Fimela.com, Jakarta Pandemi yang berawal sejak 2020, membuat hampir sebagian besar orang harus bekerja atau berada di rumah dalam waktu jangka beberapa bulan. Tentu dengan di rumah saja, banyak masyarakat yang mulai menuangkan kreatifitasnya untuk mengisi waktu luang yang ada sama halnya dengan Verrelinda Cahya, perempuan 24 tahun yang merupakan seorang pengajar di salah satu sekolah TK dan sekaligus menjadi owner kalakukis, sejak pandemi ia menjadi sering melakukan masak-masak dan baking.
Masak-masak memang sudah menjadi hobinya sejak kecil dan didorong pandemi yang membuatnya tidak memiliki kegiatan sehingga ia kembali untuk masak-masak dan baking. Awalnya ia hanya iseng untuk baking-baking, tetapi banyaknya permintaan orang-orang di sekitarnya supaya ia menjual hasil bakingnya membuat ia memutuskan menjual cookies. Namun, dalam menjalani bisnisnya Verrel merasa tetap senang dan bahkan menurutnya dapat menambahkan uang jajannya saat itu karena masih berkuliah.
Berawal dari keisengannya mengisi waktu luas saat pandemi hingga akhirnya Verrelinda merintis bisnis cookiesnya sejak April 2020. Pemilihan cookies menjadi produk yang dijualnya karena menurutnya cookies merupakan dessert yang timeless sehingga tidak mengikuti tren yang come and go. Verrelinda menambahkan “Cookies ini emang dari dulu tuh udah ada dan dari dulu selalu jadi favorit jadi kita memilih cookies karena timeless.”
Advertisement
Advertisement
Berangkat dari Modal Rp 300.000
Keinginannya supaya selalu dikenang ketika cookiesnya di makan oleh orang-orang, membuatnya memberikan nama bisnisnya yaitu Kalakukis yang berarti di kala itu. Produk yang ditawarkan oleh Kalakukis juga beragam rasa dan jenis. Kalakukis sebagian besar memang menjual cookies, tetapi ia juga menjual produk yang berbeda dengan para penjual cookies lainnya yaitu cookie cake yang dapat dicustom sesuai dengan keinginan kamu, biasanya juga cookie cake ini juga dapat digunakan untuk berbagai acara.
Cizza, cookies cheese cake yang menjadi salah satu menu best seller sekaligus menjadi ciri khas dari Kalakukis karena dapat dibeli dalam porsi slice yang bentuknya kayak pizza. Pemilihan tone warna yang memiliki vibes fun, happy, dan colorful pada brand Kalakukis juga menjadi ciri khas baginya.
Mungkin terlihat membingungkan membuka bisnis di awal masa pandemi. Namun, keinginan dan dorongan serta doa dari orang-orang sekitarnya menjadi semangat buat Verrelinda untuk tetap menjalankan bisnisnya hingga saat ini. Hanya bermodalkan Rp300.000, kini perempuan 24 tahun ini telah meraih keuntungan yang cukup besar walau tidak menentu.
Bisnis Kalakukis Berjalan Bukan Hanya untuk Verrelinda Saja
Dalam membangun dan menjalani bisnis memang bukan hal yang mudah, tentu setiap orang akan menghadapi kesulitan yang berbeda-beda. Begitu pula dengan Verrelinda, tidak mudah membuatnya sampai berada di titik ini. Banyak tantangan yang telah ia lewati seperti saat awal membangun bisnis, kekurangan sumber daya manusia membuat ia ingin menambah orang untuk membantunya dalam menjalankan bisnis, tetapi menjadi ketakutan bagi dirinya karena masih berada di awal pandemi di mana setiap orang tentu memiliki tingkat penjagaan diri yang lebih tinggi ditambah bisnisnya masih dijalankan di rumahnya saat itu.
Namun, dengan motivasinya yang melihat setiap harinya masih adanya pembeli dan mengingat para pekerja yang sekarang bekerja bersamanya membuat ia terus bangkit dan melewati segala tantangan.
“Sekarang kita udah punya karyawan jadi motivasinya mengembangkan bukan hanya untuk diri sendiri aja sekarang, tapi untuk orang-orang ada di Kalakukis,” ujar Verrelinda Cahya, owner Kalakukis.
Tentu Verrel berharap supaya bisnisnya segera memiliki offline store, produk cookies Kalakukis dapat di supply ke beberapa coffee shop, dan tentunya supaya Kalakukis dapat lebih mandiri lagi.
*Penulis: Fani Varensia