Fimela.com, Jakarta Varian Delta dan Omicron merupakan kombinasi yang memicu lonjakan besar kasus COVID-19 di Eropa dan Amerika Serikat pada musim dingin 2021. Hal tersebut dinyatakan langsung oleh Tedros Adhanom Ghebreyesus, Pemimpin WHO.
BACA JUGA
Advertisement
Varian Omicron memiliki tingkat penularan yang lebih cepat dari varian Delta walaupun tidak seberbahaya varian Delta.
Hal tersebut dapat dilihat dari Perancis yang melaporkan ada 208 ribu kasus dalam sehari, seperti yang dilaporkan BBC pada Kamis (30/12/2021). Kasus-kasus tinggi ini juga terjadi di negara lain seperti Amerika Serikat, Denmark, serta Inggris.
Dikutip dari Liputan6.com pada Jumat (31/12/2021), menyorot ancaman ganda dari varian Delta dan Omicron terhadap lonjakan kasus, Tedros berkata akan terus menambah tekanan berat kepada para tenaga kesehatan. Saat ini sistem kesehatan berada di ambang kolaps.
Ada nyaris 20 juta kasus COVID-19 dalam 28 hari terakhir menurut data Johns Hopkins University yang disadur pada Jumat (31/12/2021). Ada lonjakan tinggi kasus positif mingguan secara global, namun tidak ada lonjakan pada angka kematian.
Advertisement
Booster Seharusnya Bukan untuk Negara Kaya
Tedros mengkritik pemberian vaksin booster COVID-19 di negara yang lebih kaya, walau memang menurut data Johns Hopkins University, 10 negara dengan kasus tertinggi adalah negara-negara maju.
Negara-negara tersebut mencakup Jerman, Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris.
Menurut Tedros, jatah vaksin booster seharusnya diberikan untuk negara-negara yang lebih miskin dan memiliki vaksinasi yang rendah. Sebab, kurangnya vaksinasi di suatu negara akan membuat varian bisa terjadi.
Kemudian, Tedros pun mengingatkan agar negara-negara memenuhi resolusi 70 persen vaksinasi bisa tercepat.
*Penulis: Vania Ramadhani Salsabillah Wardhani.
#Elevate Women