Fimela.com, Jakarta Berdiri sejak 2017, Denise mendirikan Sugar Homemade berangkat dari hobinya akan kuliner. Awalnya Denise memang sempat menjadi salah satu reviewer makanan pada salah satu aplikasi kuliner, tetapi karena merasa kurang cocoknya dengan pekerjaan tersebut, akhirnya dia memutuskan untuk berhenti. Dari situ, Denise mulai memutuskan untuk mencoba membuat makanan yang menurutnya mahal.
Denise yang awalnya suka membeli dengan salah satu dessert yang sempat viral yaitu choco lava, tetapi didapatkan dengan harga yang cukup mahal menurutnya, akhirnya mencoba untuk menantang dirinya membuat choco lava dengan modal harga choco lava yang dijual di pasaran. Dari situ, Denise memberikan kepada teman-temannya untuk mencoba dan ternyata mendapatkan respon yang positif bahkan justru temannya mendorong agar dijual saja.
Atas dorongan dan dukungan dari teman-temannya, Denise memutuskan untuk mencoba membuka bisnis dessertnya dan menjualnya dengan sistem pre-order. Tak hanya dari hobinya, Sugar Homemade juga berdiri karena tekadnya yang ingin memiliki usaha sebelum usia 35 tahun membuatnya menjadi semangat dan memantapkan diri untuk fokus kepada bisnisnya sejak maret tahun ini.
Advertisement
Advertisement
Berangkat dari modal yang sedikit
Pemilihan nama Sugar Homemade sendiri berasal dari obrolan antara Denise dengan temannya yang memiliki arti sugar yang identik dengan gula atau hal yang manis, sedangkan homemade karena produk yang dibuatnya bikinan rumahan. Sugar Homemade sendiri kini tak hanya menjual choco lava, tetapi juga terus berkembang menjadi lasagna, dessert box, cupcake, kue ulang tahun, mille crepes, dan masih banyak dessert lainnya.
Modal yang diperlukan Denise untuk membangun bisnisnya sendiri tidaklah besar, dia hanya menyisihkan uang kerjanya, sekitar Rp30.000-Rp100.000 untuk membeli bahan, sedangkan untuk barang lainnya dibeli dengan uang yang disisihkan Denise dari hasil PO. Namun, walau begitu, kini bisnisnya sudah sangat berkembang dan bisa menjual 400-500 loyang dalam sebulan dengan produk terlakunya yaitu slice cake dan mille crepes.
Soal rasa dari produknya tak perlu lagi diragukan karena Denise selalu mengutamakan rasa dalam penjualnnya, ia tidak mau pembeli merasa terbohongi dan menurutnya jika rasanya enak serta sesuai akan worth it dengan harga jual yang diberikan sehingga para pembelinya akan kembali untuk membeli. Hal tersebutlah juga yang menjadi ciri khas bagi Sugar Homemade yang mengutamakan rasa sebagai poin nomor satu.
Menghadapi beragam tantangan
Sama halnya dengan bisnis lainnya, Sugar Homemade juga merasakan tantangan dalam menjalani bisnisnya. Denise sendiri merasa tantangan terbesarnya datang dari sisi pengiriman karena produk yang dijualnya rata-rata kue atau dessert tentu ketika mendapatkan pesanan untuk jarak pengiriman yang cukup jauh seperti Kalimalang, Depok, hingga Bekasi, Sugar Homemade memiliki tanggung jawab besar supaya produk yang diantarkan tetap dalam keadaan fresh dan rusak sehingga beberapa kali ownernya pun turun langsung untuk mengantarkan supaya memberikan pelayanan terbaik bagi para pembelinya. Tak hanya dari sisi pengiriman, Denise juga merasakan susahnya persaingan dalam mempromosikan produk karena perkembangan sosial media yang semakin maju.
Walau begitu, kini Denise telah berhasil membawa bisnisnya hingga mendirikan toko offlinenya sendiri sejak bulan juni kemarin dengan beberapa karyawan. Denise juga berharap sebagai penikmat supaya ke depannya para penikmat dunia kuliner selalu mengutamakan rasa terlebih dahulu bukan justru memberikan harga yang mahal, tampiilan yang menarik, tetapi tidak sesuai dengan rasa yang diberikan sehingga Denise mengharapkan untuk penjualan makanan cukup dengan harga yang affordable, para pembeli juga dapat menikmati rasa yang enak dan tampilan lucu serta dapat menyenangkan hati.
*Penulis: Fani Varensia.