Fimela.com, Jakarta China menjadi negara pertama di dunia yang menyetujui penggunaan vaksin Covid-19 dengan cara inhalasi atau dihirup. Vaksin ini dibuat oleh CanSino dengan bahan yang mirip dengan vaksin yang disuntikkan karena menggunakan adenovirus yang tidak berbahaya. Sebaliknya, vaksin ini berfungsi untuk membawa kode genik yang dapat mengajarkan tubuh untuk melawan virus Covid-19.
Dilansir dari Liputan6.com vaksin ini diberi nama Convidecia Air yang digunakan dengan cara dihirup. Vaksin ini juga dapat memberikan perlindungan terhadap virus Covid-19 dengan satu tarikan napas. Selain itu para peneliti juga mengatakan bahwa vaksin ini dapat menjadi kekebalan tambahan pada lapisan hidung dengan cara melewati saluran udara bagian atas, kemudian masih ke dalam tubuh manusia.
Untuk mempercepat proses vaksinasi, Administrasi Produk Medis Nasional (NMPA) China telah menyetujui penggunaan vaksin yang dibuat oleh CanSino sebagai dosis booster. Hal ini dilakukan vaksin inhalasi lebih mudah diberikan kepada masyarakat dibandingkan dengan vaksin yag disuntik.
Advertisement
Selain itu, berdasarkan informasi yang diterima program vaksin booster Covid-19 juga telah dimulai di Inggris, Wales, dan Skotlandia. Sebelumnya kasus infeksi virus telah menurun di beberapa daerah yang ada di Inggris. Namun hal tersebut bukan menjadi alasan untuk tidak melindungi diri karena diprediksi bahwa akan terjadi lonjakan Covid-19 dan flu saat musim gugur dan dingin yang akan datang, sehingga pemerintah mendesak masyarakat untuk melakukan vaksinisasi.
Advertisement
India setuju vaksin hirup
Sama seperti China, India pun setuju melakukan vaksinasi Covid-19 melalui hidung. Nantinya, vaksin ini akan dikembangkan secara lokal oleh Bharat Biotech dengan Washington University St Louis yang merupakan pembuat vaksin intra-nasal. Vaksin tersebut telah disetujui oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, serta dibuat untuk mendorong industri farmasi yang ada di India.
Drugs Controller General of India (DCGI), VG Somani mengungkapkan bahwa vaksin ini diberikan sebagai dosis utama bagi masyarakat yang berusia di atas 18 tahun, sehingga bukan hanya sebagai booster. Langkah ini juga sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Menteri Kesehatan India, Masukh Mandaviya.
“Langkah ini akan semakin memperkuat perjuangan kolektif kita melawan pandemi,” kata Masukh di Twitter.
Sampai saat ini masih belum bisa dipastikan kapan vaksin tersebut dapat digunakan secara umum, sehingga masyarakat harus menunggu beberapa waktu lagi untuk mendapatkannya guna mengurangi risiko penyakit menular di masa depan.
Masih tahap uji coba
Penggunaan vaksin inhalasi ini masih dalam tahap uji coba untuk menemukan dan mendapatkan keamanan yang sebanding dengan jenis vaksin yang lain, namun ketika telah ditemukan datanya akan diserahkan ke jurnal peer-review dan dirilis ke publik.
Ketua sekaligus Direktur Pelaksanaan Bharat Biotech, Dr Krishna Ella mengatakan bahwa vaksin Covid-19 yang diberikan melalui hidung dapat menjadi ‘pengubah permainan global’ baik dalam teknologi maupun sistem pengiriman vaksinasi intra-nasal.
“Permintaan vaksinasi Covid-19 masih rendah tapi pengembangan produk vaksin intra-nasal terus kami lakukan untuk emmastikan bahwa kami siap dengan platform teknologi untuk penyakit menular di masa depan.” kata Dr Krishna Ella dikutip dari Liputan6.com.
Dalam upaya mempercepat program vaksinasi, India telah memberikan persetujuan darurat kepada Bharat Biotech sebagai penggunaan vaksin Covaxin dan Serum Institute of India sebagai penggunaan vaksin jenis Covishield Oxford-AstraZaneca. Sebelumnya, persetujuan penggunaan darurat vaksin Covid-19 melalui inhalasi atau hidung ini muncul dua hari setelah China meluncurkan vaksin Covid-19 inhalasi pertama di dunia, yakni Convidecia Air yang diberikan melalui nebuliser.
Penulis: Angela Marici
#Women for Women