Fimela.com, Jakarta “Bamsae ilhaessji everyday, niga keulleobeseo nol ttae yeah. Ttan nyeoseokdeulgwaneun dareuge. Idon’t wanna say yes.” –(Aku bekerja sepanjang malam, setiap hari. Ketika kamu bermain di klub. Berbeda dengan yang lain. Aku tidak ingin mengatakan ya)
Sepenggal lirik lagu BTS yang berjudul DOPE itulah yang membuat perempuan bernama Shifra Lushka langsung jatuh hati dengan grup idola asal Korea Selatan, Bangtan Boys (BTS). Lagu DOPE memang memiliki makna yang mendalam, bukan soal cinta-cintaan, tapi lagu tersebut mencoba untuk memperlihatkan perjuangan para member BTS untuk mewujudkan impian mereka menjadi nyata, menjadi grup idola yang sukses dan bisa menginspirasi banyak orang.
Advertisement
BACA JUGA
Kesuksesan yang tidak mudah untuk didapat, tapi tidak pernah salah jika terus diperjuangkan. “Mereka tahu betul apa yang mereka lakukan dan saya sangat mengapresiasi mereka sebagai seniman yang berjuang dari titik nol,” cerita Shifra Lushka, perempuan yang juga berada di balik berdirinya komunitas pencinta BTS di Indonesia, yakni BTS Army Indonesia Amino (BAIA).
Bukan hanya sekadar mendengarkan lagu BTS, membeli albumnya, menonton konsernya atau mengoleksi foto-foto para member, tapi kecintaan Shifra juga sampai membuatnya tergerak untuk mulai blogging, mencoba melakukan interpretasi atas karya BTS. Hingga akhirnya Shifra juga membangun komunitas BAIA dan menulis tiga buku yang semuanya membahas tentang BTS.
Buku atau pun literasi menjadi suatu hal yang sangat menarik yang perlu dibahas dari komunitas yang terbentuk sejak 25 September 2016 ini. “BAIA juga merupakan komunitas yang membudayakan literasi,” tegas Shifra. “Kebiasaan para member BTS yang gemar membaca buku dan juga referensi yang mereka gunakan untuk karya-karya mereka membuat kami semangat untuk membudayakan kegiatan membaca. Hal ini sangat selaras dengan misi saya, yaitu meningkatkan minat literasi untuk anak muda,” ujar Shifra.
“Saya rasa misi ini juga selaras dengan sebagian besar para ARMY yang bergabung di BAIA, mereka adalah anak muda Indonesia yang cerdas sekali, meski ada beberapa juga yang tidak memiliki kesempatan meraih pendidikan tersier. Tidak hanya membaca buku saja, namun bentuk literasi lainnya seperti literasi kesehatan, literasi sosio-emosional, literasi generasi, literasi digital dan literasi lainnya pun didiskusikan dalam beberapa chatroom maupun blog di BAIA,” tambahnya.
Advertisement
Beda BAIA dengan Komunitas Lainnya
Bukan sekadar komunitas pencinta grup idola, tentunya ada alasan mengapa BTS Army Indonesia Amino (BAIA) disebut-sebut debagai komunitas yang berbeda dari yang lainnya. Kira-kira apa perbedaannya? Untuk pertanyaan yang satu ini, Shifra pun memberikan jawabannya,”BAIA mengedepankan kemajuan kreativitas dan juga pola pikir anggota komunitasnya sebagai fans.”
“Orientasi yang digunakan di dalam komunitas kami bukan 'mengonsumsi konten', melainkan sebaliknya, yaitu membuat konten. Tidak hanya belajar untuk menjadi produktif dengan cara berkarya saja, di komunitas ini pun semua anggota dapat berinteraksi, dan secara tidak disadari mereka jadi bisa belajar berdiskusi mengenai hal apapun, menyelesaikan konflik, belajar mengambil keputusan dan kesepakatan, dan lain-lain,” tambah Shifra.
Shifra pun menjelaskan BAIA dipantau oleh Curation Team sehingga mereka berhak untuk menindaklanjuti akun-akun yang bermasalah. “BAIA melarang adanya penyebaran kebencian, penyebaran konten yang berbau kekerasan dan 18 tahun ke atas, sehingga lingkungan kami aman dari konten yang berbahaya terutama bagi pengguna yang masih sangat muda,” terang Shifra.
Ngobrol Seru Bareng Pendiri BAIA, Shifra Lushka
Fimela: Apa saja kegiatan rutin dari BAIA, baik sebelum pandemi dan saat pandemi?
Shifra Lushka: Sebelum pandemi, BAIA regional melangsungkan banyak sekali kegiatan offline. BAIA memiliki cabang per-daerah yang tersebar di beberapa bagian di Indonesia, dan yang paling banyak anggotanya adalah BAIA Bali, BAIA Jogja, dan BAIA Bandung.
Setelah memasuki masa new normal, kegiatan offline berangsur-angsur dimulai kembali sesuai dengan kondisi daerah yang ingin menyelenggarakan acara, dan tentunya semua tetap diwajibkan untuk mengikuti protokol kesehatan. Sebagai komunitas virtual, kegiatan online kami tidak pernah terputus sehingga semua ARMY dapat terus berkarya seperti biasanya.
Fimela: Menurut kamu hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat menjadi penggemar BTS?
Shifra Lushka: Hal yang boleh dilakukan banyak sekali, tentunya. Namun, ketika saya memikirkan jawaban atas pertanyaan ini, hal yang langsung muncul di benak saya—hal-hal yang paling harus dihindari adalah menyebarkan kebencian. Hal ini bisa berbentuk perang antarfandom, sesama fandom, bahkan membenci keputusan yang diambil oleh BTS dan mengajak kawan lainnya untuk sama-sama membencinya.
Hal ini benar-benar merusak dan menghilangkan esensi cinta yang diberikan oleh BTS kepada ARMY dan sebaliknya. Sebenarnya, hal ini tidak terjadi di dunia fandom saja. DI lingkungan manapun hal seperti ini sangat memungkinkan untuk terjadi, maka dari itu di BAIA penyebaran kebencian sangat dilarang. Namun, segalanya pun kembali lagi pada perspektif masing-masing ARMY dalam menjalankan aktivitasnya sebagai penggemar.
Fimela: Menurut kamu, saat ada berita yang salah atau tidak mengenakan mengenai BTS, sebagai fans apa yang bisa kita lakukan?
Shifra Lushka: Bagi komunitas atau fanbase yang memiliki platform cukup besar tentunya dapat memberikan informasi yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan bagi anggota komunitas atau followers-nya dengan cara selalu mengacu pada sumber informasi yang resmi.
Menurut saya, penting juga untuk terus mengingatkan semua ARMY untuk tidak menyebarkan berita yang tidak jelas sumbernya, membiasakan diri dalam melakukan verifikasi, dan selalu bijak dalam memproses informasi yang diterima, entah berita yang sudah terkonfirmasi tersebut baik maupun buruk.
Kita harus selalu mengingat bahwa BTS pun manusia yang mempunyai hak penuh atas dirinya masing-masing untuk memutuskan sesuatu. Dengan begitu, kita dapat menghormati mereka sebagai sesama manusia.