Fimela.com, Jakarta Virus Corona yang sudah menyebar ke berbagai negara sejak tahun 2020 masih menghantui seluruh masyarakat dunia hingga saat ini. Meskipun jumlah orang terinfeksi virus COVID-19 kian menurun tiap harinya, masyarakat masih terus waspada akan bahaya dari virus ini. Karena terbukti, virus Covid-19 masih terus bermutasi dan muncul varian-varian baru.
Ditambah lagi, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru saja memperingatkan bahwa ada juga kemungkinan munculnya banyak varian virus corona yang lebih menular dan memiliki tingkat resiko kematian lebih tinggi sehingga mendesak masyarakat untuk lebih waspada.
Dikutip dari Liputan6.com, Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan dalam konferensi pers mingguan terkait COVID pada Rabu, (31/08/2022) bahwa, "Subvarian Omicron lebih menular daripada pendahulunya, & risiko varian yang lebih menular & lebih berbahaya tetap ada,"
Advertisement
Ghebreyesus juga menambahkan bahwa kasus terinfeksi COVID-19 akan meningkat lagi dalam beberapa bulan mendatang, "Kami sekarang melihat penurunan yang disambut baik dalam kematian COVID-19 yang dilaporkan secara global. Namun, dengan cuaca yang lebih dingin mendekat di belahan bumi utara, masuk akal untuk mengharapkan peningkatan rawat inap dan kematian dalam beberapa bulan mendatang."
Advertisement
Hidup Berdampingan dengn COVID-19
Sejak awal kemunculan virus corona, masyarakat sangat dihebohkan dan dinaungi rasa takut yang sangat berlebih. Melihat tingginya jumlah kematian pada awal kemunculannya, membuat semua orang takut untuk beraktivitas di luar rumah. Setiap jalanan pun nampak sepi seperti tidak ada kehidupan. Namun seiring berjalannya waktu, masyarkat pun mulai bisa beradaptasi dengan keadaan baru ini.
Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga sudah mengimbau masyarakat bahwa pada tahun-tahun mendatang, masyarakat harus bisa beradaptasi dan hidup berdampingan dengan COVID-19. Hal ini pun sudah dilakukan yakni dengan cara memakai masker kemana pun kita pergi dan selalu menjaga kebersihan diri, seperti mencuci tangan dan mengganti baju setelah bepergian keluar rumah.
Mengutip dari Liputan6.com yang melansir dari Livemint, Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, "Hidup dengan COVID-19 tidak berarti berpura-pura pandemi berakhir. Jika Anda berjalan di tengah hujan tanpa payung, berpura-pura tidak hujan tidak akan membantu Anda. Anda akan tetap basah kuyup. Demikian juga, berpura-pura virus mematikan tidak beredar adalah risiko besar."
“Hidup dengan COVID-19 berarti mengambil tindakan pencegahan sederhana untuk menghindari terinfeksi, atau jika Anda terinfeksi, agar tidak sakit parah/sekarat. Saya meminta semua pemerintah memperbarui kebijakan mereka untuk memanfaatkan alat penyelamat jiwa dengan sebaik-baiknya untuk mengelola COVID-19 secara bertanggung jawab," imbuh Ghebreyesus.
Vaksinasi COVID-19
Ghebreyesus mengungkapkan bahwa angka persentase vaksinasi COVID-19 terbilang masih sangat rendah bahkan di negara-negara kaya. Kemungkinan hal ini terjadi karena masih banyak masyarakat yang tidak setuju dengan kebijakan vaksinasi atau antivaksin. WHO mencatat bahwa sebanyak 30 persen petugas kesehatan dan 20 persen orang tua masih tidak diimunisasi.
"Kesenjangan vaksinasi ini menimbulkan risiko bagi kita semua. Silakan divaksinasi dan booster jika direkomendasikan untuk memilikinya." ungkapnya.
Meskipun begitu, kasus baru dan kasus kematian akibat COVID-19 terus menurun. WHO mengatakan terdapat 4,5 juta kasus baru COVID-19 yang dilaporkan pekan lalu, angka ini menurun sebanyak 16 persen dari minggu sebelumnya. Kasus kematian akibat COVID-19 juga menurun 13 persen dengan angka sekitar 13.500 kematian.
WHO juga mengatakan bahwa angka infeksi COVID-19 sudah turun di berbagai negara di dunia. Lalu untuk angka kematian juga sudah menurun kecuali di Asia Tenggara yang malah naik sebanyak 15 persen, dan di Pasifik Barat yang naik 3 persen.
Penulis: Frida Anggi Pratasya
#Women for Women