Fimela.com, Jakarta Update pengetahuan tentang kesehatan sangat penting, biar nggak gampang panik dan bisa mengetahui tindakan yang tepat saat mengalami suatu gejala penyakit. Misalnya saja terkait penyakit tiroid yang ternyata cukup sering dialami oleh perempuan. Tapi, mungkin masih banyak yang merasa asing dengan kelenjar tiroid dan risiko penyakit yang umum dialami perempuan.
dr. I Made Chandra Ari Kumara, Sp.B(K)Onk dari RS EMC Sentul memberikan penjelasan secara detail tentang gangguan kesehatan yang satu ini.
Apa Itu Kelenjar Tiroid?
Bagi yang masih awam, kelenjar tiroid adalah kelenjar endokrin yang terletak di leher bagian depan dan bawah. Khusus pria, letaknya di bawah jakun. Kelenjar ini berbentuk seperti kupu-kupu dengan berat sekitar 15-20 gram. Kelenjar tiroid sendiri bertugas menghasilkan hormon Tiroksin (T4) dan Trilodotironin (T3) yang berperan mengatur metabolisme sel tubuh, suhu tubuh, denyut jantung, mood dan fungsi pencernaan.
Advertisement
Advertisement
Pembesaran Tiroid Lebih Sering Ditemukan pada Perempuan
Kasus pembesaran kelenjar tiroid atau struma juga dikenal dengan sebutan penyakit gondok bagi masyarakat awam. Penyakit ini ternyata lebih banyak ditemukan pada perempuan daripada laki-laki, yaitu sekitar 4:1 kasus. Hal ini ternyata dipengaruhi oleh hormon estrogen dan progesteron pada perempuan serta hormon B-Hcg ketika hamil.
Kondisi pembesaran kelenjar tiroid ini bisa disertai dengan perubahan kadar hormon tiroid itu sendiri. Bisa lebih tinggi atau hipertiroid, lebih rendah atau hipotiroid, bisa juga terjadi ketika kadar hormon normal. Penyebab kasus ini cukup beragam, mulai dari penyakit autoimun, infeksi, kekurangan garam beryodium, hingga kondisi fisiologis saat mengalami pubertas, hamil, menyusui, tumor, dan sebagainya.
Gejala yang Dialami Saat Terjadi Pembesaran Tiroid
Ada beberapa gejala yang biasanya dialami saat terjadi pemebsaran kelenjar tiroid. Mulai dari pembengkakan di leher depan bawah yang ikut bergerak saat menelan. Hal ini biasanya terjadi tanpa keluhan nyeri. Selain itu, ada juga kondisi gangguan menelan, suara serak atau sesak napas. Namun, ada juga beberapa kasus tanpa keluhan hingga ukurannya berkembang jadi cukup besar.
Selain itu, jika disertai perubahan hormon yang tinggi (hipertiroid), beberapa gejala yang terjadi sebagai berikut:
- Jantung berdebar, gemetar, tremor.
- Keringat berlebih pada suhu normal, berat badan menurun drastis.
- Nafsu makan meningkat, mual, muntah hingga sering BAB.
- Tidak tahan panas
- Mata melotot (exophthalmos)
Bila disertai dengan kadar hormon rendah (hipotiroid), gejala yang akan muncul antara lain:
- Kenaikan berat badan
- Tubuh terasa lemah, gerakan lamban
- Kedinginan
- Gangguan menstruasi
- Kulit kering
Advertisement
Diagnosa dan Penanganan Pembesaran Kelenjar Tiroid
Bagi yang mengalami gejala tersebut, dokter akan melakukan serangkaian tindakan untuk melakukan diagnosa. Mulai dari anamnesa dan pemeriksaan klinis, melakukan serangkaian pemeriksaan laboratorium kadar hormon tiroid, antibodi, dan juga pemeriksaan USG tiroid dan jika diperlukan pemeriksaan CT Scan atau MRI dan Pemeriksaan Sidik atau Radionuklir.
Penanganan penyakit tiroid sendiri dilakukan dengan beberapa cara berikut ini:
- Observasi secara berkala tanpa pengobatan
- Menggunakan obat-obatan seperti Tiroksin untuk hipotiroid, obat untuk hipertiroid, dan obat anti radang
- Biopsi, baik itu dengan jarum halus atau dengan operasi
- Tindakan operasi yang disebut tiroidektomi, baik itu total atau sebagian kelenjar tiroid
- Pengobatan dengan radioaktif (kedokteran Nuklir)
- Pemberian obat-obatan target terapi
Mengingat penyakit yang satu ini sering dijumpai pada perempuan, pemeriksaan yang tepat dapat membantu untuk memberikan hasil pengobatan yang baik dan komplikasi rendah. Jika mengalami gejala, segera periksakan diri ke spesialis onkologi yang profesional dan berpengalaman.
Artikel ditulis oleh dr. I Made Chandra Ari Kumara, Sp.B(K)Onk, Spesialis Bedah Konsultan Onkologi di RS EMC Sentul.