Fimela.com, Jakarta Badan Kesehatan Dunia atau WHO menjelaskan Monkeypox atau cacar monyet sejauh ini masih tergolong ringan. Terjadi kasus cacar monyet di beberapa negara di Eropa terbilang misterius.
Pasalnya, orang yang terjangkit tidak memiliki riwayat perjalanan ke Afrika. Cacar monyet ini pertama kali ditemukan di sejumlah negara di Afrika.
Advertisement
BACA JUGA
Meski demikian, WHO menyebut penyakit ini bisa sembuh dengan sendirinya meski tanpa perawatan. Disampaikan oleh Direktoran Regional Eropa di WHO, Hans Kluge, penyakit ini tergolong ringan sehingga bisa sembuh dalam hitungan minggu.
"Monkeypox biasanya penyakit yang membatasi diri dan mayoritas yang terdeteksi akan pulih dalam beberapa pekan tanpa perawatan. Namun, penyakit ini bisa lebih parah terutama bagi anak-anak, wanita hamil, dan orang-orang dengan immunocompromised," kata Hans Kluge mengutip dari Liputan6.com.
Advertisement
Harusnya tidak mudah menular ke manusia
WHO disebutkan telah bekerja sama dengan sejumlah negara-negara yang terdammak untuk memperluas pemantauan. Fasilitas kesehatan juga diminta mendukung orang-orang yang terdampak dan memberikan panduan melawan penyakit ini.
WHO juga menegaskan penularan cacar monyet tidak sama dengan COVID-19. Melainkan cacar monyet bisa menular lewat kontak fisik, cairan tubuh, maupun luka.
Penyebarannnya sendiri tidak separah COVID-19 dan bisa berhenti pada generasi keenam. Artinya penularan akan berhenti di orang ke enam dari pengidap asli penyakit ini.
Menurut Chief Health Officer di Victoria, Brett Suton, virus Monkeypox secara teori tidak mudah menular antar manusia. Biasanya orang yang terpapar bisa sembuh sendiri dalam 2-3 minggu.
Gejala yang mungkin timbul
"Penularannya itu dengan kontak langsung kulit ke kulit melalui kulit yang luka, cairan, atau nanah pada lesi, atau kontak tatap muka yang berkepanjangan melalui transmisi pernapasan," kata Brett.
Gejala yang dialami oleh penderita cacar monyet mirip dengan flu. Biasanya disertai dengan ruam yang sering gatal atau nyeri muncul di kulit.