Sukses

Health

Perjalanan Para Penyintas Kusta dalam Hapus Stigma dan Diskriminasi

Fimela.com, Jakarta Tidak jarang mereka yang menyandang penyakit kusta diasingkan dari masyarakat. Penyakit ini cukup melekat dengan stigma tertentu yang membuat para penyandangnya harus dijauhkan dari masyarakat.

Padahal, mereka yang menjadi penyandang penyakit kusta masih memiliki hak yang sama untuk mendapatkan kehidupan yang layak dengan fasilitas kesehatan yang memadai. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo terus mendorong agar masyarakat penyandang kusta jauh dari stigma dan diskriminasi yang melekat.

Ia menyebut pada 2019-2021, penanggulangan penyakit kusta di Jawa Tengah terus membaik. Meski demikian masih dibutuhkan peningkatan layanan kesehatan agar masyarakat bersih dari penyakit kusta.

"Tadi ada dua penyintas kusta kami minta bercerita bagaimana kondisi sakit, perawatan, peran pemerintah, serta respons keluarga dan masyarakat. Ternyata stigmatisasi masih ada sehingga diskriminasi sering muncul. Itu butuh literasi dan kita dorong untuk dihapuskan," ujarnya, dikutip dari Liputan6.com.

 

Daerah yang masih butuh perhatian

Disampaikan pada peringatan Hari Kusta Dunia tingkat Provinsi Jawa Tengah di Gedung Gradhika Bhakti Praja, Ganjar Pranowo menyebut dari 34 kabupaten/kota di Jawa Tengah, hanya menyisakan Kabupaten Brebes yang masih belum mencapai eliminasi. Hal ini menjadi Brebes sebagai wilayah yang membutuhkan perhatian terkait penanggulangan penyakit kusta.

"Kami cek masih ada satu kabupaten di Jawa Tengah yaitu Brebes untuk didorong. Brebes itu memang gede banget dan 'complicated', maka mesti diberikan bantuan dari kelompok masyarakat terutama yang peduli kusta," katanya.

Ganjar Pranowo pun berharap agar setiap stigma dan tindak diskriminasi terhadap penyakit kusta bisa dihilangkan. Dibutuhkan rekomendasi atau metodologi tertentu untuk memperbaiki sistem layanan kesehatan.

 

Peningkatan fasilitas kesehatan

Seperti misalnya menggunakan teknologi untuk melakukan pelacakan dan pencarian kasus. Serta lebih terbuka dengan berbagai media untuk pelaporan agar penyintas tidak ragu untuk melaporkan diri.

"Kalau dulu kita mencari dan orang yang dicari tidak mau mengaku. Jauhi penyakitnya bukan orangnya karena penularan butuh intensitas tinggi, butuh jangka waktu lama dan intensitas ketemu tinggi," ujarnya.

Selain pencarian kasus yang lebih intens, komunikasi dengan masyarakat dan puskesmas untuk mendeteksi penyakit kusta menjadi penting untuk meningkatkan penanggulangan.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading