan akan ada gelombang infeksi di masa depan, berpotensi pada titik waktu yang berbeda di seluruh dunia, yang disebabkan oleh subvarian Omicron atau bahkan varian yang berbeda," katanya.
Advertisement
Long Covid ditemukan di darah?
Seorang dokter mata dan ahli biologi molekuler di Klinik Universitas Erlangen di Jerman, Bettina Hohberger saat ini sedang mendalami Long Covid. Hohberger bersama tim ingin membuktikan apakah Covid-19 mengganggu peredaran darah termasuk lapisan terdalam kapiler.
Melalui penelitian tersebut Hohberger bersaam tim berfokus pada pembuluh darah halus, sehingga ia membuat foto mata para pasien Long Covid dengan kamera spasial. Dalam penelitian tersebut diketahui bahwa pembuluh darah di mata memiliki struktur yang sama dengan tubuh lainnya.
"Ide di baliknya adalah, pembuluh darah di mata tentu punya struktur sama seperti yang lainnya di tubuh. Dengan demikian, perubahan di mata bisa jadi contoh untuk seluruh tubuh,” ungkap Hohberger.
Hasil Penelitian
Dalam penelitian yang dilakukan Hohberger bersama timnya ditemukan bahwa aliran darah di kapiler para pasien yang terpapar Covid-19 terganggu. Sementara itu, di Institut Max Planck para ahli yang melakukan riset sama memiliki dugaan terhadap terganggunya aliran darah. Pada riset tersebut para ahli meneliti sejauh mana sel darah dapat berubah bentuk.
Menurut ahli biologi di Max Planck Institut Erlangen, Martin Kräter menungkapkan bahwa "Kalau kita sekarang berbicara soal darah, berarti sel-sel darah harus berubah bentuk di kapiler terkecil agar bisa mengalir masuk. Tapi kalau tidak bisa berubah bentuk lagi, mungkin itulah tanda-tanda penyakitnya.”
Long covid sudah bisa ditaklukkan?
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan oleh para ahli, diketahui bahwa darah yang ada dalam para penderita Long Covid mengalami kaku yang tidak alamiah. Biasanya sel darah merah terlihat lebih sehat dan elastis dan dapat berubah bentuk menjadi pipih, namun sel-sel lain cenderung lebih kaku dan bundar. Sehingga membuat sel-sel darah tersebut tidak dapat melewati kapiler yang ada di dalam tubuh.
Tak hanya itu, dilansir dari liputan6.com para peneliti memiliki dugaan bahwa darah dapat kembali memainkan peran dengan menjadi penentu dalam mengatasi terganggunya aliran darah pada penderita Long Covid. Diketahui bahwa peneliti menemukan auto antibodi spesifik serta molekul sistem kekebalan dalam tubuh penderita Long Covid sehingga hal tersebut dapat memengaruhi fungsi sel-sel tubuh.
"Karena autoantibodi berenang di mana-mana di dalam darah dan seluruh organisme, orang juga bisa menjelaskan sejumlah gejala terkait autoantibodi itu,“ ungkap Hohberger.
Hohberger juga menambahkan bahwa perubahan dalam aliran darah otot menyebabkan somtom keletihan kronis. Sehingga, banyak simton yang disulut perubahan urutan kejadian dalam sel yang disebabkan oleh auto antibodi.
Penulis: Angela Marici
#Women for Women