Fimela.com, Jakarta Varian virus corona terbaru, Omicron pertama kali terindentifikasi di Afrika Selatan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa varian virus corona Omicron berisiko menimbulkan lonjakan penularan di seluruh dunia.
Sejumlah kasus Omicron terkonfirmasi ditemukan di Afrika Selatan, Belanda, Denmark, Australia, Austria, Belgia, Botswana, Kanada, Republik Ceko, Jerman, Hong Kong, Israel, Italia, Portugal, Spanyol, dan Inggris. Sejumlah negara pun memberlakukan larangan perjalanan.
Advertisement
BACA JUGA
Inggris pun akan mengadakan sidang darurat para menteri kesehatan kelompok G7 pada Senin untuk membahas perkembangan terbaru. Sementara itu, badan kesehatan Belanda mengatakan 13 kasus varian Omicron ditemukan pada orang-orang di dua penerbangan yang tiba di Amsterdam dari Afrika Selatan pada Jumat 26 November.
Pihak berwenang Belanda telah melakukan pengujian terhadap lebih dari 600 penumpang kedua penerbangan tersebut. Setelah 61 kasus virus corona ditemukan, pengujian dilanjutkan untuk mendeteksi varian Omicron.
"Ini mungkin seperti puncaknya gunung es," kata Menteri Kesehatan Hugo de Jonge.
Kepolisian militer Belanda mengatakan telah menangkap satu pasangan yang meninggalkan hotel tempat mereka dikarantina setelah dinyatakan positif terpapar COVID-19. Pasangan tersebut dilaporkan mencoba kabur dari negara itu
WHO mengatakan belum ada kejelasan apakah Omicron lebih mudah menular dibandingkan varian-varian COVID-19 lainnya, atau apakah varian itu bisa menyebabkan penyakit lebih parah.
"Data awal menunjukkan bahwa ada kenaikan jumlah orang yang dirawat di rumah sakit di Afrika Selatan, namun keadaan ini kemungkinan menyangkut jumlah keseluruhan orang yang terinfeksi daripada merupakan akibat infeksi yang spesifik," kata WHO dalam keterangannya melansir liputan6.com.
Advertisement
Gejala Omicron
Seorang dokter Afrika Selatan, yang merupakan salah satu orang pertama yang mencurigai kemunculan suatu galur berbeda virus corona, mengatakan pada Minggu bahwa gejala-gejala Omicron sejauh ini ringan dan penyembuhannya bisa ditangani di rumah.
Ketua Asosiasi Medis Afrika Selatan Dr. Angelique Coetze, mengatakan kepada Reuters bahwa, tidak seperti Delta, para pasien yang terkena varian Omicron sejauh ini tidak melaporkan kehilangan penciuman atau rasa. Tingkat oksigen pasien-pasien itu juga tidak anjlok.
Bahaya Jika Terlambat Deteksi Omicron Masuk Indonesia
Menurut hasil Whole Genome Sequencing yang dihimpun Kementerian Kesehatan, varian Omicron belum terdeteksi masuk Indonesia. Meski begitu, Epidemiolog Universitas Indonesia Tri Yunis Miko Wahyono mengungkapkan rasa khawatirnya jika varian Omricon terlambat dideteksi saat masuk tanah air.
"Yang saya takutkan, kita terlambat mendeteksinya (varian Omicron). Nanti ujung-ujungnya, kita baru tahu kalau sudah keburu masuk. Seperti Belanda itu, sudah 13 kasus varian Omicron terkonfirmasi," ungkap Miko saat dialog Kesiapan Indonesia dalam Mencegah Potensi Gelombang Ketiga COVID-19 pada Senin, 29 November 2021, melansir dari Health Liputan6.com.
Menurut Tri Yunis Miko, varian COVID-19 Omicron yang salah satunya masuk ke Belanda harus diantisipasi oleh Indonesia. Terlebih lagi, kecepatan varian Virus Corona tersebut diklaim berkali-kali lipat lebih cepat menular ketimbang varian Delta.
"Kalau kita lihat, bahasa itu masuk di Belanda, bisa 'meledak' penularannya. Bukan hanya dua kali lipat saja, bisa sajam bahkan penularan lebih besar tiga kali lipat, 2 jadi 6, 6 jadi 18, dan seterusnya. Bayangkan, kalau itu terlambat (dideteksi) dan masuk ke Indonesia." jelasnya.
Berkaca gelombang kedua COVID-19 yang melanda Indonesia pada Juli 2021, kecepatan varian Delta, menurut Miko sangat cepat menyebarluas. Jika varian Omicron terlambat dideteksi, maka dampak menyebarluas bisa lebih cepat.
#elevate women