Fimela.com, Jakarta Virus COVID-19 terus melakukan mutasi menyesuaikan imunitas tubuh manusia dan melahirkan banyak varian baru. Terbaru, Omicron menjadi varian yang sedang mendapat perhatian serius karena mengakibatkan setengah dari infeksi dunia.
Belum juga Omicron tertanggulangi, kini hadir sub varian yang menjad turun mutasi Omicron yang disebut Son of Omicron. Apakah lebih berbahaya?
Advertisement
BACA JUGA
Sama dengan Omicron, Son of Omicron disebut memiliki penyebaran yang cukup cepat. Son of Omicron ini ditemukan pertama kali di sejumlah wilayah di Asia, Eropa, dan Amerika.
Hingga kini para ilmuwan terus melakukan penelitian terhadap sub varian terbaru, terlebih soal tingkat penularan dan keparahan dari Son of Omicron.
Advertisement
Siluman dari Omicron
Son of Omicron ini muncul pada Desember 2021. Ia disebut juga dengan Stealth Omicron atau Omicron Siluman. Para ilmuwan menamai virus ini BA.2 yang menjadi turunan dari BA.1.
Dikutip dari BBC, virus yang bermutasi menjadi varian baru bisa menjadi sub varian. Pada varian Delta, muncul 200 sub varian yang berbeda. Pada Omicron, muncul beberapa varian, seperti BA.1, BA.2, BA.3 dan B.1.1.529.
Diperkirakan Son of Omicron lebih menular 30% dari Omicron menurut Organisasi Kesehatan Dunia. Bagaimana penyebaran cepat subvarian BA.2 dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat masih dalam penyelidikan.
Dikutip dari Times of India, BA.2 memiliki susunan genetiknya yang berbeda dari yang subvarian Omicron yang terakhir. Menurut peneliti, varian siluman memiliki sekitar 20 mutasi dari Omicron. Hal ini yang membuat varian Omicron cukup berbeda.
Ada kesulitan dalam melacak sifat dan agresivitas dari varian Son of Omicron. Pasalnya, memprediksi apapun pada tahap ini akan menjadi salah dan dapat menyesatkan orang lain.
Tingkat penularan
Ilmuwan pertama kali mengidentifikasi subvarian BA.2 dari Omicron di India dan Afrika Selatan pada Desember 2021. Sejak saat itu, subvarian ini akhirnya menyebar ke sejumlah negara, seperti Amerika Serikat, Inggris Raya, dan Israel.
Sub varian ini menyebar cepat di Denmark, sekitar 20% lebih cepat dibandingkan kasus COVID-19 di negara itu pada minggu ke-52 pada 2021 menjadi 45% pada minggu kedua 2022. Sementara pada laporan WHO, Son of Omicron ini cukup mendominasi 10 negara, seperti Bangladesh, Brunei, Cina, Denmark, Guam, India, Montenegro, Nepal, Pakistan dan Filipina.
Para ilmuwan masih terus berusaha memahami penularan dari Son of Omicron yang rupanya memiliki 20 mutasi di area yang menjadi target sebagian besar vaksin COVID-19. Studi di Denmark menunjukkan bahwa subvarian BA.2 lebih mampu menghindari vaksin.
Advertisement
Gejala dari Son of Omicron
Studi lain di Jepang juga menunjukkan BA.2 mungkin memiliki fitur yang membuatnya mampu menyebabkan penyakit serius seperti varian Delta. BA.2 juga resisten terhadap beberapa pengobatan, termasuk sotrovimab, antibodi monoklonal yang saat ini digunakan untuk melawan Omicron.
Umumnya, varian Omicron memiliki gejala seperti flu biasa yang hilang dalam beberapa hari. Sementara untuk gejala Son of Omicron belum dapat dipastikan sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut. Gejala lain yang mungkin muncul, seperti demam, kelelahan ekstrem, batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala, nyeri otot, dan detak jantung meningkat.