Fimela.com, Jakarta Penurunan tingkat level antibodi COVID-19 dikabarkan terjadi pada lansia. Seiring bertambahnya usia, level antibodi COVID-19 baik dari pemberian vaksin COVID-19 ataupun infeksi alami virus COVID-19 hanya akan bertahan selama 3 bulan. Hal ini disampaikan oleh Juru Bicara Satgas COVID-19 Wiku Adisasmito, yang menjelaskan bahwa normalnya antibodi dapat bertahan hingga 6-8 bulan pada orang dewasa yang sehat, namun hanya bertahan hingga 3 bulan pada lansia.
Mengutip dari Liputan6.com, Wiku Adisasmito menginfokan, umumnya, semakin besar gejala yang dirasakan saat positif COVID-19, maka semakin lama rentang waktu antibodi bertahan dalam tubuh. Sementara, semakin tua umur seseorang, semakin singkat rentang waktu antibodi bertahan dalam tubuh. Misalnya, lansia yang hanya bertahan kurang lebih 3 bulan.
Menanggapi hal ini, pemerintah pun berupaya untuk mempercepat pemberian vaksinansi dosis 1, 2, dan booster guna melindungi masyarakat. Selain itu, pemberian vaksinasi COVID-19 lanjutan kepada kelompok masyarakat yang memilihi imunitas rendah direncanakan akan dilakukan pada akhir tahun 2022. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk memperbaiki imunitas masyarakat agar siap menghadapi potensi munculnya gelombang COVID-19 berikutnya.
Advertisement
Advertisement
Rencana Pengadaan Survey Serologi pada November 2022
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi menyampaikan telah melakukan diskusi dengan Presiden Joko Widodo soal perencanaan pemberian vaksinasi COVID-19 lanjutan untuk kelompok masyarakat imunitas rendah. Hal ini direncanakan akan mulai dilakukan pada akhir tahun 2022. Namun, sebelum melakukan vaksinasi ini pemerintah merencanakan untuk mengadakan survey serologi antibodi terlebih dahulu untuk mendata daerah mana saja yang imunitas masyarakatnya sudah turun.
Survey serologoi antibodi ini dilakukan agar dapat mendata masyarakat yang memiliki imunitas rendah sehingga dapat diberikan suntikan vaksin COVID-19 lanjutan yang direncanakan akan mulai berjalan pada akhir tahun 2022 nanti.
Mengutip dari Liputan6.com, Budi Gunadi mengatakan, "Nanti itu (sasaran vaksinasi) yang kita berikan vaksinasi agar bisa meningkatkan mempersiapkan memperbaiki kadar imunitas masyarakat tersebut. Insya Allah, jika ada varian baru, mudah-mudahan tidak, di bulan Februari, Maret 2023, maka imunitas populasi Indonesia itu tetap tinggi."
Program Meningkatkan Imunitas Populasi
Pemberian vaksin COVID-19 lanjutan pada akhir tahun 2022 nanti disebut oleh Budi Gunadi sebagai 'program untuk meningkatkan imunitas populasi' yang juga merupakan upaya untuk menghadapi potensi gelombang COVID-19 berikutnya. Kasus COVID-19 omicron BA.4 dan BA.5 yang melanda Indonesia tergolong masih relatif rendah dibandingkan negara lainnya. Hal ini dikarenakan masyarakat Indonesia yang memiliki level antibodi yang tinggi.
"Kita sudah melihat dibandingkan Desember 2021 hanya 88 persen masyarakat yang memiliki antibodi, sekarang naik ke 98,5 persen. Level antibodinya yang tadinya cuma sekitar 400-an unit per mililiter sekarang naik lebih dari 2.000 unit per mililiter," ungkap Menkes Budi Gunadi yang dikutip dari Liputan6.com.
Beliau juga menambahkan bahwa berdasarkan data tersebut, masyarat Indonesia sudah terbukti memiliki level antibodi yang tinggi yang dapat melindungi dari serangan virus COVID-19 varian baru.
Advertisement
Imbauan untuk Menjaga Level Imunitas
Perkiraan munculnya varian baru virus Corona akibat mutasi pada awal tahun 2023, dan tingginya konfirmasi kasus harian COVID-19 di berbagai negara perlu diwaspadai meskipun masyarakat Indonesia tergolong memiliki tingkat imunitas yang tinggi.
Melansir dari Liputan6.com, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi mengimbau masyarakat untuk menjaga level imunitasnya agar terlindungi dari varian baru virus COVID-19.
"Sekarang, ujiannya 6 bulan lagi, sekitar bulan Januari, Februari, Maret 2023. Kalau kita benar-benar bisa melampaui itu sama seperti sekarang, Indonesia adalah menjadi mungkin selected few negara yang bisa menangani pandemi ini 12 bulan berturut-turut," ujar Budi.
Adapun data dari hasil survey serologi ketiga yang telah dilakukan pada Juni - Juli 2022 oleh Badan Kebijakan Kesehatan (BKPK) Kemenkes dan Tim Pandemi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia menunjukkan adanya peningkatan jumlah penduduk Indonesia yang mempunyai antibodi SARS-CoV-2, yakni dari 87,8 persen pada Desember 2021 menjadi 98,5 persen pada Juli 2022.
Penulis: Frida Anggi Pratasya
#Women for Women