Fimela.com, Jakarta Siapa yang tak kenal dengan brand makanan lokal Baso Aci Akang yang sudah memiliki cabang di mana-mana atau Bobobox dengan konsep hotel yang menarik dari hotel kapsul dan cabin.
Penasaran tidak sih, bagaimana brand-brand lokal tersebut membangun brandnya hingga dikenal oleh masyarakat. Bersama Giorrando Grissandy, Founder & CEO Garis Temu, selaku pakar industri kreatif, Baso Aci Akang dan Bobobox pun memberikan strategi memperkenalkan brandnya terutama melalui media sosial.
Sebab kita tahu, media sosial kini telah menjadi salah satu platform jitu yang dapat menghubungkan serta membangun kedekatan personal antara bisnis dengan konsumennya. Terlebih di tengah masa pandemi, di mana ruang gerak masyarakat sangat terbatas, media sosial sangat diandalkan agar bisnis dapat terus berjalan.
Advertisement
BACA JUGA
Media sosial juga senantiasa berevolusi seiring dengan dinamika perubahan tren dan perilaku konsumen menuntut brand untuk terus beradaptasi agar tetap relevan dengan situasi terkini.
"Di era serba digital ini, masyarakat memiliki akses informasi yang tak terbatas berkat kehadiran internet dan media sosial. Hal tersebut tentunya menguntungkan sekaligus menjadi tantangan tersendiri bagi bisnis untuk berkomunikasi dengan konsumen dan target pasarnya. Bagaimana tidak, tingginya paparan informasi membuat masyarakat secara aktif menyeleksi konten sesuai dengan ketertarikan dan preferensi masing-masing," ujar Eka Nilam Dari, Head of Strategic Merchant Acquisition ShopeePay.
Berikut rangkuman strategi khusus yang bisa diterapkan pada proses perencanaan konten kreatif dalam berbisnis:
Advertisement
1. Gali preferensi audiens dan tonjolkan daya pikat brand
Media Sosial memegang peranan penting sebagai platform penghubung antara bisnis dengan audiensnya, mulai dari konsumen, calon konsumen, hingga masyarakat secara luas.
Untuk menyusun formula komunikasi yang tepat melalui konten, brand harus mengetahui siapa audiensnya, bagaimana minta atau prilakunya, hingga tren apa yang sedang diikuti audiens. Lalu, manfaatkan fitur media sosial.
Dandi Sepsaditri, Founder & CEO Baso Aci Akang mengatakan, kehadiran beragam platform digital, fitur, hingga tren telah membuat spektrum konten di media sosial menjadi sangat luas dan dinamis.
Untuk itu, guna menyuguhkan konten yang engaging, pebisnis harus kenal betul gaya komunikasi, preferensi, serta profil dari audiensnya. Selain mengenali konsumen, brand juga jangan lupa untuk bisa mengidentifikasi kelebihan serta daya pikat dari produk yang ditawarkan.
"Di Baso Aci Akang sendiri, kami sangat mengandalkan aspek visual demi menonjolkan keistimewaan produk kami yang notabene adalah makanan dan minuman. Seluruh konten kami dirancang untuk bisa memperlihatkan kelezatan yang diharapkan dapat menggugah selera dan mendorong konsumen untuk membeli produk kami," ujarnya Dandi.
Selain itu, media sosial Baso Aci Akang juga mengikuti tren yang sedang viral dengan konten-konten yang menghibur dan edukatif yang dikaitkan dengan produk Baso Aci Akang.
"Lalu saat kolaborasi dari influencer tidak hanya review hard selling, namun dikemas dengan story board yang menarik. Jadi benar-benar dirancang," tambahnya.
2. Lebih dekat dengan konsumen
Saat membuat suatu media sosial, baiknya lebih dekat brand dengan konsumen. Sebab, followers juga manusia yang tentu ingin berkomunikasi juga dengan manusia. Begitu pun dengan strategi yang dimiliki oleh Bobobox.
Ahmad Qois, Marketing Manager Bobobox membeberkan bagaimana Bobobox tidak hanya melayani konsumen melalui layanan penginapan, tetapi juga membangun hubungan dengan konsumen melalui media sosial.
“Bobobox selalu berusaha untuk mengoptimalkan customer journey yang hybrid,terintegrasi, dan berkelanjutan. Tidak hanya saat konsumen menggunakan produk kita, tetapi juga bagaimana kita bisa terus menjaga komunikasi dengan konten-konten yang relevan di media sosialsehingga konsumen tertarik untuk melakukan pembelian kedua, ketiga, dan seterusya," kata Ahmad Quis.
Ahmad pun memberikan contoh, belakangan ini konsep staycation mulai marak dan menjadi kebutuhan hiburan untuk masyarakat. Situasiini lantas manfaatkan untuk mengajak audiens mengeksplorasi opsi staycation secara virtual melalui media sosial. Dengan begitu, brand bisa terus dekat dan hadir di tengah audiens.
"Jadi fokus tidak hanya fokus pada brand tapi fokus juga sama costumer yang dibutuhkan. Kami terus menggunakan bahasa yang membangun perasaan orang lain, jadi konsumen merasa dekat dengan brand kami. Bahkan kami punya panggilan khusus untuk konstumer kami," katanya.
Advertisement
3. Jalin kedekatan dengan personal brand yang berkarakter
Bagi Giorrando Grissandy, Founder & CEO Garis Temu, aspek ‘sosial’ dalam media sosial merupakan komponen penting yang harus diperhatikan demi terjalinnya kedekatan antara brand dengan audiens.
Untuk itu, audiens sebagai makhluk sosial harus menjadi fokus utamanya.Brand dapat membangun persona yang kuat, menyampaikan konten yang mengandung nilai-nilai brand, hingga menjalin komunikasi yang transparan dengan audiensnya untuk membangun kepercayaan.
Dalam bermedia sosial, memanusiakan brand merupakan salah satu kiat yang bisa diterapkan pada banyak aspek. Mulai dari bentuk konten yang dihasilkan, tipe informasi yang disampaikan, hingga gaya berkomunikasi yang dijalin dengan audiens. Dengan begitu, sisi humanis di balik sebuah brand yangselama ini terkesan jauh akan terasa lebih akrab, serta kepercayaan dan kedekatan pun akan terjalin.
Setelah berhasil dijalankan, brand dapat menentukan ukuran parameter keberhasilan sesuai dengantarget dan kebutuhan.
” Kesalahan brand itu langsung mau jualan saja. Padahal followers saja kita belum menemukan seperti apa karakternya. Dan konsisten dalam membuat konten sangat penting. Dan terpenting brand harus punya cerita,"tutup Giorrando pada acara ShopeePay Talk: Dari Konten Turun ke Hati.
#women for women