Fimela.com, Jakarta Pengiriman ratusan juta ton pasokan gandum dari dua negara penghasil gandum terbesar di dunia terhambat. Dua negara tersebut yakni, Rusia dan Ukraina, dan penyebab terhambatnya distribusi gandum ini adalah perang antara kedua negara tersebut.
Menteri Pertanian Indonesia, Syahrul Yasin Limpo mengungkapkan Indonesia juga terimbas dari perang antara Rusia dan Ukraina. Akibat sedikitnya pasokan gandum di Indonesia memungkinkan harga mi instan mengalami kenaikan.
Syahrul sebelumnya memprediksi harga mi instan naik tiga kali lipat dikarenakan mahalnya harga gandum. Di Indonesia, gandum sebagai bahan baku bukanlah komoditas lokal, melainkan harus di impor dari negara luar untuk memenuhi kebutuhan akan gandum.
Advertisement
"Kita dihadapi dengan Perang Ukraina-Rusia, di mana ada 180 juta ton gandum nggak bisa keluar, jadi hati-hati yang makan mi banyak dari gandum, besok harganya (naik) 3x lipat," ujar Menteri Syahrul, dalam webinar Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, dikutip hari Rabu.
Advertisement
Indonesia negara nomor 2 terbanyak mengonsumsi mi instan
Ramainya isu kenaikan harga mi instan tentu mengejutkan masyarakat. Terutama bagi masyarakat Indonesia yang tercatat sebagai negara dengan konsumsi mi instan terbanyak kedua di dunia. Mengutip dari Liputan6.com, data dari instandnoodle.org yang dikutip Rabu (10/8), Indonesia berada di posisi kedua setelah China.
Laman berjudul Global Demand of Instant Noodle Top 15 dalam web tersebut menyajikan data dari tahun 2017 hingga 2021. Daftar tersebut merinci bahwa China/Hongkong mengonsumsi 43.990 juta porsi per tahun, sementara Indonesia sebanyak 13.270 juta porsi per tahun.
Berikut rincian 10 negara dengan konsumsi mi instan terbanyak didunia 2021 dalam data tersebut:
- China/Hong Kong 43.9902 juta porsi per tahun
- Indonesia 13.2703 juta porsi per tahun
- Vietnam 8.5604 juta porsi per tahun
- India 7.5605 juta porsi per tahun
- Jepang 5.8506 juta porsi per tahun
- AS 4.9807 juta porsi per tahun
- Filipina 4.4408 juta porsi per tahun
- Korea Selatan 3.7909 juta porsi per tahun
- Thailand 3.63010 juta porsi per tahun
- Brasil 2.850 juta porsi per tahun
Pantauan harga mi instan di Indonesia
Berdasarkan pantauan per Rabu, 10 Agustus 2022 di platform e-commerce Tokopedia, rata-rata mi instan dijual di kisaran Rp 2 ribu per bungkus. Ada juga yang menjual produk mi instan Indomie varian Mi Goreng original seharga Rp 3 ribu hingga Rp 4 ribu.
Sementara di platform e-commerce Shopee, harga produk Indomie dijual di kisaran Rp 3.500 hingga Rp 4 ribu per bungkus. Selain itu, situs klik Indomaret, di mana harga Indomie varian Ayam Bawang dan Mi Goreng dibanderol seharga Rp 3.000 per bungkusnya.
Advertisement
Mendag: Tren kenaikan harga gandum akan turun September
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan membantah kenaikan harga mi instan imbas dari kenaikan harga gandum. Ia menyebut, suplai dari beberapa negara akan membanjiri, sehingga berpengaruh pada harga produknya.
Zulkifli Hasan menyebutkan panen gandum di sejumlah negara selain Ukraina, akan berpengaruh pada harga gandum ke depannya. Maknanya, ia juga membantah adanya kenaikan harga bagi produk olahan gandum seperti mi instan.
Suplai baru ini disebutkan akan datang dari beberapa negara seperti Australia, Kanada, dan Amerika Serikat. Sehingga, dengan meningkatnya jumlah penyuplai akan membuat tren harga gandum menurun. Ditambah lagi, Ukraina sebagai salah satu negara penghasil gandum terbesar telah membuka kembali akses ekspor gandum.
"Dulu kan gagal panennya di Australia, Kanada gagal, Amerika ya, sekarang perannya sukses, apalagi sekarang Ukraina sudah mulai jual," ujarnya. Mendag memperkirakan tren harga gandum ataupun produk turunannya seperti mi instan akan turun September mendatang.
Pernyataan ini berbeda dengan yang disampaikan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo beberapa waktu lalu. Dengan tersendatnya akses logistik gandum, maka, harganya akan semakin naik. Dimana berpengaruh juga pada harga mi instan.
*Penulis: Tasya Fadila.