Fimela.com, Jakarta Lama tidak tampil di layar televisi, baru-baru ini Aliando Syarief memberi kabar terbaru yang cukup mengejutkan. Ia mengatakan jika dirinya selama dua tahun berjuang dengan gangguan mentalnya.
Dalam live Instagram, Aliando mengatakan jika gangguan mentalnya terjadi karena ia mengalami obsessive compulsive disorder (OCD) ekstrem. Pria kelahiran 26 Oktober 1996 juga menyampikan OCD-nya ini lebih dari penderita biasa.
"Jadi, yang biasanya OCD itu bersih, tapi kalau gue OCD ekstrem. Jadi, justru sebaliknya, agak lebih kotor," ujar Aliando, Kamis (27/1/2022).
Advertisement
Melansir psychiatry.org, OCD sendiri merupakan gangguan di mana orang memiliki pikiran, ide, atau sensasi yang berulang dan tidak diinginkan atau seperti obsesi yang membuat mereka merasa terdorong untuk melakukan sesuatu secara berulang (kompulsi).
BACA JUGA
Perilaku berulang tersebut seperti mencuci tangan, memeriksa barang-barang atau membersihkan, dapat secara signifikan mengganggu aktivitas sehari-hari dan interaksi sosial seseorang.
Nirmala Ika Kusumamingrum, M.Psi., Psikolog juga mengatakan jika OCD bisa masuk kepada kesehatan mental yang disebabkan adanya pikiran yang muncul berulang-ulang seperti obesesi.
"Pengidap OCD melakukan berulang-ulang kegiatan seperti make sure apa yang dilakukan. Misalnya saja cuci tangan berulang kali, mengecek kunci pintu berkali-kali. Rasanya kalo tidak 5 atau 10 kali cek ngga ngga puas dan masih gelisah," ujar Psikolog Nirmala kepada Fimela.com.
Namun untuk kasus Aliando, ia justru merasa lebih kotor. Pernah dalam satu hari, Aliando Syarief hendak membuang sampah. Tapi alih-alih membuat ke tempat sampah ia justru meletakannya dengan rapi di sebelahnya. Bahkan, ia menata kulit kuaci tidak bisa langsung membuangnya begitu saja.
OCD ekstrem yang dialami Aliando ini mempengaruhi kebersihan pada dirinya. Ia mengaku gegara masalah tersebut ia susah untuk mandi. Dan masalah tersebut juga memberi dampak pada pekerjaan.
Psikolog Nirmala mengatakan jika OCD sendiri sumber awalnya dari kecemasan atau trauma maka OCD sendiri sering bersih-bersih atau melakukan hal berulang kali.
"Jadi bisa jadi OCD ini sudah tercampur dengan kesehatan mental lainnya, karena banyak juga faktor risikonya seperti anxiety. OCD ektreme ini sebenarnya belum pernah liat, karena ocd ini biasanya kebersihan, bisa jadi dari kotor itu dibersih kan jadi benar-benar rapi. Jadi saya juga memang harus lihat pasiennya, " ungkapnya.
Advertisement
Gejala OCD Ekstrem
Psikolog Nirmala mengatakan biasanya gejala OCD itu megecek apapun lebih dari lima kali atau sampai menghabiskan waktu untuk melakukan suatu hal berulang-ulang.
"Fase bolak-balik melakukan suatu hal bisa 30 menit sampai satu jam. Di luar kontrol kita ngga mau lakukain, tapi ngga bisa menahan diri untuk melakukan berkali-kali hal tersebut," tambahnya.
Selain itu, seorang OCD juga sebenarnya tidak enjoy melakukan hal berulang-ulang dan akan memengatuhi kualitas hidupnya. "Terganggu karena misalnya kita jadi sering telat, ngga tahu lagi mana priotitas," paparnya.
Aliando menceritakan jika dirinya mengidap OCD ekstrem pada akhir 2019. Namun saat masih kecil, ternyata ia sudah mengalami OCD.
Ia menceritakan pada kelas 2 SD sudah mengalami gangguan OCD yang harus diselesaikan. Kondisi mentalnya membaik hingga akhirnya pada usia 25 tahun, OCD itu muncul kembali. Lalu bagaimana gejalanya?
Orang yang mengidap OCD yang terkait dengan anggota tubuhnya biasanya memiliki gejala seperti berikut:
1. Sering mengedipkan mata lebih dari orang normal.
2. Tiba-tiba mengubah ekspresi wajah menjadi muram dan sering mengerutkan wajah.
3. Suka memegang hidungnya secara terus menerus.
4. Mengulang suara batuk dan suara daham.
5. Menggelengkan kepalanya secara terus-menerus selama beberapa saat.
Sedangkan, gejala pengidap OCD ekstrem yang berkaitan dengan mental, yaitu:
1. Tidak bisa melihat sesuatu tidak sesuai dengan urutannya, ukurannya atau warnanya.
2. Takut akan keramaian.
3. Mengulangi beberapa aktifitas yang sudah ia lakukan.
4. Selalu terlihat rapi dan tidak bisa melihat ketidakrapian.
Pengobatan OCD
Aliando mengaku jika ia sedang melakukan serangkaian terapi untuk menyebuhkan kondisi mental. "Jadi, gue berjuang untuk bersih. Doain, ya, teman-teman semoga OCD gua cepat selesai dan bisa balik lagi ke layar kaca," ungkapnya.
Psikolog Nirmala menyampikan jika OCD ini membuat pengidapnya tidak merasa nyaman, berprilaku diluar kontrol yang membuat seseorang menjadi frustasi.
"Satu pikiran dilakukan berulang-ulang tentu akan frustasi," paparnya.
Sebaiknya jika sudah ada gejala, Psikolog Nirmala menyarankan untuk datang ke Psikiater untuk mengontrol dengan obat terlebih dahulu. Barulah datang Psikolog untuk tahu penyebab utamanya apa.
"Penyebabnya bisa trauma, pernah mengalami kekerasan, banyak faktornya jadi harus dicari tahu. Jika sumber masalah sudah tahu barulah mulai membuat pola prilaku yang baru," ujarnya.
Melansir liputan6.com, pengobatan OCD bertujuan untuk mengendalikan gejala yang muncul, sehingga metode yang dilakukan tergantung kepada tingkat keparahan gejala.
Biasanya akan dilakukan terapi perilaku kognitif, pemberian obat antidepresan, atau kombinasi dari kedua metode tersebut. Pada beberapa penderita, pengobatan perlu dilakukan seumur hidup.
Selain obat-obatan, psikoterapi juga efektif untuk mengobati OCD pada orang dewasa dan anak-anak. Dalam beberapa kasus menunjukkan bahwa jenis psikoterapi tertentu, termasuk terapi perilaku kognitif (CBT) dan terapi terkait lainnya (misalnya, pelatihan pembalikan kebiasaan) dapat sama efektifnya dengan obat bagi banyak individu. Dalam beberapa kasus juga menunjukkan bahwa tipe CBT yang disebut Exposure and Response Prevention (EX/RP) efektif dalam mengurangi perilaku kompulsif dalam OCD.
#women for women