Fimela.com, Jakarta Gelombang ketiga Covid-19 diprediksi akan terjadi pada musim liburan akhir tahun. Berbagai upaya pun genjar dilakukan oleh pemerintah agar tidak terjadi lonjakan khasus positif.
Namun, melansir Liputan6.com, Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiolog Indonesia (PAEI) Masdalina Pane mengungkapkan potensi gelombang 3 covid-19 ini sebenarnya berbeda dengan yang sebelumnya.
"Saya belum melihat sebenarnya ada kemungkinan untuk gelombang ketiga, kenapa? Karena kondisi hari ini berbeda dengan kondisi tahun lalu. Kalau kita menggunakan data tahun lalu, memang terlihat ada potensi gelombang ketiga. Tapi ada yang berbeda lho," ujar Masdalina pada Health Liputan6.com, Jumat (19/11/2021).
Advertisement
BACA JUGA
Lalu mengapa terjadi perbedaan? Masdalina mengatakan kondisi saat ini banyak masyarakat Indonesia yang telah menerima vaksin. Berbeda dengan tahun lalu, capaian vaksinasi covid-19 belum merata. Testing dan tracing juga belum dijalankan dengan baik tahun lalu.
"Tahun lalu kondisi kita belum terkendali sesuai dengan indikator pengendalian yang ada sekarang, karena indikator yang ada sekarang baru ada mulai bulan Juni 2021 ya. Jadi menurut kami, sebenarnya tidak ada risiko untuk terjadinya gelombang ketiga," kata Masdalina.
Advertisement
Lain halnya jika pintu perbatasan terbuka
Namun, Masdalina mengatakan jika pintu perbatasan dibuka selebar-lebarnya, akan berpotensi gelombang tiga terjadi karena varian AY.4.2 bisa masuk ke Indonesia. Varian ini pun tetap harus diwasapadau.
"Yang saat ini kita sedang waspadai kan AY.4.2. Nah kalau dia masuk, ada kemungkinan untuk terjadinya gelombang ketiga. Sepanjang itu tidak masuk, enggak ada risiko untuk gelombang ketiga," ujar Masdalina.
PPKM level 3 yang dicangkan pemerintah jelang libur Natal dan tahun baru, menurut Masdalina menjadi upaya pemerintah yang dapat mengurangi mobilitas dan potensi kenaikan kasus di Indonesia.
Menurut Masdalina, selama pengendalian tersebut berada pada dibawah batas aman atau undercontrol, sebenarnya PPKM Level 3 pun tidak begitu berpengaruh pada sektor pendidikan, ekonomi, dan kehidupan sosial.
"Asalkan dia terkendali. Tetapi ketika kasus itu kemudian meningkat, indikator-indikator kemudian meningkat, di situlah pembatasan-pembatasan mulai dilakukan," ujar Masdalina.
"Jadi pembatasan itu bukanlah upaya untuk membuat warga terkurung. Tapi itu adalah upaya kita untuk bisa hidup bersama COVID-19. Sebenarnya itu," tambahnya.
Upaya pemerintah cegah gelombang 3
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Reisa Broto Asmoro memaparkan cara untuk mencegah gelombang ketiga Covid-19 berdasarkan pengalaman kenaikan kasus yang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa.
Salah satunya cara pencegahan gelombang 3 ialah dengan pemerintah pun berencana melakukan pengetatan mobilitas masyarakat. Sejumlah kegiatan diusulkan untuk dilarang seperti acara pergantian tahun baru, pesta kembang api, pawai arak-arakan di tahun baru, event perayaan tahun baru di mal, dan kegiatan seni budaya serta olahraga.
Selain itu, Direktur Jenderal (Dirjen) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan, Maxi Rein Rondonuwu dalam keteranga yang diterima, terdapat tiga kunci utama itu adalah tersedianya Rumah Sakit (RS) rujukan, pengerahan sumber daya, dan pemanfaatan telemedicine.
#elevate women