Fimela.com, Jakarta Tanpa sadar varises merupakan penyakit yang sering disepelekan oleh masyarakat umum. Efek dari penyakit varises memang bisa ringan, tetapi jika tidak diterapi dengan baik penyakit ini bisa menimbulkan dampak serius pada kesehatan seperti pembengkakan pada kaki, kemudian kaki menjadi lebih berat, kebas, pegal dan kesemutan.
Pada fase ini penderita merasa terganggu pada saat melakukan aktivitas fisik. Keluhan pegal sampai kram biasa timbul pada malam hari atau setelah berjalan dan melakukan aktivitas yang berlebihan.
Bahkan pada kondisi yang jauh lebih serius, varises bisa menimbulkan luka yang sulit sembuh hingga bertahun-tahun. Oleh karena itu penanganan varises harus dilakukan dengan metode yang tepat sesuai dengan tingkat keparahannya.
Advertisement
Dulu pengobatan varises dilakukan dengan prosedur pembedahan yang memerlukan luka sayatan cukup besar sekitar 3-4 cm untuk mengambil varisesnya, namun dengan teknologi masa kini, varises bisa diobati dengan prosedur bedah yang minim luka, bahkan hanya dengan sayatan kecil.
dr. Wirya A. Graha, Sp.BTKV selaku Dokter Spesialis Bedah Toraks, Kardiak dan Vaskular Bethsaida Hospital mengatakan luka hanya sekitar 1-2 mm yang akan menghilang dalam waktu 1-2 minggu dengan EVLA (Endovenous Laser Ablation) yang merupakan terapi pengobatan varises. Terapi EVLA terbukti aman dan efektif untuk mengobati varises.
“Dengan EVLA, vena yang melebar dan membengkak akan di ablasi dengan energi panas dari laser sehingga vena akan mengecil dan peredaran darah menjadi normal,” ujar dr. Wirya.Setelah tindakan, pegal dan keram akan berkurang, lalu dalam waktu 3-4 minggu varises akan hilang dan bekas lukapun akan pulih dengan cepat.
Advertisement
Penangan tiroid
Kelenjar tiroid adalah organ kecil yang terletak di bagian depan leher, melingkari tenggorokan (trakea). Bentuknya seperti kupu-kupu, dengan tangkai kecil (isthmus) di tengah, dan dua sayap (lobus) di kanan dan kiri yang memanjang di sekitar sisi tenggorokan. Tiroid adalah kelenjar penghasil dua hormon utama, yaitu triiodothyronine (T3) dan thyroxine (T4).
Gangguan fungsi dapat berupa hipertiroid jika tubuh membuat terlalu banyak hormon tiroid, sebaliknya jika tubuh membuat terlalu sedikit hormon tiroid, disebut hipotiroidisme. Kedua kondisi ini mempunyai dampak yang serius karena mempengaruhi seluruh metabolisme tubuh. Fungsi hormon tiroid untuk tubuh sangatlah banyak, mulai dari otak, jantung, ginjal, organ reproduksi, liver, saluran cerna, otot dan tulang. Penyakit tiroid adalah masalah umum yang menyebabkan ketidakseimbangan hormon tiroid dalam tubuh.
Saat ini banyak penderita pembesaran tiroid biasanya muncul tanpa gejala, sehingga sulit dirasakan oleh pasien. Sebagian besar bersifat jinak dan tidak membutuhkan pengobatan khusus, namun jika sudah terjadi gejala penekanan atau masalah kosmetik maka pasien perlu segera mendapat penanganan dokter. Bethsaida Hospital memiliki Diabetic, Endocrine, Metabolic & Thyroid Center untuk menegakkan diagnosa dan terapi kasus diabetes dan tiroid secara komprehensif.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Diabetes, Endokrin dan Metabolik Bethsaida Hospital dr. Rochsismandoko, Sp.PD, KEMD, FINASIM, FACE mengatakan saat ini sudah dikembangkan tindakan minimal invasif tanpa operasi untuk menghilangkan pembesaran kelenjar tiroid jinak yaitu dengan Radio Frequency Ablation (RFA) dan Percutaneous Ethanol Injection Ablation (PEIA) tergantung tumornya padat atau berbentuk kista.
“Dengan prosedur RFA untuk tumor jinak tiroid maka benjolan tiroid dapat berkurang antara 47,7% -96,9%” ujarnya.
Terapi RFA tidak membutuhkan sayatan dan hanya menggunakan pembiusan lokal, sehingga pasien lebih nyaman, aman dan persiapan untuk tindakan juga jauh lebih sederhana. Lama tindakan kurang lebih 1 jam dengan masa observasi setelah tindakan antara 10-12 jam.
Efek samping yang mungkin terjadi adalah rasa nyeri, panas atau bengkak di leher yang sebagian besar akan sembuh sendiri tanpa memerlukan obat.