Fimela.com, Jakarta Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin usai rapat terbatas di Istana Presiden Jakarta, menyampaikan varian Covid-19 yang muncul pada 2023 diprediksi tidak akan lebih berbahaya dibanding virus yang beredar saat ini, yaitu virus SARS-CoV-2.
Dilansir dari liputan6.com, Juru Bicara Satgas COVID-19 Wiku Adisasmito menjelaskan lebih rinci terkait prediksi tersebut, kemungkinan varian Covid-19 yang akan muncul nanti tidak akan lebih berbahaya dipengaruhi oleh tingkat kekebalan masyarakat Indonesia.
Adanya peningkatan proporsi penduduk yang mempunyai antibodi SARS-CoV-2, yakni dari 87,8 persen pada Desember 2021 menjadi 98,5 persen pada Juli 2022. Kadar antibodi penduduk Indonesia juga meningkat lebih dari 4 kali lipat. Hal ini merupakan hasil survei serologi antibodi yang diumumkan pada Juli 2022.
Advertisement
Meskipun demikian, Wiku tetap mengingatkan walaupun sudah divaksin tidak serta-merta melindungi seseorang 100 persen dari penularan Covid-19. Akan tetap ada potensi seseorang terpapar virus Corona. Kondisi ini ditandai dengan adanya reinfeksi, terutama ketika imunitas seseorang sedang lemah akibat aktivitas yang padat. Virus pun akan mudah menginfeksi kembali.
Advertisement
Varian yang Lebih Lemah
Wiku Adisasmito menyampaikan agar masyarakat tetap menjalankan protokol kesehatan dengan baik dan Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), seperti memakai masker, mencuci tangan sebelum dan sesudah beraktivitas, tidur cukup sekitar 7 - 8 jam dan tetap aktif secara fisik dengan berolahraga.
Wiku kembali menekankan di konferensi pers berbeda, pada masyarakat tentang pentingnya perilaku mencegah COVID-19 dalam setiap aktivitas. Karena beberapa minggu terakhir terdapat peningkatan kasus Covid-19. Wiku juga mengingatkan kita kembali pentingnya konsisten mengendalikan peluang penularan secara bersama-sama.
Terkait dengan varian Covid-19 yang akan hadir, Menteri Kesehatan Budi Sadikin menyampaikan kemungkinan varian ini tidak akan lebih berbahaya dibanding dengan varian Delta atau Omicron yang saat ini beredar di Indonesia. Sebab, Secara alamiah, virus itu tidak ingin inangnya cepat-cepat mati. Kalau inangnya cepat mati, dianya juga cepat mati.
Itu sebabnya Omicron lebih lemah daripada Delta. Kemungkinan besar nanti mutasi berikutnya pasti akan lebih lemah dari Omicron. Karena virus ini tidak ingin inang tempatnya hidup cepat-cepat meninggal. Terlebih vaksinasi bakal digencarkan pada kelompok rentan, sehingga kemunculan varian Corona baru tidak terlalu memengaruhi kondisi warga
Budi menambahkan jika kita bisa melampaui hal ini sama seperti sekarang, Indonesia mungkin akan menjadi selected few negara yang bisa menangani pandemi ini 12 bulan berturut-turut. Ia juga menjelaskan kemungkinan “ujian” yang akan terjadi, ada di sekitar bulan Januari, Februari, Maret 2023
Peningkatan Antibodi
Selain hasil survei serologi pada Juli 2022 juga menunjukkan, perbedaan kadar antibodi berdasarkan kelompok umur. Di mana kekebalan masyarakat Indonesia di angka 98,5 persen. Rerata beda titer antibodi menurut kelompok umur tertinggi pada kelompok usia 60 tahun ke atas, yakni 3.504,6 unit per mililiter, usia 30 tahun sampai 59 tahun sebesar 2.427,3 unit per mililiter, dan usia 19 tahun sampai 29 tahun sebesar 2.337,9 unit per mililiter.
Tim Pandemi COVID-19 FKM UI Pandu Riono memaparkan peningkatan mulai tinggi terjadi pada usia di atas 18 tahun, karena kelompok usia tersebut sudah ada program vaksinasi booster sejak Januari 2022 dengan melengkapi vaksinasi hingga booster akan meningkatkan kadar antibodi. Dampaknya, angka keparahan pasien di rumah sakit dan angka kematian tidak meningkat tajam, melainkan landai atau malah menurun.
*Penulis: Sri Widyastuti
#Women For Women