Fimela.com, Jakarta Melihat peluang bisnis UMKM yang meningkat sejak awal-awal covid membuat Nadia kembali ingin membuka bisnis dan berjualan. Didirikannya sejak 2020, Nadss Cookies bukan merupakan bisnis jualan pertamanya Nadia karena sejak dahulu memiliki passion akan marketing membuatnya sempat berjualan kerudung dan baju, tetapi saat itu menurutnya menjadi masa yang masih sulit bagi UMKM untuk berkembang.
Namun, menurutnya saat ini, bisnis UMKM jauh lebih dipermudah dengan adanya teknologi sosial media seperti instagram, tiktok, atau e-commerce yang dapat menarik lebih banyak pembeli sehingga dengan adanya kesempatan tersebut. Akhirnya, Nadia memutuskan untuk menjadi reseller terlebih dahulu dan seiring berjalannya dia sebagai penjual, owner Nadss Cookies ini melihat daya minat para pembeli yang semakin tinggi hingga memutuskan untuk mendirikan Nadss Cookies dengan produk yang dijual seperti lasagna, brownies hingga cireng.
Pemilihan nama Nadss Cookies ini sendiri memiliki makna yang sederhana supaya mudah diingat oleh para customernya. Nadss diambil dari nama sang owner yaitu Nadia, sedangkan cookies diambilnya saat browsing karena merasa Nadss Brownies merupakan pemilihan yang kurang cocok walaupun produk yang dijualnya brownies.
Advertisement
Advertisement
Merintis Bisnis dari Menjadi Seorang Reseller
Berawal menjadi seorang reseller, Nadia menjual lasagna sebagai produk pertamanya, tetapi seiring berjalan bisnisnya, ternyata penjualannya mengalami penurunan karena kurangnya promosi. Akhirnya, Nadia kembali mencari cara supaya usaha yang dibuatnya tidak bosan bagi orang-orang dengan ide yang muncul karena melihat jarangnya orang di sekitarnya berjualan brownies dengan harga yang terjangkau membuat ia berjualan produk barunya yaitu brownies.
Berbeda dengan bisnis brownies pada umumnya, Nadia menjual produk brownies dengan harga yang cukup terjangkau bagi pembelinya mulai dari pelajar hingga ibu rumah tangga dan hingga saat ini Nadss Cookies telah menjual berbagai produk seperti dimsum, cireng, hingga makaroni schotel. Harga yang cukup terjangkau juga menjadi ciri khas bagi Nadss Cookies.
Nadss Cookies sempat memiliki toko, tetapi melihat kurang berkembangnya bisnis tersebut dan kebanyakan customernya dari online membuat Nadia memutuskan untuk kembali untuk menjual produknya dari rumah sehingga modal yang diperlukan tidak banyak karena tergantung pada orderan dan tidak memiliki stok yang banyak seperti saat memiliki toko. Walau hanya dari rumah saja, penjualan brownies Nadss Cookies perbulannya dapat mencapai kurang lebih 300 produk yang terjual, sedangkan cireng sekitar 100-200 buah per bulannya.
Masa Sulit menjadi Motivasi Nadia
Tantangan tentu juga dialami oleh Nadia saat awal merintis bisnisnya tepatnya pada tahun pertama ia menjalaninya secara sendiri mulai dari admin, packing, hingga COD. Saat itu, Nadia yang menjual produknya secara online karena pandemi dan masih bekerjanya dia di sebuah perusahaan sehingga mengharuskan ia setelah bekerja untuk mengantarkan pesanan ke rumah para customer-nya yang jaraknya juga lumayan jauh dari kantornya tanpa biaya tambahan. Semua hal tersebut, dilakukan Nadia supaya bisnisnya dapat berkembang. Panas dan hujan serta rasa capek setelah bekerja tak menghalanginya untuk selalu mengantarkan jualannya tersebut.
Maka dari itu, dengan segala usaha yang telah dilakukannya sejak dahulu dan bertambahnya pengalaman serta pembelajaran saat membuka toko pertama kali membuat Nadia berharap supaya bisnisnya selalu berkembang dan mempunyai toko offline kembali, tentunya dengan persiapan yang lebih matang seperti dari sisi perencanaan ketika bisnis pasang surut, lokasi yang strategis, persiapan mental, hingga pemilihan karyawan yang sesuai keinginannya sehingga tidak mengulang pengalaman saat kemarin ia membuka toko.
*Penulis: Fani Varensia